Vicky Verry Angga
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Dinamika Menjelang Pendirian Partai Rakyat Demokratik di Masa Orde Baru Vicky Verry Angga; Juwita Anggraini
ASANKA: Journal of Social Science And Education Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/asanka.v1i2.2198

Abstract

ABSTRACTThe Orba government in carrying out its power is almost always repertive acts of the people. The Orba government also practiced an all-out democracy in the political practice of the day. The condition is inflicting discontent of young men and activists. In the 1992, the action committee began to appear and continue to evolve in the next years. The alliances of student alliances then flourished the role of the action committee. Student alliances evolved into a sectoral student organization, laborers, farms, and culture. Sectoral organizations make a struggle against Orba into boxes. The gathering of sectoral organizations then formed the Democratic People's Unity together in 1994, the Democratic People's Unity on its journey didn't go well, there was a difference of opinion between members. The Democratic People's Unity experiences split and delivers the idea of the party's establishment of members. The party's establishment through an uneasy process in the organization. The Extraordinary Congressman 1996 decided the Democratic People Party's foundation. Party is expected to make the movement get radical. Party as a symbol of resistance to your formal democracy system applied by Orba. The party can also be used as a media resistance against the Orba Hegemoni.ABSTRAKPemerintah Orba dalam melaksanakan kekuasaanya hampir selalu melakukan tindakan represif terhadap rakyat. Pemerintah Orba juga mempraktikkan demokrasi semu dalam praktik politik masa itu. Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan dari pemuda dan aktivis. Pada 1992, komite aksi mulai muncul dan terus berkembang di tahun-tahun berikutnya. Aliansi-aliansi mahasiswa kemudian berkembang mengantikan peran komite aksi. Aliansi mahasiswa berkembang menjadi organisasi sektoral mahasiswa, buruh, tani, dan kebudayaan. Organisasi sektoral membuat perjuangan melawan Orba menjadi terkotak-kotak. Kumpulan dari berbagai organiasi sektoral kemudian membentuk Persatuan Rakyat Demokratik sebagai wadah bersama pada 1994. Persatuan Rakyat Demokratik dalam perjalanannya tidak berjalan lancar, terjadi perbedaan pendapat antar anggota. Persatuan Rakyat Demokratik mengalami perpecahan dan melahirkan ide pendirian partai dari sebagian anggota. Pendirian partai melalui proses yang tidak mudah di dalam organisasi. Kongres Luar Biasa 1996 memutuskan pendirian Partai Rakyat Demokratik. Berdirinya partai diharapkan membuat pergerakan menjadi semakin radikal. Partai sebagai simbol perlawanan terhadap sistem demokrasi semu yang diterapkan Orba. Partai juga dapat digunakan sebagai media perlawanan terhadap hegemoni Orba.
MASYARAKAT DAN BUDAYA MEROMPAK LAUT DI SUMATERA ABAD KE-18 HINGGA ABAD KE-19 Vicky Verry Angga
NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 1 No. 1 (2022): April, NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1273.496 KB) | DOI: 10.56444/nalar.v1i1.42

Abstract

Bajak laut didefinisikan sebagai pengacau yang berkuasa di laut dan pesisir. Bajak laut berkembang sejak sebelum masehi, catatan awal kegiatan bajak laut di Nusantara ditemukan pada abad ke-5. Bajak laut terus berkembang di Nusantara pada tahun-tahun berikutnya. Sumatera sebagai wilayah ramai dengan pelayaran dan perdagangan pada abad ke-18 hingga 19 menarik kedatangan bajak laut. Permasalahan yang dimunculkan bahwa bagaimana kegiatan perdagangan dan pelayaran di Sumatera pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Kegiatan perompakan yang dilakukan bajak laut di Sumatera pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Keterlibatan orang Sumatera dalam aksi perompakan. Penelitian dimaksdukan sebagai upaya memperkaya kajian mengenai aktivitas bajak laut di Sumatera. Motede sejarah digunakan untuk merekonstruksi kegiatan perompakan bajak laut di Sumatera pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Kondisi Sumatera yang ramai dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan ternyata menarik kedatangan perompak. Bajak laut melakukan perompakan di pesisir Sumateran dan laut sekitar Sumatera secara masif selama abad ke- sampai abad ke-19. Orang Sumatera ternyata juga terlibat aktif dalam beberapa kegiatan perompakan. Orang Sumatera tidak hanya sebagai korban bajak laut namun terlibat aktif dalam beberapa kegiatan perompakan.
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ALIRAN KEBATINAN PERJALANAN Cecep Sri Suryana; Vicky Verry Angga
NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 1 No. 2 (2022): Oktober, NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manusia tidak dapat terpisahkan dengan hubungan antar manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial. Hubungan antar manusia tidak hanya sekedar relasi atau hubungan saja, melainkan suatu aktivitas dan suatu kegiatan untuk mengembangkan hasil yang menumbuhkan rasa bahagia dan rasa puas. Beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antar manusia yaitu saling menghargai, empati, sikap keterbukaan, kepercayaan, dan kehangatan. Organisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Aliran Kebatinan Perjalanan mempunyai konsep hubungan antar manusia. Aliran Kebatinan Perjalanan memiliki beberapa pandangan mengenai hubungan manusia yang menjadi pedoman bagi warganya. Aliran Kebatinan Perjalanan memiliki pandangan bahwa sebelum bersosialisasi atau berhubungan antar manusia harus memilih terlebih dahulu perkataan atau apapun yang akan kita lakukan terhadap orang lain, agar dalam bersosialisasi atau melakukan hubungan antar manusia tidak ada satu pun yang tersakiti baik tersakiti lahirnya maupun batinnya. Sehingga dalam hubungan antar manusia dapat menimbulkan kebahagiaan, kepuasan, dan terciptanya hubungan yang baik.
Eksistensi Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Paguyuban Noormanto (PKPN) di Kota Semarang Sony Junaedi; Eni Purwanti; Vicky Verry Angga
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 7 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v7i1.23750

Abstract

Ramuan tradisional semakin jarang digunakan dan terkesan ditinggalkan pada saat ini. Ramuan tradisional merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, namun ramuan tradisional rawan punah pada saat ini. Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Paguyuban Noormanto (PKPN) sebagai organisasi kebudayaan masih menggunakan ramuan tradisional. PKPN memproduksi sendiri ramuan tradisonal ini berdasarkan pengetahuan dari leluhur serta dikonsultasikan dengan ahli farmasi atau kesehatan. PKPN menggunakan ramuan tradisional untuk pengobatan anggota serta siapa saja yang membutuhkan. PKPN membangun relasi serta mepertahankan eksistensi melalui pemberian ramuan tradisional kepada siapa saja yang sangat membutuhkan secara cuma-cuma. Penelitian akan berfokus membahas mengenai usaha-usaha yang dibangun oleh PKPN untuk mempertahankan warisan leluhur berupa ramuan tradisional. Fokus penelitian juga mengenai proses PKPN membangun eksistensinya di dalam masyarakat melalui ramuan-ramuan tradisional yang telah diciptakan. Penelitian akan menggali hubungan serta keberhasilan penggunaan ramuan tradisional dalam menjaga eksistensi sebuah organisasi. Penelitian menggunakan metode studi pustaka, observasi, dan wawancara terstruktur. Penelitian juga menggunakan pendekatan Interaksionisme Simbolik untuk mendapatkan pola mengenai usaha serta cara PKPN membangun eksistensinya. Penelitian diharapkan menjadi promosi untuk penggunaan Ramuan tradisional yang mulai punah, dimana saat ini sedang masa pandemi Covid-19 tentu sangat dibutuhkan obat-obat tradisonal yang telah terstandart. Penelitian juga diharapkan memperkaya kazhanah keilmuan mengenai keilmuan ramuan tradisional yang diduga tidak hanya untuk pengobatan namun bisa menjadi alat eksistensi sebuah organisasi. Abstract: Traditional herbs are increasingly rarely used and seem to be abandoned at this time. Traditional herbs are one of Indonesia's cultural heritages that must be preserved, but traditional herbs are prone to extinction at this time. The organization of Believers in the Almighty God Paguyuban Noormanto (PKPN) as a cultural organization still uses traditional herbs. PKPN produces their own traditional concoctions based on ancestral knowledge and consulted with pharmaceutical or health experts. PKPN uses traditional herbs for the treatment of members and anyone who needs it. PKPN builds relationships and maintains its existence through the provision of traditional herbs to anyone in dire need free of charge. The research will focus on discussing the efforts built by PKPN to maintain ancestral heritage in the form of traditional herbs. The research focuses on the process of PKPN building its existence in the community through the traditional potions that have been created. The research explores the relationship and success of using traditional ingredients in maintaining the existence of an organization. The research uses the methods of literature study, observation, and structured interviews. The research also uses the Symbolic Interactionism approach to get a pattern of the efforts and ways PKPN builds its existence. The research is expected to be a promotion for the use of traditional ingredients that are starting to become extinct, where currently the Covid-19 pandemic is certainly very much needed for standardized traditional medicines. The research is also expected to enrich the scientific knowledge of traditional herbs which are thought to be not only for treatment but can be a tool for the existence of an organization.
Dari Kentrung hingga Ken Palman: Pasang Surut Kesenian Kentrung Jepara, 1970-2021 Alamsyah Alamsyah; Siti Maziyah; Vicky Very Angga
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 8, No 1 (2023): In Progress
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v8i1.49936

Abstract

This article discusses the development of kentrung art, a traditional art originating from a city on the north coast of Java, namely Jepara. Kentrung has been present to accompany the people of Jepara for a long time and has become one of the instruments in religious rituals in Jepara. In addition, kentrung is also one of the entertainment's communities. In the 1970s to 1980s, kentrung experienced its heyday because it was in great demand by the public. However, in subsequent periods, kentrung faced challenges threatening its existence. Using historical methods, this article examines the adaptation strategy of kentrung art in meeting the challenges of globalization which have brought popular skills to the masses. Apart from that, kentrung also has to face the problem of regeneration because apart from the lack of spectators, there are also very few young people who are interested in becoming kentrung artists. The situation is becoming increasingly threatening to the existence of kentrung because the Covid-19 Pandemic is hitting the world. The results of the research show that the government's commitment, in this case the region and the community, guarantees the sustainability of the kentrung arts. An example is the case of regeneration initiated by the Jungpara Foundation which later gave birth to a kentrung art group named Ken Palman. In addition to regenerating, they also packaged kentrung performances to be more contemporary to attract the public.