ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui toleransi yang terjalin antara perguruan pencak silat meliputi bentuk toleransi, upaya memperkuat toleransi, hambatan dan solusi memperkuat toleransi, serta dampak adanya toleransi di Desa Pinang Luar. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah ketua perguruan pencak silat Pagar Nusa, Persaudaraan Setia Hati Terate, IkSPI Kera Sakti, angota perguruan Pagar Nusa, PSHT, IkSPI Kera Sakti, kepala Desa pinang Luar, dan tokoh masyarakat di Desa Pinang Luar. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan melalui data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa toleransi antar perguruan pencak silat di Desa Pinang Luar terjalin sangat erat, dimana terdapat bentuk toleransi antar perguruan pencak silat yaitu adanya keterbukaan, menyadari adanya perbedaan dan persamaan, adanya sikap kritis serta adanya kemauan untuk saling memahami. Upaya-upaya dalam memperkuat toleransi antar perguruan pencak silat yaitu selalu menjunjung sikap hormat, memiliki rasa solidaritas, kegiatan atau dialog bersama, kesediaan individu untuk membaur, kontribusi aparatur pemerintahan, adanya rasa persaudaraan dan empati yang tinggi, serta kesukarelaan dalam mencegah konflik. Hambatan dalam memperkuat toleransi antar perguruan pencak silat yaitu waktu pelaksanan, fasilitas, dan pendanaan. Solusi dalam mengatasi hambatan yaitu berkordinasi dengan ketua perguruan, membuat alat penunjang latihan, dan iuran setiap pertemuan. Dampak adanya toleransi pencak silat dalam meredam konflik. ABSTRACTThis study aims to determine the tolerance established between martial arts universities including forms of tolerance, efforts to strengthen tolerance, as well as obstacles and solutions to strengthen tolerance in Pinang Luar Village. The research method used is a case study with a qualitative approach. The source of this research data is the head of the Pagar Nusa martial arts college, The Loyal Heart Terate Fraternity, IkSPI Kera Sakti, members of the Pagar Nusa college, PSHT, IkSPI Kera Sakti, village head pinang Luar, and community leaders in Pinang Luar Village. Data are obtained through observation, interviews, and through secondary data. The results of this study show that tolerance between martial arts universities in Pinang Luar Village is very closely intertwined, where there is a form of tolerance between martial arts universities, namely openness, awareness of differences and similarities, critical attitudes and a willingness to understand each other. Efforts to strengthen tolerance between martial arts universities are always upholding respect, having a sense of solidarity, joint activities or dialogues, individual willingness to blend, the contribution of government officials, the existence of a high sense of brotherhood and empathy, and volunteerism in preventing conflicts. Obstacles in strengthening tolerance between martial arts universities are implementation time, facilities, and funding. The solution in overcoming obstacles is to coordinate with the head of the college, make training support tools, and dues for each meeting. Thereis no tolerance for martial arts in reducing conflicts.