Abdus Sair
Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KAMPUS DAN DEGRADASI PENGETAHUAN POLITIK MAHASISWA Sair, Abdus
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 1, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.583 KB)

Abstract

Cerita sukses tentang peran mahasiswa, tentu bukan karena gerakannya saja, melainkan juga karena pengetahuannya tentang politik. Selain itu, juga karena mereka memiliki sikap politik yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Kini cerita sukses tersebut tinggal cerita, sebab pengetahuan politik mahasiswa mulai menurun (degradasi), sikap mereka juga cenderung apatis. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai pijakan penelitian dengan teknik pengambilan data wawancara, observasi dan tinjauan pustaka. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, akan dijelaskan bagaimana pengetahuan politik mahasiswa terhadap penyelengaraan pemilu dewasa ini, peran mereka dalam pemilu, pengetatahuan mereka terhadap figur dan kekuasaan partai politik, serta pengetahuan mereka terhadap figur dan profil calon presiden tahun 2014.Kata Kunci: mahasiswa, pengetahuan politik, degradasi
“MENJADI KOREA”: MELIHAT CARA, BENTUK DAN MAKNA BUDAYA POP KAREA BAGI REMAJA DI SURABAYA Fella, Sarah; Sair, Abdus
Journal of Urban Sociology Volume 3 No 2 Tahun 2020
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v3i2.1232

Abstract

This article explores the ways, forms and meanings of Korean pop culture for teenagers in Surabaya. Several studies show that Korean pop culture has developed in Indonesia since the early 2000s through Korean films, followed by music, food and beauty products. However, studies that focus on the ways, forms and meanings of Korean pop culture for Surabaya youth in metropolitan city are still very limited. This article, on the other hand, wants to discuss this in field research through in-depth interviews with 5 Surabaya teenagers, members of KLOSS (Korea Lovers Surabaya Community). This article shows that Korean pop culture has become a new culture for youth in Surabaya because its novelty values. They get the Korean pop through television and social media. The prominent forms of pop culture used by the majority of youths are Korean cultural symbols represented in everyday life. Meanwhile, the meaning of Korean pop culture is in the form of information about Korean youth, Korean artists and other “Korean-ness”.Keywords: Korean Pop Culture, To be Korea, Korean-ness, Surabaya Teenagers.
BENCANA DAN “PROYEK” KURIKULUM KEBENCANAAN DI SEKOLAH Sair, Abdus
Journal of Urban Sociology Volume 1 No 1 Tahun 2018
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v1i1.560

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang bencana dan proyek kurikulum kebencaan di sekolah. Untuk maksud itu penulis menggunakan metode kajian pustaka yang diadon melalui persepektif sosiologi. Sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia sudah semestinya menerapkan kurikulum kebencanaan di sekolah. Kurikulum tersebut harus menjadi “proyek kebajikan” yang ditempatkan sebagai Education for Sustainable Development melalui prinsip-prinsp yang mapan, seperti; relevansi, efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas, serta mengacu pada prinsip-prinsip umum dalam PRB yang dijelaskan secara eksplisit di dalam Hyogo Framework for Action. Tujuan dari proyek kurikulum kebencanaan ini adalah untuk mewujudkan komunitas baru yang lebih kritis yang mampu memahami bencana secara total; kenapa terjadi bencana, bagaimana perilaku menghadapi bencana, dan apa yang harus dilakukan ketika bencana itu datang. Ujungnya adalah untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat Indonesia dari resiko bencana yang lebih besar dan membahayakan di kemudian hari. Kata Kunci : Bencana, Proyek Kurikulum Kebencanaan di Sekolah, Komunitas Kritis
PELATIHAN PENGGALIAN SUMBER DAYA LOKAL MENUJU DESA ADAT SENDURO DI KABUPATEN LUMAJANG Azizah Alie; Yelly Elanda; Umar Sholahudin; Abdus Sair
Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat Vol 3, No 1 (2022): Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sawala.v3i1.37246

Abstract

Salah satu hambatan untuk membentuk desa adat adalah tidak adanya pendampingan kepada masyarakat sehingga masyarakat kesulitan memenuhi persyaratan yang harus diajukan untuk mengubah status desa menjadi desa adat. Desa adat merupakan daerah otonom yang memiliki nilai-nilai asli yang dianut oleh masyarakat setempat dan bercorak sosial religius. Oleh karena itu penting kiranya mengulik kembali nilai-nilai asli dan corak sosial religius masyarakat Senduro sebagai modal menuju desat adat melalui pelatihan penggalian sumber daya lokal.  Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah mengidentifikasi sumber daya local yang dimiliki oleh desa Senduro, meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat desa melalui pelatihan, melibatkan masyarakat dalam proses pembentukan desa adat melalui pemberdayaan. Metode yang digunakan dalam proses pemberdayaan masyarakat ini dengan menggunakan pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Dengan menggunakan metode ini maka masyarakat terlibat secara langsung dalam proses penggalian sumber daya lokal yang dimiliki oleh desa. Identifikasi awal dari kegiatan pelatihan, tim penggali sumber daya lokal desa yang terdiri dari karang taruna, tokoh masyarakat dan pemerintah desa antusias dan mampu menangkap materi pelatihan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari proses diskusi dan tanya jawab antara peserta dan fasilitator. Hasil kegiatan pelatihan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena tim yang terlibat dalam penggalian sumber daya local mampu mengidentifikasi, menarasikan hasil temuannya dalam bentuk tulisan atau catatan.
THE CULTURAL NEGOTIATION OF BEING SHIA AND MADURESE: How It Can be Reconciled? Abdus Sair; Yelly Elanda
Islamuna: Jurnal Studi Islam Vol. 8 No. 1 (2021)
Publisher : Madura State Islamic Institute (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/islamuna.v8i1.4300

Abstract

The life of the Sampang Shia community in the refugee camps remains regretful. They are considered a heretical sect by the Indonesian Council of Religious Scholars (MUI), expelled and face complex social problems. Various policies have been attempted, but have not had an impact. This article aims at explaining the reasons for the emergence of discrimination and expulsion of the Sampang Shia community and how they negotiated as a hated Shia minority as well as a “good” Madurese community. Can they be reconciled? This article was written based on field research using a qualitative method with a narrative approach. The data were obtained by conducting in-depth interviews with leaders or figures as well as Shia refugees in the refugee camps. This article shows that the Shia community of Sampang was expelled because of a deviant discourse produced by the MUI. Meanwhile, their negotiation as Shia they hate is to remain a good Madurese; obey the kiai, continue to speak Madurese, continue to work as a cultural spirit, and continue to live life while looking for a cultural way back. [Kehidupan masyarakat Syiah Sampang di kamp pengungsian tetap disesalkan. Mereka dianggap aliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), diusir dan menghadapi masalah sosial yang kompleks. Berbagai kebijakan telah diupayakan, namun belum berdampak. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan alasan munculnya diskriminasi dan pengusiran komunitas Syiah Sampang dan bagaimana mereka bernegosiasi sebagai minoritas Syiah yang dibenci sekaligus komunitas Madura yang “baik”. Bisakah mereka berdamai? Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan tokoh atau tokoh serta pengungsi Syiah di tempat pengungsian. Artikel ini menunjukkan bahwa komunitas Syiah Sampang diusir karena wacana menyimpang yang dihasilkan oleh MUI. Sedangkan negosiasi mereka sebagai Syiah yang mereka benci adalah tetap menjadi orang Madura yang baik; taat pada kiai, terus berbahasa Madura, terus berkarya sebagai spirit budaya, dan terus menjalani kehidupan sambil mencari jalan kebudayaan untuk kembali]
Toleransi Masyarakat Islam-Kristen Madura Di Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember Chriestine Lucia Mamuaya; Abdus Sair
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 10, No 2 (2017): November
Publisher : DIMENSI - Journal of Sociology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research describes the values and forms of tolerance between Muslim and Christian communities in Sumberpakem Village, Jember Regency. It is a village where the communities are pandhalungan. The research deploys a qualitative method by digging verbal information as much as possible related to the questions. The data analysis indicates that the tolerance values of Muslim and Christian communities in Sumberpakem Village are the universal values as reflected in multiculturalism, such as acceptance, tolerance, sympathy, empathy, and caring for cultural diversity. They are also willing to live together, mutually trust and mutually support (co-existence and pro-existence). Meanwhile, the forms of tolerance are across the religions such as joint parties, marriages, burial and occupation events.
Kampus dan Degradasi Pengetahuan Politik Mahasiswa Abdus Sair
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.273 KB)

Abstract

Cerita sukses tentang peran mahasiswa, tentu bukan karena gerakannya saja, melainkan juga karena pengetahuannya tentang politik. Selain itu, juga karena mereka memiliki sikap politik yang rasional dan dapat di pertanggungjawabkan. Kini cerita sukses tersebut tinggal cerita, sebab pengetahuan politik mahasiswa mulai menurun (degradasi), sikap mereka juga cenderung apatis. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai pijakan penelitian dengan teknik pengambilan data wawancara, observasi dan tinjauan pustaka. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, akan dijelaskan bagaimana pengetahuan politik mahasiswa terhadap penyelengaraan pemilu dewasa ini, peran mereka dalam pemilu, pengetahuan mereka terhadap figur dan kekuasaan partai politik, serta pengetahuan mereka terhadap figur dan profil calon presiden tahun 2014.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um021v1i12016p009 
ETIKA MASYARAKAT PANDHALUNGAN DALAM MERAJUT KEBHINEKAAN (AGAMA) Abdus - Sair
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.043 KB) | DOI: 10.17977/um021v4i1p47-58

Abstract

Indonesia is a unitary country whose people evolve and live in different tribes, races, religions, cultures and languages. This condition occurs as there is one principle known as Bhinneka Tunggal Ika. This principle, hoever, seems to confront or experience “turbulance” along with teh encreases of regional sentiments and majority and minority disparities. Fot instance, the emergance of intolerant groups has threatened the unity of nation. This problem that should be solved sice the proclamation of Indonesian independence in 1945 emerged due to the fact that the goverment has not touched the local wisdom of the community on how to maintain unity. Therefore, this papes aims at presenting the results or research (a case) with qualitiative methods. The data collection is carried out through field observation and indepth interview (unstructure interview). The results of this study indicate that the “pandhalungan community” in Sumberpakem Village Jember District has a strong social integrity about how to maintain unity. They have a cultural grip called a sangkolan, which is a concept of the ancetral heritage of the community on how to respect and appreciate people of difference religions. Morover, there is also the concept of “ taretan dhibik”, which is a glue or tie among residens. Although they have different religions, they consider others as “taretan dhibik” or they brothers. They also say “ataretan saterrosah” (forever brothers) 
“MENJADI KOREA”: MELIHAT CARA, BENTUK DAN MAKNA BUDAYA POP KAREA BAGI REMAJA DI SURABAYA Sarah Fella; Abdus Sair
Journal of Urban Sociology Volume 3 No 2 Tahun 2020
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v3i2.1232

Abstract

This article explores the ways, forms and meanings of Korean pop culture for teenagers in Surabaya. Several studies show that Korean pop culture has developed in Indonesia since the early 2000s through Korean films, followed by music, food and beauty products. However, studies that focus on the ways, forms and meanings of Korean pop culture for Surabaya youth in metropolitan city are still very limited. This article, on the other hand, wants to discuss this in field research through in-depth interviews with 5 Surabaya teenagers, members of KLOSS (Korea Lovers Surabaya Community). This article shows that Korean pop culture has become a new culture for youth in Surabaya because its novelty values. They get the Korean pop through television and social media. The prominent forms of pop culture used by the majority of youths are Korean cultural symbols represented in everyday life. Meanwhile, the meaning of Korean pop culture is in the form of information about Korean youth, Korean artists and other “Korean-ness”.Keywords: Korean Pop Culture, To be Korea, Korean-ness, Surabaya Teenagers.
BENCANA DAN “PROYEK” KURIKULUM KEBENCANAAN DI SEKOLAH Abdus Sair
Journal of Urban Sociology Volume 1 No 1 Tahun 2018
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v1i1.560

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang bencana dan proyek kurikulum kebencaan di sekolah. Untuk maksud itu penulis menggunakan metode kajian pustaka yang diadon melalui persepektif sosiologi. Sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia sudah semestinya menerapkan kurikulum kebencanaan di sekolah. Kurikulum tersebut harus menjadi “proyek kebajikan” yang ditempatkan sebagai Education for Sustainable Development melalui prinsip-prinsp yang mapan, seperti; relevansi, efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas, serta mengacu pada prinsip-prinsip umum dalam PRB yang dijelaskan secara eksplisit di dalam Hyogo Framework for Action. Tujuan dari proyek kurikulum kebencanaan ini adalah untuk mewujudkan komunitas baru yang lebih kritis yang mampu memahami bencana secara total; kenapa terjadi bencana, bagaimana perilaku menghadapi bencana, dan apa yang harus dilakukan ketika bencana itu datang. Ujungnya adalah untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat Indonesia dari resiko bencana yang lebih besar dan membahayakan di kemudian hari. Kata Kunci : Bencana, Proyek Kurikulum Kebencanaan di Sekolah, Komunitas Kritis