p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Agroteknika
Arini Al Ifah
Institut Pertanian (Intan) Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efektivitas Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) pada Budidaya Microgreen Arini Al Ifah; Ila Purnamasari; Zahwa Ayu Wardani; Puguh Bintang Pamungkas
Agroteknika Vol 5 No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i2.144

Abstract

Urban farming merupakan teknik budidaya yang lazim diterapkan di wilayah perkotaan, dengan masa panen yang lebih singkat dibandingkan penanaman secara konvensional. Salah satu teknik budidaya yang dapat diterapkan adalah microgreen. Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan salah satu tanaman yang mudah di budidayakan dengan urban farming secara microgreen. Salah satu alasannya karena banyak diminati oleh masyarakat karena kandungan gizinya. POC merupakan salah satu pupuk organik dengan kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman cukup banyak, sehingga untuk menambah nutrisi pada tanaman microgreen untuk meningkatkan kandungan gizi diperlukan pupuk tambahan salah satunya pupuk organik cair (POC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas perlakuan pupuk organic cair (POC) berbahan dasar sisa sayuran rumah tangga terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam microgreen. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Dimana perlakuan yang digunakan berupa kontrol/air sumur (Ao), POC bayam (A1), POC kentang (A2) dan POC kangkung (A3). Data pengamatan dianalisis menggunakan (ANOVA) dengan beda nyata pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan proses pembuatan POC berbahan dasar limbah sayuran rumah tangga dapat diaplikasikan ke tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Dari pengaplikasian pada tanaman bayam microgreen menunjukkan tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan dengan berbagai macam POC. Perlakuan tanpa POC yakni penggunaan air sumur (Ao) pada microgreen bayam menunjukkan pola pertumbuhan dan hasil yang optimum dibandingkan dengan pemberian berbagai macam POC. Hal ini diyakini penggunaan air sumur kaya akan mineral yang siap diserap tanaman dibandingkan penggunaam POC.
Keragaman Morfologi Tanaman Kepel (Stelochocarpus burahol Hook F & Thomson) di Desa Burikan, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta Puguh Bintang Pamungkas; Arini Al Ifah; Arif Hendratno
Agroteknika Vol 6 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i2.160

Abstract

Tanaman kepel (S. burahol Hook F & Thomson) merupakan tanaman identitas dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang sulit ditemukan karena telah langka. Kelangkaan tersebut disebabkan oleh adanya anggapan di masyarakat bahwa tanaman kepel sebagai tanaman Keraton sehingga masyarakat tidak berani untuk menanamnya. Upaya konservasi untuk pelestarian tanaman kepel hingga saat ini belum banyak dilakukan. Konservasi bertujuan untuk menyediakan sumber daya genetik sehingga tersedia apabila dibutuhkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang keragaman morfologi tanaman kepel di Desa Burikan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap, dimana tahap (i) survey kepada masyarakat sekitar, kemudian dilanjutkan tahap (ii) identifikasi lokasi dan pengambilan data primer serta sekunder. Pengamatan dilakukan pada karakter morfologi pohon dan daun. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk skoring dan dilanjutkan pengelompokan data matriks (Cluster Analysis) dan pembuatan dendogram Unweigthed Pair Group Method Arithmetic Average (UPGMA) menggunakan program MVSP (Multi Variate Statistical Package) version 3.22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keragaman tanaman kepel berdasarkan morfologi pohon sebesar 0-80%, artinya hanya 20% kemiripan dari karkteristik pohon tanaman kepel yang dijumpai. Sedangkan nilai keragaman tanaman kepel berdasarkan morfologi daun sebesar 0-89%, artinya hanya 11% kemiripan dari karakteristik daun tanaman kepel yang dijumpai.