Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Membangun Peradaban Indonesia Melalui Ikhtiar Pendidikan yang Bercorak Alternatif dan Kritis Kurniawan, Mi’raj Dodi; Suwirta, Andi
ATIKAN Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.501 KB)

Abstract

ABSTRAK: Kenyataan adanya cara pandang dan praktek tidak manusiawi terhadap manusia merupakan persoalan terbesar kehidupan. Dalam lintasan sejarah, problema ini tidak saja menjejak melainkan juga acapkali dipandang sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan ikhtiar-ikhtiar penanggulangan menuju peradaban. Pendidikan – terutama yang muncul dan kerap disebut sebagai pendidikan alternatif dan kritis – turut ambil bagian untuk menjadi solusi dari permasalahan ini. Pendidikan alternatif dan kritis meninjau ulang permasalahan pendidikan yang sesungguhnya, menggauli wacana hegemoni politik dan ekonomi negara berkembang dan negara maju serta masyarakat perkotaan dan pedesaan, mempelajari kembali arah pendidikan untuk kekinian dan masa depan kemanusiaan, serta mengkaji falsafah pendidikan. Dengan beberapa tinjauan kritis dan solusi alternatif, pendidikan yang bercorak alternatif dan kritis menjadikan kehidupan anak-anak miskin, terlantar, dan anak-anak jalanan di Indonesia sebagai bagian terpenting dari lokus dan fokus misi humanisasi melalui pendidikan. Melalui desain pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat serta berorientasi kepada masa kini dan masa depan peserta didik, akhirnya pendidikan alternatif-kritis bukan hanya alternatif pinggiran untuk menyelesaikan permasalahan, tetapi merupakan solusi utama yang layak diharapkan untuk meraih peradaban.KATA KUNCI: Pendidikan alternatif-kritis, peradaban Indonesia, problema pendidikan dasar, serta pendidikan untuk masa kini dan masa depan.  About the Authors: Mi’raj Dodi Kurniawan, S.Pd. adalah Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung tahun 2006 dan sekarang mengajar di SD (Sekolah Dasar) Negeri Talaga 1 dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Andi Suwirta, M.Hum. adalah Ketua Umum ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia) di Bandung. Mereka dapat dihubungi dengan alamat e-mail: atriwusidna@gmail.comHow to cite this article? Kurniawan, Mi’raj Dodi & Andi Suwirta. (2011). “Membangun Peradaban Indonesia Melalui Ikhtiar Pendidikan yang Bercorak Alternatif dan Kritis” in ATIKAN: Jurnal Kajian Pendidikan, Vol.1(2) Desember, pp.171-186. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, ISSN 2088-1290.Chronicle of the article: Accepted (October 9, 2011); Revised (November 10, 2011); and Published (December 15, 2011). 
Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution Wani, Hilal Ahmad; Suwirta, Andi
SUSURGALUR Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: The most dangerous place in the world today is the Indian sub-continent and the line of control in Kashmir. Kashmir conflict is the outcome of a process of neglect, discrimination, suppression of Kashmir identity, and the pre-eminence of power centric approach held by the successive regimes of India and Pakistan. This paper is new attempt to include ideas of different academic scholars towards a lasting solution to the Kashmir imbroglio. The problem of Kashmir conflict is mostly a constitutional problem. Therefore, this paper includes particularly the dimension of autonomy debate for the resolution of conflict. The autonomy of the Kashmiri people was always curtailed either through the massive violations of human rights or by doing several amendments in the constitution of state. The so called democratic system of India can only be successful in Kashmir when the rights of the people will be safeguarded. This is the main dimension towards a keen interest is needed. India has to understand what are the causes of alienation in Kashmir. Lasting solution to Kashmir conflict different viewpoints of various scholars has been included in this paper.KEY WORD: Kashmir conflict, violations of human rights, India and Pakistan, autonomy, fraud election, and scholars views for resolution.RESUME: Makalah ini berjudul “Memahami Konflik Kashmir: Mencari Penyelesaiannya”. Tempat paling berbahaya di dunia saat ini adalah sub-benua India dan garis kontrol di Kashmir. Konflik Kashmir adalah hasil dari suatu proses penelantaran, diskriminasi, penindasan terhadap identitas Kashmir, serta keunggulan dari pendekatan kekuasaan sentris yang dipegang oleh rezim silih berganti dari India dan Pakistan. Tulisan ini adalah upaya baru untuk memasukkan ide-ide akademik para sarjana yang beragam terhadap penyelesaian akhir untuk keruwetan Kashmir. Masalah konflik Kashmir sebagian besar adalah masalah konstitusional. Oleh karena itu, makalah ini khususnya meliputi dimensi debat otonomi untuk penyelesaian konflik. Otonomi rakyat Kashmir selalu dibatasi, baik melalui pelanggaran besar-besaran hak asasi manusia atau dengan melakukan beberapa perubahan dalam konstitusi negara. Apa yang disebut dengan sistem demokrasi di India hanya dapat berhasil di Kashmir ketika hak-hak rakyat akan terlindungi. Ini adalah dimensi utama menuju kepentingan yang diperlukan. India harus memahami apa-apa yang menjadi penyebab keterasingan di Kashmir. Penyelesaian akhir ke atas konflik Kashmir dari berbagai sudut pandang para sarjana yang beragam telah dimasukkan dalam makalah ini.KATA KUNCI: Konflik Kashmir, pelanggaran hak asasi manusia, India dan Pakistan, otonomi, pemilihan umum penipuan, dan pandangan para sarjana untuk resolusi.  About the Authors: Dr. Hilal Ahmad Wani is a Post Doctoral Fellow at the Centre for Peace and Strategic Studies UoI (University of Ilorin) in Nigeria; and Andi Suwirta, M.Hum. is a Senior Lecturer at the Faculty of Social Studies Education UPI (Indonesia University of Education) in Bandung. The authors’ e-mails are: wanihilal@gmail.com and andisuwirta@yahoo.comHow to cite this article? Wani, Hilal Ahmad & Andi Suwirta. (2013). “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.1(2), September, pp.179-192. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (June 1, 2013); Revised (August 17, 2013); and Published (September 30, 2013).
Ethnic Conflict in Nigeria: A Need for True Federalism Wani, Hilal Ahmad; Suwirta, Andi
TAWARIKH Vol 5, No 1 (2013)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.439 KB)

Abstract

ABSTRACT: Nigeria is one of the major democracies in African continent. It is a multi-cultural and multi-ethnic society. There are different identities and segments in this society. To call it a diversified society would not be wrong, a society with different religions, cultures, and languages. Ethnicity is generally regarded as the most basic and politically salient identity in Nigeria. This paper is a new attempt to relook the significance and relevance of true federalism in Nigeria. To examine how far the State machinery and political institutions had been successful in accommodating different interests of various identities. Major democracies are based on the rule of law and protection of human rights that should be taken into consideration at the first level. Only true federalism and decentralization is a way forward to create balance and accommodation among different identities in Nigerian society. Nigeria needs good institution which could be successful in maintaining good governance. Therefore, dysfunctional political system reform and restructuring for maintaining social justice with all without any discrimination. A true federalism and true democracy can be used as a real panacea of ethnic conflict. In summation, it can be said that shaping and sharing of powers could be also better option for creating a peaceful and prosperous in Nigeria.KEY WORDS: Ethnic conflict, federalism, true democracy, decentralization, national integration, and peaceful and prosperous in Nigeria.  About the Authors: Dr. Hilal Ahmad Wani is a Research Fellow at the Centre for Civilizational Dialogue UM (University of Malaya), Kuala Lumpur, Malaysia; and Andi Suwirta, M.Hum. is a Senior Lecturer at the Faculty of Social Studies Education UPI (Indonesia University of Education) in Bandung, Indonesia. The authors can be contacted via their a-mail at: wanihilal@gmail.com and atriwusidna@gmail.comHow to cite this article? Wani, Hilal Ahmad & Andi Suwirta. (2013). “Ethnic Conflict in Nigeria: A Need for True Federalism” in TAWARIKH: International Journal for Historical Studies, Vol.5(1) October, pp.57-70. Bandung, Indonesia: ASPENSI [Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia] and UVRI [Universitas Veteran Republik Indonesia], ISSN 2085-0980.Chronicle of the article: Accepted (August 17, 2013); Revised (September 20, 2013); and Published (October 28, 2013).  
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu Sejarah Kurniawan, Mi’raj Dodi; Suwirta, Andi
SUSURGALUR Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.113 KB)

Abstract

IKHTISAR: Filsafat acapkali diibaratkan sebagai ibu dan sumber mata air bagi macam-macam ilmu. Artinya, filsafat ibarat ibu yang mengandung janin-janin ilmu. Filsafat juga dapat diibaratkan seperti sumber mata air, yang dari dirinya macam-macam ilmu itu berasal dan mengalir ke hilir. Dari filsafatlah, macam-macam ilmu itu lahir dan mengalir. Bukan hanya filsafat dalam pengertian umumnya, tetapi ilmu pun memiliki aspek “ontologi” atau objek pengetahuan, “epistemologi” atau cara mengetahui, dan “aksiologi” atau nilai dan manfaat ilmu. Maka, sejarah sebagai ilmu bukan saja wajib memenuhi syarat tadi, tetapi juga harus mampu menerangkan tiga hal tersebut, sehingga posisi terhormatnya sebagai ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Artinya, sejarah bukan hanya mesti memiliki, namun juga harus dapat membuktikan klaim kepemilikan aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi ilmunya. Tentu saja penjelasan memadai tentang itu tidak diperoleh dari ilmu sejarah, melainkan dari filsafat ilmu sejarah. Oleh karena itu, ontologi ilmu sejarah adalah masa lampau; epistemologi ilmu sejarah dengan mengkaji jejak-jejak sejarah dan catatan-catatan sejarah; dan di antara aksiologi ilmu sejarah adalah sebagai pelajaran, inspirasi, dan rekreasi bagi siapa saja yang ingin belajar dari pengalaman sejarah.KATA KUNCI: Filsafat Sejarah; Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi; Ilmu Sejarah; Metodologi Sejarah; Kegunaan Sejarah. ABSTRACT: “Ontology, Epistemology, and Axiology of History”. Philosophy often described as a mother and springs for various sciences. That is, the philosophy is like a mother containing fetuses of science. Philosophy can also be likened to the fountain, which from it has various science originated and flows downstream. From the philosophy, various sciences were born and flow. Not only in terms of general philosophy, but science has also had an ontological aspect or object of knowledge, epistemology or way of knowing, and axiology or value and benefits of science. Therefore, the history as discipline is not only required to qualify before, but also be able to explain three things, so that honored position as science can be justifiable academically. That is, history is not only a must have, but also must be able to prove a claim of ownership aspects of ontology, epistemology, and axiology on its knowledge. Of course, an adequate explanation about it is not derived from the discipline of history, but from the philosophy of history. Thus, ontology of history is the past; epistemology of history is examining traces of history and historical records; and axiology of history is a lesson, inspiration, and recreation for anyone who wants to learn from the experience of history.KEY WORD: Philosophy of History; Ontology, Epistemology, and Axiology; Discipline of History; Methodology of History; Use of History.  About the Authors: Mi’raj Dodi Kurniawan, S.Pd. adalah Sarjana Pendidikan Sejarah dan Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah SPs UPI (Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung. Andi Suwirta, M.Hum. adalah Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah UPI Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel penulis: mirajdeka@yahoo.co.id dan atriwusidna@gmail.comHow to cite this article? Kurniawan, Mi’raj Dodi & Andi Suwirta. (2015). “Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu Sejarah” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(2), September, pp.181-190. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (July 3, 2015); Revised (August 24, 2015); and Published (September 30, 2015).
Pemilihan Umum, Media Massa, dan Wanita: Pandangan Majalah TEMPO dan GATRA terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden di Indonesia pada Tahun 1999 dan 2004 Agustina, Agustina; Suwirta, Andi; Kamsori, Moch Eryk
SUSURGALUR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Tulisan ini membahas tentang bagaimana pandangan majalah TEMPO dan GATRA terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden pada Pemilihan Umum di Indonesia pada tahun 1999 dan 2004. Dalam PEMILU (Pemilihan Umum) tahun 1999 dan 2004, sosok Megawati Soekarnoputri cukup menjadi sorotan publik, karena dia berani maju mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia. Terjadi pro dan kontra di semua kalangan masyarakat luas atas pencalonannya sebagai Presiden. Majalah TEMPO dan GATRA di Jakarta menanggapi pencalonan Megawati sebagai Presiden pada PEMILU 1999 dan 2004, dengan menampilkan “berita dan pandangan” selama proses PEMILU itu berlangsung, dari tahap kampanye hingga hasil PEMILU diumumkan. Pro dan kontra yang terjadi di kalangan elite politik dan masyarakat biasa juga ditampilkan oleh kedua majalah tersebut, dengan mengusung visi dan misi untuk memberikan berita yang aktual, bersifat netral, dan dapat dipertanggungjawabkan menurut kaedah pers yang profesional.KATA KUNCI: Pemilihan Umum, Megawati Soekarnoputri, media massa, berita dan pandangan, pro dan kontra, serta pers yang profesional.ABSTRACT: “General Election, Mass Media, and Women: The Views of TEMPO and GATRA Magazines towards Megawati Soekarnoputri as a Presidential Candidate in Indonesia in 1999 and 2004”. This paper discusses how the views of TEMPO and GATRA magazines towards Megawati Soekarnoputri as a candidate for Indonesian President in the General Election in 1999 and 2004. In General Election in 1999 and 2004, the figure of Megawati Soekarnoputri was enough into the public spotlight, because she advanced dare to run for President of the Republic of Indonesia. There are pros and cons in the wider community all over her nomination as President. The magazines of TEMPO and GATRA in Jakarta responded Megawati Soekarnoputris candidacy as President in the General Election in 1999 and 2004, with showing the "news and views" during the General Election takes place, from the stage of the campaign until the General Election results were announced. Pros and cons that occurred among the political elite and ordinary people are also displayed by both the magazines, and brought the vision and mission to provide actual news, neutral, and can be accounted by rules of professional mass media.KEY WORD: General elections, Megawati Soekarnoputri, mass media, news and views, pros and cons, and professional mass media.     About the Authors: Agustina, S.Pd. adalah Alumni Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia), lulus tahun 2014. Andi Suwirta, M.Hum. dan Moch Eryk Kamsori, S.Pd. adalah Dosen di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: niwaweasley@gmail.com dan andisuwirta@yahoo.com  How to cite this article? Agustina, Andi Suwirta & Moch Eryk Kamsori. (2015). “Pemilihan Umum, Media Massa, dan Wanita: Pandangan Majalah TEMPO dan GATRA terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden di Indonesia pada Tahun 1999 dan 2004” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(1), Maret, pp.71-84. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.  Chronicle of the article: Accepted (October 25, 2014); Revised (December 19, 2014); and Published (March 24, 2015).
United Nations Involvement in Kashmir Conflict Wani, Hilal Ahmad; Suwirta, Andi
SUSURGALUR Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: Third party involvement or mediation is one of the methods to resolve the conflict. Mediation is the process of conflict resolution. In Kashmir conflict, the major involvement for the conflict resolution is the role of United Nations (UN). Actually, Kashmiris have been suppressed through the process of centralization and over centralization. Anyway, United Nations resolutions strengthened the Kashmiri movement of freedom. However, it is also reality that, somehow and somewhere, UN had failed in Kashmir conflict in order to give the final touch to its resolutions. In addition, Kashmir conflict remains a longstanding dispute in international politics. The Kashmir imbroglio could have been resolved if UN had taken its responsibility. On the other side, the main failure of third party mediation in Kashmir context is India’s strong rejection to third party mediation. It is not wrong that if Kashmiris were demanding their due share and due rights that is right of self-determination and freedom. All parties of the Kashmir conflict should respect the covenants and resolutions of UN and protect human blood, which is costless. Finally, it can be said that India cannot win the hearts of Kashmiris through might and force basis, rather it is only possible through tolerance, love, respect the dignity of Kashmiris, and above all through greater autonomy. KEY WORD: United Nations, Kashmir conflict, India, Pakistan, third party, conflict resolution, and right of self-determination.  IKHTISAR: Artikel ini berjudul “Keterlibatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Konflik Kashmir”. Keterlibatan pihak ketiga atau mediasi merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan konflik. Mediasi adalah proses penyelesaian konflik. Dalam konflik Kashmir, keterlibatan utama untuk resolusi konflik adalah peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sebenarnya, Kashmir telah ditekan melalui proses sentralisasi dan sentralisasi yang berlebihan. Lagi pula, resolusi PBB memperkuat gerakan kemerdekaan Kashmir. Namun juga kenyataan bahwa, entah bagaimana dan dimana, PBB telah gagal dalam konflik Kashmir untuk memberikan sentuhan akhir untuk resolusinya. Selain itu, konflik Kashmir tetap menjadi sengketa lama dalam politik internasional. Keruwetan Kashmir bisa saja diselesaikan jika PBB telah mengambil tanggung jawabnya. Di sisi lain, kegagalan utama mediasi pihak ketiga dalam konteks Kashmir adalah penolakan yang kuat dari India untuk mediasi pihak ketiga. Maka tidak salah jika Kashmir menuntut bagian dan hak-hak mereka yakni hak penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan. Semua pihak dalam konflik Kashmir harus menghormati perjanjian dan resolusi PBB dan melindungi jiwa manusia, yang tiada terkira. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa India tidak bisa memenangkan hati rakyat Kashmir melalui kekuatan dan basis tentara, melainkan hanya mungkin melalui toleransi, cinta, menghormati martabat rakyat Kashmir, dan di atas semuanya melalui otonomi yang lebih besar.KATA KUNCI: Perserikatan Bangsa-Bangsa, konflik Kashmir, India, Pakistan, pihak ketiga, resolusi konflik, dan hak menentukan nasib sendiri.  About the Authors: Dr. Hilal Ahmad Wani is a Research Fellow at Centre for Civilizational Dialogue UM (University of Malaya) in Kuala Lumpur, Malaysia; and Andi Suwirta, M.Hum. is a Senior Lecturer at the Department of History Education UPI (Indonesia University of Education) in Bandung, West Java, Indonesia. Corresponding authors are: wanihilal@gmail.com and atriwusidna@gmail.comHow to cite this article? Wani, Hilal Ahmad & Andi Suwirta. (2014). “United Nations Involvement in Kashmir Conflict” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(1), Maret, pp.41-50. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (January 5, 2014); Revised (February 5, 2014); and Published (Maret 24, 2014).
Dimana Ada Gula, Disitu Ada Semut: Melihat Kembali Aksi Pendudukan Tentara Amerika Serikat terhadap Irak pada Tahun 2003 Suwirta, Andi; Rosdianti, Sri Redjeki
SUSURGALUR Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Serbuan tentara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, terutama Inggris, ke Irak pada bulan April 2003 – lebih dari sepuluh tahun yang lalu – dan berhasil menggulingkan pemerintahan Saddam Husein yang berkuasa sejak tahun 1979, nampaknya merupakan fenomena “sejarah itu berulang”. Sebagaimana ditunjukkan oleh analisis dalam tulisan ini bahwa kekuatan-kekuatan luar yang sering menyatroni, dan bahkan juga menduduki, daerah Irak bukanlah fenomena baru mengingat, di antaranya, kedudukan yang strategis serta keluhuran peradaban dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Irak. Jadi, dalam perspektif sejarah, Amerika Serikat dan Inggris bisa saja berdalih ingin memberikan hukuman kepada Saddam Husein dengan menyerbu dan menduduki Irak. Namun, di balik serbuan terhadap Irak itu ada kepentingan penguasaan sumber daya alam yang kaya, khususnya minyak. Dan Amerika Serikat – sebagai negara adi kuasa – nampaknya ingin juga memberikan pelajaran kepada negara-negara lain di dunia agar jangan macam-macam dengan negeri Paman Sam itu kalau tidak ingin “di-Saddam Husein-kan” seperti yang terjadi di Irak pada tahun 2003.KATA KUNCI: Amerika Serikat, Inggris, Irak, pendudukan, Saddam Husein, kekayaan alam dan peradaban, serta sejarah itu berulang.ABSTRACT: “Where there is Sugar, there are Ants: Reviewing the United States Army’s Occupation Action towards Irak in 2003”. Invasion of the United States Army and its allies, especially Britain, to Iraq in April 2003 – more than ten years ago – and succeed to overthrow the government of Saddam Husein who has had the power since 1979, seems to be a phenomenon of "history is repeating". As indicated by the analysis in this paper that outside forces were frequently invading, and even occupy, parts of Iraq is not a new phenomenon considering, among other things, strategic position and sublime civilization and wealth of natural resources owned by Iraq. So, in a historical perspective, the United States and Britain could be argued that they want to inflict punishment againts Saddam Husein so that they invaded and occupied Iraq. But, behind the invasion of Iraq was interested in mastery of rich natural resources, especially oil. And the United States – as a super power state – seems to want also to give lessons to other countries in the world in order not to mess with Uncle Sams country if they do not want to be punished like Saddam Husein as happened in Iraq in 2003.KEY WORD: United States of America, Britain, Iraq, occupation, Saddam Husein, the natural wealth and civilization, and history is repeating.   About the Authors: Andi Suwirta, M.Hum. adalah Dosen Senior di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung; dan Sri Redjeki Rosdianti, M.M.Pd. adalah Guru IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di SMP (Sekolah Menengah Pertama) Labschool UPI Kampus Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: atriwusidna@gmail.comHow to cite this article? Suwirta, Andi & Sri Redjeki Rosdianti. (2014). “Dimana Ada Gula, Disitu Ada Semut: Melihat Kembali Aksi Pendudukan Tentara Amerika Serikat terhadap Irak pada Tahun 2003” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(2), September, pp.225-232. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (October 9, 2013); Revised (March 2, 2014); and Published (September 24, 2014).
Memaknai Peristiwa Sumpah Pemuda dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Pendidikan Suwirta, Andi
SIPATAHOENAN Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.197 KB)

Abstract

INTISARI: Sejarah sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu adalah satu hal. Namun makna dan interpretasi terhadap peristiwa sejarah itu adalah hal lain lagi. Jika yang pertama berkenaan dengan kenyataan objektif dan hanya sekali terjadi; sedangkan yang terakhir merupakan kenyataan subjektif dan dapat diproduksi atau direproduksi untuk kepentingan pendidikan dalam arti luas. Pernyataan ini relevan untuk membahas dua peristiwa sejarah yang dinilai penting oleh bangsa Indonesia, yakni peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan peristiwa Revolusi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Makalah ini berusaha untuk menjelaskan, menafsir, dan memaknai dua peristiwa tersebut dalam perspektif pendidikan. Hal ini penting untuk disadari dan dikritisi bahwa sejarah tentang penulisan sejarah, atau historiografi, adalah wilayah tafsir terhadap realitas dan peristiwa sejarah yang sebenarnya. Masalah-masalah yang berkenaan dengan perspektif, kepentingan, kaedah penelitian, serta gayawacana sangat mempengaruhi produk akhir dari sebuah karya sejarah. Tafsir terhadap peristiwa sejarah, dengan demikian, juga bisa berbeda-beda sesuai dengan jiwa zamannya, sebagaimana ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia, setelah merdeka sampai sekarang, ketika menafsir dan memaknai peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945. KATA KUNCI: Memaknai peristiwa, sejarah Sumpah Pemuda dan Revolusi Indonesia, tafsir sejarah, dan perspektif pendidikan. ABSTRACT: “Interpreting the Events of Youth Pledge and Indonesian Independence Revolution in the Perspectives of Education”. History as an event that was actually happened in the past is one thing. But the meaning and interpretation of historical events are something else again. If the first thing is pertaining to the objective reality and only once occurred; whereas the latter thing is a subjective reality and can be produced or reproduced for educational purposes in a broad sense. This statement is relevant to discuss two historical events are considered important by Indonesian people, namely the events of Youth Pledge on October 28, 1928 and the Indonesian Revolution on August 17, 1945. This paper seeks to explain, interpret, and make sense of these two events in the perspectives of education. It is important to realize and criticized that the history of historical writing, or historiography, is a domain of interpretation towards the reality and actual historical events. Issues relating to the perspectives, interests, research methods, as well as mode of discourse affected greatly the final product of a historical work. Interpretation of historical events, thus, can also vary in accordance with the spirit of its age, as shown by the people of Indonesia, after gaining the independence until now, when they have been interpreting and meaning the events of Youth Pledge in 1928 and Indonesian Independence Revolution in 1945.KEY WORD: Meaning to the events, histories of Youth Pledge and Indonesian Revolution, historical interpretation, and perspectives of education.About the Author: Andi Suwirta, M.Hum. adalah Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia; dan Ketua Umum ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia), periode 2013-2018. Alamat emel yang bisa dihubungi adalah: andisuwirta@yahoo.comHow to cite this article? Suwirta, Andi. (2015). “Memaknai Peristiwa Sumpah Pemuda dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Pendidikan” in SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Vol.1(1) April, pp.57-68. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, ISSN 2407-7348. Chronicle of the article: Accepted (March 2, 2015); Revised (March 22, 2015); and Published (April 21, 2015).
Pers dan Kritik Sosial pada Masa Orde Baru: Kasus Peristiwa Tanjung Priok Tahun 1984 dalam Pandangan Surat Kabar Merdeka dan Kompas di Jakarta Suwirta, Andi
INSANCITA Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.349 KB)

Abstract

ABSTRAKSI: Artikel ini, dengan menggunakan metode sejarah dan analisis yang deskriptif-kualitatif, mengkaji peristiwa Tanjung Priok tahun 1984 dalam pemberitaan dan pandangan surat kabar Merdeka dan Kompas di Jakarta. Hasil kajian menunjukan bahwa pemberitaan dan pandangan pers biasanya tercermin dalam tajuk rencana, cacatan pojok, sajian berita utama, dan analisis terhadap beritanya. Dalam konteks ini, surat kabar Merdeka dan Kompas, dalam pemberitaan dan pandangannya, secara umum menyatakan dukungan kepada pemerintah dalam menyelesaikan kasus Tanjung Priok. Dukungan kedua surat kabar tersebut mengingat bahwa rejim Orde Baru mengawasi secara ketat pemberitaan pers. Surat kabar Kompas bahkan secara terang-terangan meyatakan dukungannya pada pemerintah Orde Baru, yang telah melindungi dan memberi dukungan pada surat kabar milik golongan Katholik di tengah-tengah para pembaca yang kebanyakan beragama Islam. Sementara itu, meskipun surat kabar Merdeka mendukung tindakan pemerintah Orde Baru, namun secara tersirat surat kabar ini menyalahkan pemerintah Orde Baru yang mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) Pancasila sebagai asas tunggal dan berbagai kebijakan lain, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya peristiwa berdarah tersebut.KATA KUNCI: Pers dan Pemerintah; Kritik Sosial; Surat Kabar Merdeka dan Kompas; Peristiwa Tanjung Priok; Berita dan Pandangan. ABSTRACT: “Press and Social Criticism in the New Order Period: The Case of Tanjung Priok Event of 1984 in the Views of Merdeka and Kompas Newspapers in Jakarta”. This article, using method of history and descriptive-qualitative analysis, examines the events of Tanjung Priok in 1984 in news and views of Merdeka and Kompas newspapers in Jakarta. The results of the study show that the news and views of press are usually reflected in editorials, corner notes, news headlines, and analysis of the news. In this context, newspapers of Merdeka and Kompas, in their news and views, generally support the government to resolve the Tanjung Priok case. The support of both newspapers was due to the New Order regime was closely watching the press coverage. Kompas newspaper even openly expressed its support for the New Order government, which has protected and supported the newspaper owned by Catholic minority in the midst of the mostly Muslim readers. Meanwhile, even though the Merdeka newspaper supported the New Order government, but this newspaper implicitly blamed the New Order government for proposing the Pancasila Bill as a single principle and various other policies, which eventually led to the occurrence of bloody events.KEY WORD: Press and Government; Social Criticism; Merdeka and Kompas Newspapers; Tanjung Priok Event; News and Views.About the Author: Andi Suwirta, M.Hum. adalah Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: atriwusidna@gmail.com Suggested Citation: Suwirta, Andi. (2017). “Pers dan Kritik Sosial pada Masa Orde Baru: Kasus Peristiwa Tanjung Priok Tahun 1984 dalam Pandangan Surat Kabar Merdeka dan Kompas di Jakarta” in INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, Volume 2(2), August, pp.101-122. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 2443-1776. Article Timeline: Accepted (October 9, 2016); Revised (March 2, 2017); and Published (August 30, 2017).
Suleiman the Magnificent, Sang Penakluk Timur dan Barat: Kajian Politik Ekspansi Turki Utsmani, 1520-1566 Masehi Hafiez, Muhammad Ryan; Suwirta, Andi; Iriyadi, Achmad
INSANCITA Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSI: Sultan Suleiman I dikenal juga dalam dunia Islam dengan gelar “Al-Qanuni”, yang artinya “pembuat undang-undang”; sedangkan dalam dunia Eropa, ia dijuluki dengan gelar “Suleiman the Magnificent” atau “Solomon the Great”, yang bermakna “hebat”, karena luas kekuasaannya menyaingi Alexander the Great. Artikel ini mengkaji proses ekspansi yang dilakukan oleh kesultanan Turki Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Suleiman I. Metode penelitian sejarah yang digunakan meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Suleiman I merupakan Sultan Turki Utsmani ke-10, yang berkuasa dari tahun 1520-1566 Masehi. Di bawah kepemimpinannya, Turki Utsmani telah melakukan ekspansi ke wilayah Barat (Eropa Timur), wilayah Selatan (Mediterania dan Afrika Utara), serta wilayah Timur (Asia Barat). Ekspansi tersebut dilatarbelakangi oleh faktor-faktor geopolitik, ekonomi, dan keagamaan, yang kemudian berkembang menjadi peperangan. Di wilayah Barat, Turki Utsmani harus menghadapi kerajaan Hongaria dan Habsburg dalam memperebutkan daerah Belgrade dan Buda. Di wilayah Selatan, Turki Utsmani harus menghadapi kerajaan Spanyol dalam memperebutkan daerah Tunisia, Aljir, dan Mesir. Sedangkan di wilayah Timur, Turki Utsmani harus menghadapi Persia-Safavid dalam memperebutkan daerah Baghdad. Penaklukan Sultan Suleiman I telah memperluas wilayah Turki Utsmani dari 576,900 mil persegi pada tahun 1520 menjadi 877,888 mil persegi pada tahun 1566.KATA KUNCI: Ekspansi; Geopolitik; Ekonomi; Suleiman the Magnificent; Turki Utsmani. ABSTRACT: “Suleiman the Magnificent, the Conqueror of East and West: Study on Political Expansion of Ottoman Empire, 1520-1566 AD”. Sultan Suleiman I was known in the Islamic world with the title of “Al-Qanuni”, which means “legislators”; whereas in the European world, he is known by the title of “Suleiman the Magnificent” or “Solomon the Great”, because his vast power to rival Alexander the Great. This article examines the expansion process carried out by the Ottoman empire under the leadership of Sultan Suleiman I. The historical method used includes heuristics, criticism of sources, interpretation, and historiography. Suleiman I was the Sultan of the 10th Ottoman empire, which ruled from 1520 to 1566 AD (Anno Domini). Under his leadership, the Ottoman empire had expanded to West region (Eastern Europe), South region (Mediterranean and North Africa), and East region (West Asia). The expansion is motivated by geopolitics, economics, and religion factors, which later evolved into the war. In the West region, the Ottoman empire had to conpront with Habsburg and Hungarian kingdoms in the fight over Belgrade and Buda areas. In the South region, the Ottoman empire had to face the Spanish kingdom in the fight areas of Tunisia, Algiers, and Egypt. While in the East region, the Ottoman empire must face the Persia-Safavid kingdom in fighting the Baghdad area. The conquest of Sultan Suleiman I have expanded the territory of the Ottoman empire of 576,900 square miles in 1520 became 877,888 square miles in 1566.KEY WORD: Expansion; Geopolitics; Economics; Suleiman the Magnificent; Ottoman Empire.    About the Authors: Muhammad Ryan Hafiez, S.Pd. adalah Alumni Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Andi Suwirta, M.Hum. dan Drs. R.H. (Raden Haji) Achmad Iriyadi adalah Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel penulis: suwirta.sahaja@upi.eduHow to cite this article? Hafiez, Muhammad Ryan, Andi Suwirta & Achmad Iriyadi. (2017). “Suleiman the Magnificent, Sang Penakluk Timur dan Barat: Kajian Politik Ekspansi Turki Utsmani, 1520-1566 Masehi” in INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, Vol.2(1), February, pp.17-30. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 2443-1776. Chronicle of the article: Accepted (January 15, 2017); Revised (January 29, 2017); and Published (February 27, 2017).