Heddy Shri Ahimsa Putra, Heddy Shri
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DEMOKRASI TO-MANURUNG FALSAFAH POLITIK DARI BANTAENG, SULAWESI SELATAN Ahimsa Putra, Heddy Shri
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Tulisan ini memaparkan nilai-nilai budaya yang membentuk falsafah dan corak demokrasi masyarakat tradisional Bantaeng, di Sulawesi Selatan, berdasarkan atas hasil analisis dan interpretasi sebuah mitos politik mereka: mitos To-manurung. Analisis difokuskan pada miteme dan ceriteme yang dianggap mengandung informasi mengenai nilai-nilai politik dan sistem politik. Hasil analisis menunjukkan bahwa mitos tersebut––yang menceritakan tentang tokoh To-manurung dan hubungannya dengan pemuka-pemuka masyarakat––mengandung nilai-nilai dan praktik demokrasi. Di sisi lain, mitos tersebut juga menunjukkan adanya nilai-nilai dan praktik politik yang lain di Bantaeng. Sistem nilai dan praktik seperti ini mencerminkan sebuah corak demokrasi tertentu, yang di sini disebut demokrasi To-manurung.Kata Kunci: Mitos, To-manurung, miteme, ceriteme, nilai-nilai politik, sistem politik, filsafat politik, demokrasi.
BANALITAS SIMBOL KEAGAMAAN DALAM SINETRON RELIGI: Analisis Tayangan Sinetron “Bukan Islam KTP” di SCTV Solikhati, Siti; Ahimsa Putra, Heddy Shri; Nugroho, Heru
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 35, No 1 (2015)
Publisher : Da'wa and Communication Faculty State Islamic University Walisongo, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v35.1.1254

Abstract

The banality of religious symbols used in television soap opera has caused the distortion on meaning, so that some values of religious teachings have moved away from its substance. By observing the religious soap opera entitled “Bukan Islam KTP”, the writer tries to find out how such banality happens. This piece of work finds out that, in this soap opera, verbal and non-verbal religious symbols have been constructed in such a way for the sake of market interest as well as for the benefits of the symbol creator. This aim is carried out by representing religious teaching using entertainment program.***Banalitas penggunaan simbol-simbol keagamaan dalam tayangan sinetron di televisi telah mengakibatkan pembelokan makna, sehingga ajaran agama telah bergeser dari substansinya. Tulisan ini bermaksud untuk menemukan bagaimana peristiwa banalitas tersebut terjadi, dengan meneliti tayangan sinetron religi “Bukan Islam KTP”. Dalam sinetron ini, simbol kegamaan yang bersifat verbal dan non-verbal dikonstruksikan sedemikian rupa untuk kepentingan pasar serta keuntungan produsen pesan, dengan menyajikan program keagamaan yang bersifat hiburan.