Yan Yusuf Subu
STK St. Yakobus Merauke

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KEKERASAN SIMBOLIK DI MIMBAR SABDA: PELECEHAN TERHADAP KELUHURAN LITURGI EKARISTI Yan Yusuf Subu; Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 10 No 2 (2022): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menemukan bukti bahwa kekerasan simbolik di mimbar sabda merupakan salah satu bentuk pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dibagikan kepada 10 informan yang adalah anggota paroki yang tersebar di dua paroki di kawasan pinggiran kota Merauke (Wendu dan Kuper). Hasil pengolahan data, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menunjukkan bahwa kekerasan simbolik kerap dilakukan oleh otoritas Gereja di mimbar sabda, tanpa disadari, dan berdampak pada pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi yang merupakan satu kesatuan yang integral yang dimulai dengan ritus pembuka dan berakhir dengan ritus penutup. Apalagi liturgi sabda, yang berpusat di mimbar sabda, merupakan persiapan amat penting untuk masuk ke dalam perayaan misteri keselamatan yang dipuncaki oleh liturgi ekaristi, yang berpusat di atas altar suci. Selain melecehkan keluhuran liturgi ekaristi, kekerasan simbolik oleh otoritas Gereja di mimbar sabda juga membawa dampak terhadap ketidaknyamanan umat secara batiniah ketika mengikuti perayaan ekaristi dan juga terhadap imam itu sendiri sebagai pemimpin perayaan ekaristi. Temuan ini menyadarkan setiap otoritas Gereja untuk menggunakan mimbar sabda sesuai dengan fungsinya yang kudus. Selain itu, imam sebagai peimpin liturgi ekaristi perlu berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan kata-kata untuk menjelaskan sabda Allah kepada umat beriman melalui homili di mimbar sabda supaya dapat dimengerti dan dipraktekkan dalam kehidupan mereka setiap hari.
Media Komunikasi Dalam Terang Dekrit Inter Mirifica Yan Yusuf Subu
Jurnal Masalah Pastoral Vol 3 No 1 (2014): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v3i1.13

Abstract

Media komunikasi merupakan salah satu sarana efektif dalam pewartaan Kerajaan Allah. Semua umat beriman dipanggil untuk mewartakan Injil dengan menggunakan teknologi informasi. Ini berarti Gereja memiliki hak untuk memakai teknologi informasi sebagai media pewartaan. Hal ini sudah dirangkum dalam dekrit Inter Mirifica yaitu Gereja harus membuka diri dan tidak mencurigai kemajuan teknologi informasi sebagai skandal baru dalam karya pastoral melainkan sadar akan keterbatasannya. Namun miskinnya pemahaman dan sikap kritis para pemakai media komunikasi akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia. Maka Gereja mencanangkan tanggungjawabnya untuk memberikan arahan dan pengetahuan tentang penggunaan media komunikasi kepada umat beriman supaya dapat menghantar manusia kepada kesejahteraan bersama. Gereja juga harus berkoalisi dengan berbagai pihak supaya pemakaian media komunikasi sungguh-sungguh efektif dan efisien sehingga kebahagiaan dan kebaikan bersama tetap dilestarikan. Dengan demikian semua orang dapat menjadikan nilai-nilai moral kristiani sebagai pegangan utama dalam pastoral komunikasi.
Kekerasan Simbolik Di Mimbar Sabda: Pelecehan Terhadap Keluhuran Liturgi Ekaristi Yan Yusuf Subu; Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 10 No 2 (2022): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menemukan bukti bahwa kekerasan simbolik di mimbar sabda merupakan salah satu bentuk pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dibagikan kepada 10 informan yang adalah anggota paroki yang tersebar di dua paroki di kawasan pinggiran kota Merauke (Wendu dan Kuper). Hasil pengolahan data, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menunjukkan bahwa kekerasan simbolik kerap dilakukan oleh otoritas Gereja di mimbar sabda, tanpa disadari, dan berdampak pada pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi yang merupakan satu kesatuan yang integral yang dimulai dengan ritus pembuka dan berakhir dengan ritus penutup. Apalagi liturgi sabda, yang berpusat di mimbar sabda, merupakan persiapan amat penting untuk masuk ke dalam perayaan misteri keselamatan yang dipuncaki oleh liturgi ekaristi, yang berpusat di atas altar suci. Selain melecehkan keluhuran liturgi ekaristi, kekerasan simbolik oleh otoritas Gereja di mimbar sabda juga membawa dampak terhadap ketidaknyamanan umat secara batiniah ketika mengikuti perayaan ekaristi dan juga terhadap imam itu sendiri sebagai pemimpin perayaan ekaristi. Temuan ini menyadarkan setiap otoritas Gereja untuk menggunakan mimbar sabda sesuai dengan fungsinya yang kudus. Selain itu, imam sebagai peimpin liturgi ekaristi perlu berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan kata-kata untuk menjelaskan sabda Allah kepada umat beriman melalui homili di mimbar sabda supaya dapat dimengerti dan dipraktekkan dalam kehidupan mereka setiap hari.
Falsafah Hidup Sebagai Ecoliteracy Untuk Membangun Masyarakat Selaras Alam Yan Yusuf Subu
Jurnal Masalah Pastoral Vol 6 No 2 (2018): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v6i2.65

Abstract

Eksploitasi alam demi kepentingan ekonomi telah merusak tatanan alam semesta. Nilai ekonomis alam semesta menjadi target dan prioritas utama daripada kesadaran diri akan kebergantungan hidup manusia pada alam semesta. Ini adalah sikap dunia modern yang bersifat utilitaristis. Selain itu pandangan antroposentrisme melahirkan tuan atas alam semesta. Di sini berarti alam harus tunduk pada manusia dan mengabdi kepadanya. Sikap materialistis ini membenarkan cara hidup yang merusak alam. Perilaku seperti ini membuktikan bahwa manusia menolak nilai intrinsik dari alam ciptaan lain dan menganggap mereka tidak ada artinya. Pada hal manusia bergantung sepenuhnya pada alam. Alam bisa hidup tanpa manusia tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Sebenarnya kebergantungan ini menuntut tanggung jawab manusia untuk menjaga, merawat, dan melindungi alam. Manusia bisa bertanggungjawab sepenuhnya terhadap ciptaan lain jika ia memiliki prinsip dan pandangan hidup. Prinsip dan pandangan hidup itulah yang mengatur cara hidup manusia. Cara hidup manusia adalah menjaga, merawat, melindungi makhluk ciptaan lain demi cita-cita hidup bersama. Di sini berarti keselarasan dalam hidup bersama dengan makhluk ciptaan lain terpenuhi karena didukung juga dengan kebenaran-kebenaran religius yang dihayati.
Aktualisasi Moralitas Dalam Kehidupan Berpolitik Yan Yusuf Subu
Jurnal Masalah Pastoral Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v7i1.85

Abstract

Masyarakat pada umumnya menerjemahkan politik itu kotor. Anggapan ini terjadi karena realitas politisi yang seringkali bertindak keliru terhadap hakekat dan tujuan negara ketika menyelenggarakan pelayanan publik. Hal ini semakin diperparah dengan perilaku korupsi yang sering terjadi di kalangan wakil rakyat. Perilaku seperti ini sesungguhnya bertentangan dengan nilai-nilai moral. Gereja sendiri sudah menetapkan ajarannya dalam berbagai dokumen agar seorang politisi wajib menjalankan tugas pelayanannya. Gereja menghendaki agar para politisi tetap memperjuangkan kesejahteraan bersama. Tugas panggilan ini sangatlah mulia dan luhur karena mereka mengambil bagian dalam karya keselamtan Allah. Karena itu para politisi hendaknya tetap memperjuangkan kebaikan bersama dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat.
Studi Tentang Pengaruh Gaya Hidup Konsumerisme Terhadap Praktek Askese Di Lingkungan Santo Athanasius Paroki Santo Yosep Bambu Pemali Yan Yusuf Subu; Jonglis Matares Salang; Natalia Kipman
Jurnal Masalah Pastoral Vol 8 No 1 (2020): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v8i1.100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah gaya hidup konsumerisme memengaruhi kehidupan umat beriman kristiani khususnya di lingkungan Santo Athanasius Paroki Santo Yosep Bampel. Penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Populasi penelitian ini adalah umat Stasi Santo Athanasius yang berjumlah 46 Kepala Keluarga yang memiliki tempat tinggal yang tetap. Selanjutnya peneliti mengambil 23 orang sebagai keterwakilan dari keseluruhan anggota lingkungan Santo Athanasius. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara berhadap-hadapan (face to face interview) dan wawancara melalui telepon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, gaya hidup konsumerisme terhadap konsumsi makanan, sebanyak 82,51% responden jarang makan di luar rumah. Kedua, frekuensi berbelanja untuk kebutuhan pakaian masih rendah, 86,94%. Ketiga, konsumsi dalam kaitan dengan liburan yaitu pilihan untuk tidak berlibur ke luar kota, 56,52%. Keempat dalam kaitan dengan kredit mencapai angka persentase yang cukup tinggi yaitu 65,21% terutama untuk keperluan mendasar. Kelima dalam kaitan dengan pelaksanaan puasa dan pantang mencapai angka persentase yang tinggi yaitu 100% sedangkan frekuensi pelaksanaan praktek puasa dan pantang yaitu hanya pada hari raya sebanyak 91,29%. Dengan demikian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya hidup konsumerisme belum signifikan memengaruhi kehidupan keluarga umat beriman kristiani dan juga dalam kaitan dengan praktek keagamaan yaitu puasa dan pantang.
Surrogate Mother : Sebuah Persoalan Moral Kristiani Yan Yusuf Subu
Jurnal Masalah Pastoral Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v9i1.123

Abstract

Tujuan dari tulisan ini adalah memaparkan beberapa persoalan moral yang muncul ketika praktek sewa rahim dilakukan sekaligus menguraikan bagaimana tanggapan Gereja Katolik terhadap persoalan moral tersebut. Praktek sewa rahim sesungguhnya sudah terjadi di tengah kehidupan masyarakat modern. Mungkin ada yang melakukan praktek ini secara diam-diam dan ada yang secara terang-terangan. Namun mungkin saat ini juga masyarakat belum mengetahui persoalan moral yang akan muncul ketika praktek ini dilakukan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah kajian pustaka yaitu dokumen-dokumen Gereja, buku-buku, jurnal-jurnal dan media informasi untuk mendukung tema tulisan tersebut. Penulis menggunakan media informasi yang berbasis online sebagai salah satu bahan pendukung dalam menggarap tulisan ini.