Andi Febrian Putra
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

VISUALISASI AKSARA INCUNG KERINCI PADA KRIYA KAYU Andi Febrian Putra
ARTCHIVE: Indonesian Journal of Visual Arts and Design Vol 3, No 1 (2022): ARTCHIVE : Indonesia Journal of Visual Art and Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53666/artchive.v3i1.2664

Abstract

Aksara incung merupakan aksara yang berasal dari daerah Kerinci dan tergolong dalam jenis aksara Sumatera yang juga merupakan kelompok dari aksara kaganga, dan lebih dikenal dengan sebutan aksara ulu, yaitu aksara yang lahir dan berkembang di wilayah hulu sungai di daerah pedalaman. Di masa lampau aksara ini digunakan untuk menuliskan sastra, hukum adat, dan mantera-mantera pada media kulit kayu, tanduk, tulang, daun lontar, kertas, dan ruas buluh atau bambu. Dalam bahasan ini aksara incung menjadi rangsang cipta dan divisualisasikan ke dalam karya kriya kayu yang memiliki fungsi estetis dan juga praktis. Penciptaan karya dilandasi oleh teori bentuk, fungsi, estetis, dan tanda, sementara itu perwujudannya dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Karya dibuat sebanyak tujuh buah dalam bentuk dua dimensi menggunakan bahan yaitu kayu surian, dengan teknik pembentukan berupa teknik ukir. Kata kunci: Aksara incung; Kriya kayu; KerinciABSTRACT Incung script is a script that originated in the Kerinci area and belongs to the Sumatran script type which is also a part of kaganga script, and is better known as the ulu script, which is a script that was created and evolved in the upper reaches of the river in the river’s interior. In the past, this script was employed to transcribe literature, customary laws, and incantations on medium of bark, horns, bones, daun lontar (lontar leaves), paper, and reed or bamboo segments. In this discussion, the incung script becomes excitatory of creation and visualized into wood craft pieces that are aesthetically pleasing and functionally useful. The theory of form, function, aesthetics, and signals serves as the foundation for the development of works, which are then realized in three stages: exploration, design, and embodiment. The artwork is created in a maximum of seven separate sections in two dimensions using surian wood and a shaping method called carving.