Fitrianingrum Kurniawati, Fitrianingrum
Department Of Plant Protection, IPB University

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

KARAKTERISASI MOLEKULER NUCLEAOPOLYHEDROVIRUS (NPV) HYPOSIDRA TALACA WLK. DI PERKEBUNAN TEH GUNUNG MAS BOGOR Kusumah, R. Yayi Munara; Revi, Lestia; Kurniawati, Fitrianingrum
JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA Vol 17, No 2 (2017): SEPTEMBER, JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.771 KB) | DOI: 10.23960/j.hptt.217147-155

Abstract

Characterize molecular the Nucleopolyhedrovirus (NPV) Hyposidra talaca Wlk. of tea plantation at Gunung Mas Bogor. Hyposidra talaca is one of the most important pest in tea plantation, and generally attacks of leaves and shoots. This pest cause yield loss up to 40-100%. NPV can be pathogenic to the pest of H. talaca and can be developed as an alternative measure to control H. talaca in tea plantations and based management appears to be more ecofriendly and effective. However, information regarding characterisation molecular of HytaNPV is limited. The study conducted to characterize molecular the NPV of H. talaca by restriction nucleotide and amino acid, by using gens lef-8.  Molecular identification used Polymerase Chain Reaction (PCR) consisted of DNA extraction, DNA amplication, and DNA electrophoresis. DNA amplication using gen lef-8 showed positif result with approximately 770 bp. Gen lef-8 can identified HytaNPV. DNA sequance showed that isolate HytaNPV Bogor had high homology of pathogonic NPV of genus Helicoverpa from Brazil, Australia, Spanyol and Netherland with homology nucleotide and amino acid reached 98% and 100%. Based on philogeny tree of HytaNPV was one group with pathogenic NPV of genus Helicoverpa.
UJI KESEHATAN BENIH PEPAYA DAN PEMANFAATAN METABOLIT SEKUNDER CENDAWAN UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN Kurniawati, Fitrianingrum; Rahardjo, Budhi
Innofarm:Jurnal Inovasi Pertanian Vol 22, No 2 (2020): Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/innofarm.v22i2.4447

Abstract

Pepaya merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan buahnya dan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia. Produksi pepaya di lapangan juga tergantung dari pemilihan benih yang sehat. Pemilihan benih yang sehat juga dapat mengurangi resiko timbulnya suatu penyakit di lapangan maupun di pembibitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji kesehatan benih melalui pemeriksaan benih kering, blotter test, dan menguji suatu metabolit sekunder cendawan yang dapat meningkatkan perkecambahan pepaya. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah pemeriksaan biji kering, blotter test dan pemanfaatan metabolit sekunder cendawan hasil blotter test. Hasil menunjukkan bahwa Pada buah pepaya yang sakit diperoleh biji berwarna pucat kecoklatan dan ukurannya kecil (tidak normal) dan pada biji yang parah sekali gejalanya maka biji tersebut berwarna putih. Sedangkan buah pepaya yang bergejala sedang (antara sakit dan sehat) memiliki gejala buah busuk tetapi hanya sedikit dan pada jarinagn buah yang busuk terdapat koloni cendawan berwarna hijau kelabu. Sedangkan buah papaya yang sehat kulit buahnya tidak terdapat gejala busuk kebasahan, jika dibelah biji berwrna hita, ukuran normal, dan warna buah bagian dalam merah oranye. Pada uji blotter diperoleh cendawan Aspergillus sp. dan Fusarium sp. metabolit sekunder dari cendawan Aspergillus sp. dapat meningkatkan perkecambahan pada benih pepaya.
UJI KESEHATAN BENIH PEPAYA DAN PEMANFAATAN METABOLIT SEKUNDER CENDAWAN UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN Fitrianingrum Kurniawati; Budhi Rahardjo
Innofarm:Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 22 No. 2 (2020): Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pepaya merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan buahnya dan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia. Produksi pepaya di lapangan juga tergantung dari pemilihan benih yang sehat. Pemilihan benih yang sehat juga dapat mengurangi resiko timbulnya suatu penyakit di lapangan maupun di pembibitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji kesehatan benih melalui pemeriksaan benih kering, blotter test, dan menguji suatu metabolit sekunder cendawan yang dapat meningkatkan perkecambahan pepaya. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah pemeriksaan biji kering, blotter test dan pemanfaatan metabolit sekunder cendawan hasil blotter test. Hasil menunjukkan bahwa Pada buah pepaya yang sakit diperoleh biji berwarna pucat kecoklatan dan ukurannya kecil (tidak normal) dan pada biji yang parah sekali gejalanya maka biji tersebut berwarna putih. Sedangkan buah pepaya yang bergejala sedang (antara sakit dan sehat) memiliki gejala buah busuk tetapi hanya sedikit dan pada jarinagn buah yang busuk terdapat koloni cendawan berwarna hijau kelabu. Sedangkan buah papaya yang sehat kulit buahnya tidak terdapat gejala busuk kebasahan, jika dibelah biji berwrna hita, ukuran normal, dan warna buah bagian dalam merah oranye. Pada uji blotter diperoleh cendawan Aspergillus sp. dan Fusarium sp. metabolit sekunder dari cendawan Aspergillus sp. dapat meningkatkan perkecambahan pada benih pepaya.
Tingkat Infestasi Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi di Bogor Fitrianingrum Kurniawati; Supramana Supramana
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 12 No 1 (2016)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.36 KB) | DOI: 10.14692/jfi.12.1.34

Abstract

The white tip disease on rice plants have been discovered in the district of Bogor, i.e. in  Sukamakmur, Petir, and Muara Experimental Station areas. The infected plant exhibited symptoms, involving whiten leaf tip 3–5 cm that later  turn to necrosis, twisted and crinkled. The disease is supposed caused by a parasitic nematode, namely Aphelenchoides besseyi, which is known seed borne. Extraction of nematodes based on  ISTA protocols on rice was conducted.  Seeds from eight varieties, SL8SHS, Hybrid Rice (HIPA14), IPB 3S, IR-64, Pertiwi (Pak Tiwi), Inpari 31, Pandan Wangi Bogor (Sintanur) and Ciherang, was obtained from seed vendors in Bogor and Muara Experimental Station. The majority of nematodes recovered were females and only few males with morphological characteristics matching with A. besseyi.  All seed rice varieties tested contained A. besseyi with the average of 3–341 nematodes per 5 g seed. 
Spesies Meloidogyne Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat Fitrianingrum Kurniawati; Supramana Supramana; Abdul Muin Adnan
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 13 No 1 (2017)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.556 KB) | DOI: 10.14692/jfi.13.1.26

Abstract

Root knot nematodes (RKN) Meloidogyne spp. is the primary parasite of celery and reported to cause losses up to 70%. Identification of the Meloidogyne species on celery in Indonesia has not been reported. This study was aimed to identify the species of Meloidogyne on celery based on morphology characters. Samples of Meloidogyne-infected celery plants were taken using purposive sampling method from Ciputri Village, District of Pacet, Cianjur, West Java Province. RKN inside root tissue was detected by acid fuchsin staining method. Meloidogyne species identification was done by morphological observation of female perineal pattern. Disease symptoms found in the field include leaf yellowing, stunted, and uneven growth of celery plants. Roots of infected plants showed the formation of small size root knots, in large numbers and forming strands like a chain. Staining NPA in root tissue was successfully detected various stages of nematode development, i.e. eggs, juveniles and female nematodes. Three Meloidogyne species, namely M. incognita, M. arenaria and M. javanica were identified.
Deteksi dan Identifikasi Nematoda Aphelenchoides besseyi dari Benih Padi Rizky Mailani Rahman; Abdul Munif; Fitrianingrum Kurniawati
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol. 14 No. 2 (2018)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.647 KB) | DOI: 10.14692/jfi.14.2.39

Abstract

Detection and Identification of Aphelenchoides besseyi from Rice SeedsAphelenchoides besseyi is an important plant parasitic nematode on rice and causes yield loss up to 54%. The nematodes are able to survive for 8 months to 3 years after harvest and can be transmitted through seeds. The research was conducted to determine infestation of A. besseyi on seeds of five rice cultivars, namely Pak Tiwi 1, IR64, Ciherang, IPB 3S, and SL 8 SHS; and to identify A. besseyi by morphological and molecular techniques using polymerase chain reaction (PCR), and nucleotide sequensing. The nematodes were extracted from 5 g seeds of each cultivar by modified Baermann funnel method. Morphological identification was done by observing semipermanent slide of adult nematodes. Molecular identification by PCR used universal primers to amplify ITS rDNA followed by nucleotide sequencing. The result showed that A. besseyi were found on 5 rice cultivars in varies numbers. A. besseyi has specific morphological character, i.e. it has 2–4 mucro (tail tip) arranged in a star shaped that can be distinguished from other species. DNA fragments with approximately 830 bp in length was successfully amplified.  Further nucleotide sequence analysis showed that A. besseyi Indonesia (isolate Pak Tiwi 1) had the higest homology level of 98.1% with A. besseyi isolat India Drr Ab 1 and Kolkata, 98.0% with India Hyderabad, 97.8% with China HB, 97.7% with Taiwan HW, and 97.5% with Cina AB11.
Deteksi dan Identifikasi Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Bit Menggunakan Metode DNA Barcoding Ni Wayan Kartika Pratiwi; Rosyid Amrulloh; Fawwaz El Auly; Fitrianingrum Kurniawati
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 16 No 1 (2020)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1022.542 KB) | DOI: 10.14692/jfi.16.1.1-8

Abstract

Identifikasi nematoda berdasarkan karakter morfologi memerluan ketelitian tinggi dan perlu didukung hasil identifikasi secara molekuler. Salah satu metode identifikasi molekuler ialah dengan DNA barcode. DNA barcode merupakan identifikasi molekuler dengan menggunakan gen cytochrome oksidase sub unit 1 (CO1). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi NPA yang berasosiasi pada tanaman bit berdasarkan PCR dan perunutan nukleotida gen CO1 Meloidogyne. Sampel umbi bit diperoleh dari lahan pertanian yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Identifikasi morfologi dengan mengamati pola perineal NPA betina. Identifikasi molekuler meliputi ekstraksi, amplifikasi, visualisasi DNA, analisis peruntutan nukleotida dan filogenetika. Hasil pengamatan pola perineal secara morfologi didapatkan spesies M. incognita dan M. arenaria. Amplifikasi DNA yang dilakukan menggunakan primer spesifik CO1SIF (5’-GCCTGCATTTGGTTAG-‘3) dan CO1SIR (5’-TCAAACCAGTCCT-‘3), CO1SAF (5’-GGGTACTGGATGAACATTA-‘3) dan CO1SAR (5’-ACTTCAGGATGACCAAA-‘3)berhasil mendapatkan pita DNA berukuran ± 360 untuk M. arenaria dan ± 326 untuk M. incognita. Hasil sekuensing menunjukkan bahwa isolat M. incognita asal Indonesia berkerabat dekat dengan isolat M. incognita asal Cina, Amerika Serikat, Vietnam, dan Inggris dengan tingkat homologi 100%. Hasil analisis filogenetika menunjukkan bahwa M. incognita Indonesia masih satu kelompok dengan M. incognita asal Cina, Amerika Serikat, Vietnam dan Inggris. Adapun isolat M. arenaria berkerabat dekat dengan isolat M. arenaria asal Argentina dan Amerika Serikat dengan tingkat homologi 100%. Hasil analisis filogenetika menunjukkan bahwa M. arenaria asal Indonesia masih satu kelompok dengan M. arenaria asal Argentina dan Amerika Serikat.
Molecular Characters of AB-FAR Gene 1 of Aphelenchoides besseyi from Five Rice Varieties Fitrianingrum Kurniawati; Efi Toding Tondok; Yayi Munara Kusumah; Abdul Munif
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 17 No 3 (2021)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.17.3.121-130

Abstract

Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penyebab penyakit pucuk putih yang terbawa benih padi. Gen AB FAR-1 diketahui sebagai gen penting yang mengendalikan patogenisitas A. besseyi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakter gen AB FAR-1 yang diisolasi dari nematoda yang berasal dari benih padi. Ekstraksi nematoda dilakukan dengan metode corong Baerman dari benih 5 varietas padi “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“. Ekstraksi DNA total nematoda menggunakan metode CTAB dilanjutkan dengan amplifikasi gen AB FAR-1 menggunakan primer spesifik FAR-F1/R1 dan analisis urutan nukleotidanya. Pita DNA spesifik gen AB FAR-1 berukuran 150 pb berhasil diamplifikasi dari semua sampel nematoda. Analisis sekuen menunjukkan bahwa gen AB FAR-1 tersebut memiliki homologi tertinggi (92.5 – 100%) dengan aksesi Genbank JQ686690.1, yaitu gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina. Walaupun memiliki homologi yang tinggi, terdapat beberapa perbedaan nukleotida pada sampel gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“ dan “Hibrida Prima“. Analisis pohon filogenetika lebih lanjut mengelompokkan gen AB FAR-1 A. besseyi menjadi 2 grup, yaitu grup 1 terdiri atas gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“ dan grup 2 gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, dan “Inpari Sidenuk“.
Phytonematodes on Guava Plant Fitrianingrum Kurniawati; Ayang Ratna Kumala
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 17 No 4 (2021)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.17.4.169-171

Abstract

Phytonematodes on Guava Plant Symptoms of disease by phytonematodes were found in guava plantations in Cibening Village, Pamijahan District, Bogor Regency, West Java. Diseased plants show symptoms, including stunted plants, yellowing leaves, root necrotic and root knots. Nematode extraction was carried out from 100 mL of soil and 5 g of guava root samples. Identification was carried out morphologically by observing the key characters of each genus of phytonematodes found. Counting the number of nematodes was carried out for each genus. Six genera of phytonematodes were identified, namely Criconemoides, Helicotylenchus, Hoplolaimus, Meloidogyne, Rotylenchulus, and Xiphinema with numbers ranging from 8 to 2300 individuals. This paper is the first report of parasitic nematodes on guava in West Java Province.
Karakterisasi Internal Transcribed Spacer (ITS) rDNA Nematoda Pucuk Putih (Aphelenchoides besseyi Christie) Ade Indra Maulana Sembiring; Fitrianingrum Kurniawati; Supramana Supramana
Agrovigor Vol 12, No 1 (2019): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.238 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v12i1.5085

Abstract

Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda parasit tumbuhan penting pada padi dan dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 54%. Informasi mengenai nematoda A. besseyi di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi A. besseyi berdasarkan daerah ITS dan menganalisis runutan nukleotida dari daerah ITS. Nematoda A. besseyi diekstraksi dari 6 g benih dari tujuh varietas padi, yaitu Ciherang, Gondo Roso, Hibrida Prima, Inpari Sidenuk, Pertiwi, Pandan Wangi, dan Sintanur. Ekstraksi nematoda dilakukan dengan metode Corong Baermann yang telah dimodifikasi. Identifikasi molekuler dengan PCR mengamplifikasi wilayah ITS menggunakan pasangan primer spesifik forward (5’-ACA ATC GAG TTG GGA GTG-3’) dan  reverse (5’-GGT CAG TGT CAT CAA TCG-3’). Hasil amplifikasi DNA A. besseyi diperoleh fragmen berukuran sekitar ±750 bp. Hasil analisis penyejajaran diperoleh 555 nukleotida. Isolat A. besseyi asal Indonesia varietas Inpari Sidenuk, Ciherang, Hibrida Prima, dan Pandan Wangi menunjukkan homologi  nukleotida 100% dengan isolat asal Cina dan Rusia, serta varietas Sintanur, Pertiwi, dan Gondo Roso memiliki homologi 100% dengan isolat asal India. Perbandingan homologi isolat asal Indonesia dengan outgroup isolat A. primadentus asal Iran menunjukkan kemiripan nukleotida 74.4%. Perbedaan runutan nukleotida antar isolat terletak pada posisi 216, 376, dan 448. Hal tersebut menunjukkan isolat asal Indonesia memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dan berkerabat sangat dekat dengan isolat asal Cina, Rusia, dan India.Kata kunci: analisis filogenetika, analisis penyejajaran, homologi