Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

The Design Diversity of Ornamental Earthenware towards the Craft Product Marketing in Bali on Global Era Mudra, I Wayan
International Research Journal of Management, IT & Social Sciences Vol 3 No 9: September 2016
Publisher : International Journal of College and University (IJCU)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21744/irjmis.v3i9.196

Abstract

Balis figure as a "living museum" culture of Hindu-Javanese was believed affecting the realization of Bali tourism development in this global era (Picard, 2006: 21-23). In term of this phenomenon, Bali was interesting by all parties for marketing the various craft products of non-Bali, unlike in Desa Kapal, Mengwi subdistrict, Badung regency, Bali province. The marketing invisible quantity was dominated by non-Bali ornamental earthenware. This dominance led to Balinese ornamental earthenware impressed simply seems "guests" in their own place. First, the research aims at finding out the design diversity of Balinese ornamental earthenware and non-Bali that was marketed in Desa Kapal. Second, the research was intended to know the sense that can be perceived behind the dominance of non-Bali ornamental earthenware designs. The relevance theory was used in analyzing was a semiotics by Roland Barthes (Zoest, 1993), the shape analysis theory (Vihma, 1990), and Derrida deconstruction method (Barker, 2014).
Interpreting the Tri Mandala Concept on the Motif of Gringsing Wayang Kebo Woven Cloth Putriani, Nina Eka; Marwati, Sri; Mudra, I Wayan
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol 1 No 1 (2018): April
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1827.036 KB) | DOI: 10.31091/lekesan.v1i1.343

Abstract

Gringsing wayang kebo woven cloth is one of specialty cloths owned by Tenganan Pegringsingan Village, Manggis Sub-district, Karangasem Regency, Bali. This research aims to interpreting the Tri Mandala concept on the motif of gringsing wayang kebo woven cloth. The approach of this research is descriptive qualitative. Techniques for collecting data are observation, interview, and documentation, data analysis is using interactive analysis model and the validity of the data will be confirmed with triangulation technique. The result of this research shows that the motif of gringsing wayang kebo follows the of Tri Mandala concept that consists of 3 parts, Main pattern, Center pattern, and edge pattern. The motifs consisted of each pattern are 1). The motif on the main pattern consists of the plus, swastika, building, and scorpion motif; 2). The motif on the center pattern consists of an animal motif, floral, mountain, wayang; and; 3). The motif on the edge pattern consists of plus sign (+) and sun.
Fenomena Reproduksi Kerajinan Gerabah Serang Banten Di Bali Mudra, I Wayan; Sunarini, Ni Made Rai
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.358 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.169

Abstract

Selama ini produk kerajinan gerabah yang dipasarkan di Bali terdiri dari berbagai jenis gerabah daerah yang langsung dipasarkan di Bali namun tidak diproduksi di Bali, seperti gerabah Lombok, Yogyakarta maupun gerabah dari Jawa Timur. Gerabah dengan ciri khas Serang Banten justru dibuat di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan reproduksi gerabah Serang Banten di Bali, seperti faktor-faktor yang menyebabkan direproduksi di Bali, pemasaran, peran pemerintah daerah dan tenaga kerja usaha kerajinan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah teori porposive sampling dan snowballing sampling. Lokasi penelitian yaitu di Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan gerabah Serang Banten direproduksi di Bali yaitu pemilik usaha menghindari kerugian akibat biaya transportasi yang tinggi dan produk sering pecah di jalan jika masih memesan di Serang Banten. Faktor yang lain adalah pemilik usaha dapat melayani pembuatan produk sesuai pesanan calon konsumen, dan gerabah Serang Banten memiliki keunikan. Peluang pasar produk gerabah Serang Banten di Bali sampai 2015 ini dapat dikatakan cukup baik, konsumennya dalam negeri dan luar negeri. Pemerintah daerah belum berperan maksimal dalam meningkatkan usaha kerajinan ini. Tenaga kerja usaha kerajinan ini masih menghandalkan tenaga kerja dari daerah Serang Banten Jawa Barat.So far pottery products which are marketed in Bali consist of various types of local pottery areas that directly marketed in Bali, but is not produced in Bali, such as Lombok, Yogyakarta and East Java potteries. The characteristik of Serang Banten pottery is precisely made in Bali, the purpose of this research is to determine the various issues related to the reproduction of Serang Banten pottery in Bali, as factors that cause it reproduced in Bali, marketing, the role of local government and the craft industry workforce. The approaches used to determine the samples are purposive and snowballing sampling. The location of research is in Denpasar city. The data collection techniques used observation, interview and documentation techniques. The results obtained from this research are the factors that caused the Serang Banten pottery reproduced in Bali is that, the business owner avoiding losses caused by high transportation costs and the products are often broken on the street if still booked at Serang Banten. Another factor is that the business owner can serve the manufacture products to suit the prospective customer orders, and the Serang Banten pottery has a uniqueness. The Serang Banten pottery products market opportunities in Bali through 2015 are quite good, its consumers are from domestic and overseas. The local government has not maximally contribute in enhancing this craft industry. The craft business manpower still rely on the labor from Serang Banten, West Java.
Inovasi Dekorasi dan Fungsi Kerajinan Anyaman Besek di Desa Sidetapa Buleleng Adiputra, Komang; Mudra, I Wayan; Muliawati, Ni Putu
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.689 KB)

Abstract

Industri kerajinan anyaman yang telah melakukan inovasi dalam pembuatan industri ini adalah di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan inovasi dekorasi dan fungsi kerajinan anyaman besek di Desa Sidetapa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan diskriptif kualitatif yang dilandasi teori inovasi dari Schumpeter. Hasil penelitian menunjukkan inovasi dekorasi dilakukan dengan memberikan penambahan ornamen dengan teknik lukis pada badan besek atau sokasi, sehingga terlihat lebih menarik. Inovasi fungsi dilakukan dengan mengalihkan fungsi besek yang awalnya sebagai pembungkus tape menjadi tatakan banten yang sebelumnya dibuat dari daun kelapa yang disebut tamas. Selain itu besek dengan dekorasi ini juga dimanfaatkan sebagai wadah cinderamata dalam pernikahan atau acara lainnya di Bali.The woven craft industry that has been innovating making this industry at Sidetapa Village, Banjar District, Buleleng Regency, Bali. The purpose this research is to describe decoration and function innovation of the besek handicraft at Sidetapa Village. The technique of data collection by observation, interview and documentation. The data analysis was done by qualitative descriptive approach based on innovation theory from Schumpeter. The research results ware that decoration innovation done by adding ornaments with painting techniques on the body of besek or sokasi, and so more interesting. The innovation function was done by transferring the function of besek as a tape wrapper to banten container, that previously made by the coconut leaves and the crafters called tamas. The besekwith this decoration ware also used as a souvenirs container in the wedding or other events in Bali. 
Inovasi Kerajinan Gerabah I Wayan Kuturan Di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Provinsi Bali Adiputra, Komang; Suardina, I Nyoman; Mudra, I Wayan
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.516 KB)

Abstract

Inovasi gerabah Pejaten dikembangkan pertama kali oleh I Wayan Kuturan pada  tahun 1960-an. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerajinan gerabah hasil inovasi I Wayan Kuturan ditinjau dari segi bentuk, fungsi dan estetika. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara deskriftif kualitatif. Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan ini adalah Teori Bentuk menggunakan teori Wong dan Sanyoto mengenai bentuk matra, Ratna mengenai wujud konkret, Sanyoto mengenai wujud kenyataan dan wujud batas/dimensi, Teori Fungsional mengunakan teori Enmud Burke Feldman mengenai fungsi seni dan Soegondho mengenai fungsi gerabah, serta Teori Estetika Parker dan teori Beardsley. Hasil penelitian menunjukkan Gerabah Kuturan dari segi bentuk merupakan gerabah yang diwujudkan untuk menghindari kemonotonan, dengan cara menerapkan macam-macam tema pada produknya. Penerapan unsur rupa seperti  garis lengkung dan lurus dapat dilihat pada bentuk maupun dekorasi produk patung, celengan, relief  terakota dan lampu taman, bentuk/shapeyang diterapkan berupa bentuk bulat pada bentuk dasar patung taman, celengan dan lampu taman (burung hantu), serta bentuk persegi pada relief terakota dan lampu taman yang meniru bentuk bagian atas sebuah pura atau pelinggih, warna dan bidang atau ruang yang disusun berdasarkan asas desain, yakni kesatuan (unity), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity), aksentuasi (emphasis) dan proporsi. Produk inovasi I Wayan Kuturan sebagian besar memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias, fungsi ini berbeda dengan fungsi gerabah Desa Pejaten sebelumnya, yaitu sebagai perlengkapan upacara serta peralatan dapur. Produk gerabah Kuturan yang berfungsi sebagai benda pakai adalah celengan, sedangkan gerabah yang berfungsi sebagai benda hias adalah patung taman, lampu taman, dan relief terakota. Gerabah I Wayan Kuturan ditinjau dari teori estetika Parker maupun Beardsley adalah produk yang memiliki nilai estetis. 
Faktor Penggugah serta Variasi Karya Seni Rupa dan Desain di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali Ardana, I Gusti Ngurah; Adnyana, I Wayan; Sudirga, I Komang; Rai Remawa, A.A Gede; Mudra, I Wayan; Radiawan, I Made; Sudika Negara, I Nengah; Suparta, I Made
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1619.841 KB)

Abstract

Paper ini difokuskan untuk menganalisis faktor penggugah dan variasi karya seni rupa serta desain di sembilan desa Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Analisis perlu dilakukan, agar berbagai institusi yang memiliki program pelestarian dan pelatihan serta pengembangan seni memeroleh informasi yang lengkap sebagai pedoman pelaksanaan kegiatannya. Data dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dikumpulkan dari seluruh banjar yang berada di sembilan desa Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali, diverifikasi dengan referensi yang dianggap relevan. Hasil analisis ini menggambarkan, ada dua jenis faktor penggugah pembuatan karya seni rupa dan desain di sembilan desa yang berada di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali yaitu: 1) dorongan internal yang bersumber dari bakat yang dimiliki, keinginan mengembangkan keterampilan lainnya, sebagai ekspresi diri dan untuk mendapatkan penghasilan tambahan; 2) dorongan eksternal berupa permintaan langsung dari masyarakat, kegiatan yang membutuhkan produk seni rupa dan desain serta berkembangnya pariwisata. Jenis produk seni rupa dan desain yang sudah dihasilkan, menggunakan variasi material seperti kayu, bambu, ijuk, kertas, benang, tali, lidi, kain, stereo form, emas dan perak, tembaga, besi, batu alam, beton maupun pasir melela.
KAJIAN SEMIOTIKA ELEMEN ESTETIK PADA DESAIN INTERIOR STARBUCKS DEWATA DI SEMINYAK KUTA BALI BERDASARKAN TEORI C.S. PEIRCE Ratnamaya, A. A. Ista; Mudra, I Wayan
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2021.v20i1.3463

Abstract

Starbucks Dewata merupakan salah satu cabang gerai Starbucks terbesar di Asia Tenggara yang menyediakan  minuman  dengan  bahan  dasar  kopi.  Starbucks  Dewata  ini memiliki  perbedaan  jika dibandingkan dengan gerai Starbucks lainnya, salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat dari makna yang  terkandung dalam desainnya  yakni pada  elemen  estetik.  Tujuan  penelitian  ini adalah  untuk mengkaji elemen estetik sebagai daya tarik berdasarkan teori C.S. Peirce pada interior Starbucks Dewata. Kasus ini kemudian diteliti pada tahun 2020 dan dianalisa menggunakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data yakni observasi dan dokumentasi secara online dan offline yang dianalisis berdasarkan teori semiotika Peirce. Hasil dari penelitian ini berupa beberapa elemen estetik yang mengandung makna sesuai dengan teori Peirce yang kemudian akan digunakan sebagai referensi dari pemaknaan suatu objek yang dalam kasus ini ialah elemen estetik dengan kesimpulan bahwa terdapat makna lain pada suatu objek. Selain itu hasil dari penelitian ini juga dapat mengedukasi civitas awam sehingga civitas dapat mengetahui faktor pembeda antara Starbucks Dewata dengan cabang Starbucks lainnya dari segi pemaknaan objek
Estetika Film Animasi 2D “ Bawang dan Kesuna” Sudi Anggara, I Gede Adi; Mudra, I Wayan; Sariada, I Ketut
PANTUN Vol 3, No 1 (2018): Estetika Budaya Urban
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v3i1.879

Abstract

2D Animation flm of Bali folktale “Bawang and Kesuna” tells about two sisters, Bawang and Kesuna. Bawang is a girl who is lazy, jealousy, and sly. Meanwhile, Kesuna is a kind, calm, honest, and hardworking girl. The folktale is from Sengkidu village, Karangasem. The paper is aimed to reveal the aesthetics of 2D “Bawang and Kesuna” flm approached by Djelantik Aesthetic theory. It discusses the form and structure, the mood, idea and message, as well as the presentation. The study applies qualitative method. The data are collected from interview and documentation of related literatures. The result shows that the form comprises illustration, typography, and colour, meanwhile the structure applies flm structure, namely shot, scene, and sequence. The mood shares village atmosphere giving traditional impression shown from the accessories of costumes and buildings. The film is full of moral messages useful for children character education.Keywords: Aesthetics, 2D Animation Film, Balinese Folktale, Bawang and Kesuna
ANALISIS MAKNA DAN BENTUK BUSANA ADAT DAHA DAN TRUNA DESA BUNGAYA KARANGASEM Elsye Andriani Delfi; I Wayan Mudra; I Wayan Swandi
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23, No 3 (2020): DESEMBER 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v23i3.4473

Abstract

Busana adat daha  dan truna Desa Bungaya adalah busana yang wajib digunakan saat upacara Dewa Yadnya yang biasanya  berlokasi di Pura Bale Agung Desa Bungaya Karangasem. Busana adat daha dan truna ini merupakan salah satu bagian unik dari adat dan tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun oleh leluhur di Desa Bungaya. Busana adat ini secara visual nampak sangat sederhana namun memiliki filosofi yang  erat kaitannya dengan nilai-nilai dalam agama. Oleh karena itu bentuk yang menyusun busana ini memiliki makna yaitu makna konotatif dan denotatif. Makna dalam satu bentuk atau bentuk lainnya, menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat dan  bentuk menjadi begitu penting karena mampu mempengaruhi perasaan estetis para penikmat seni ketika pertama melihat suatu karya seni rupa. Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana unsur pada desain mode yang terkandung didalamnya yaitu bentuk dalam busana adat daha dan truna di Desa Bungaya yang mengandung suatu makna. Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan kepustakaan. Berdasarkan analisa data yang dilakukan, didapat kesimpulan yaitu unsur bentuk dalam busana adat daha dan truna terdapat bentuk geometris, non geometris dan bentuk siluet yang menyusun busana adat dan dalam bentuk tersebut mengandung makna konotatif dan denotatif.
Fenomena Reproduksi Kerajinan Gerabah Serang Banten Di Bali I Wayan Mudra; Ni Made Rai Sunarini
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.358 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.169

Abstract

Selama ini produk kerajinan gerabah yang dipasarkan di Bali terdiri dari berbagai jenis gerabah daerah yang langsung dipasarkan di Bali namun tidak diproduksi di Bali, seperti gerabah Lombok, Yogyakarta maupun gerabah dari Jawa Timur. Gerabah dengan ciri khas Serang Banten justru dibuat di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan reproduksi gerabah Serang Banten di Bali, seperti faktor-faktor yang menyebabkan direproduksi di Bali, pemasaran, peran pemerintah daerah dan tenaga kerja usaha kerajinan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah teori porposive sampling dan snowballing sampling. Lokasi penelitian yaitu di Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan gerabah Serang Banten direproduksi di Bali yaitu pemilik usaha menghindari kerugian akibat biaya transportasi yang tinggi dan produk sering pecah di jalan jika masih memesan di Serang Banten. Faktor yang lain adalah pemilik usaha dapat melayani pembuatan produk sesuai pesanan calon konsumen, dan gerabah Serang Banten memiliki keunikan. Peluang pasar produk gerabah Serang Banten di Bali sampai 2015 ini dapat dikatakan cukup baik, konsumennya dalam negeri dan luar negeri. Pemerintah daerah belum berperan maksimal dalam meningkatkan usaha kerajinan ini. Tenaga kerja usaha kerajinan ini masih menghandalkan tenaga kerja dari daerah Serang Banten Jawa Barat.So far pottery products which are marketed in Bali consist of various types of local pottery areas that directly marketed in Bali, but is not produced in Bali, such as Lombok, Yogyakarta and East Java potteries. The characteristik of Serang Banten pottery is precisely made in Bali, the purpose of this research is to determine the various issues related to the reproduction of Serang Banten pottery in Bali, as factors that cause it reproduced in Bali, marketing, the role of local government and the craft industry workforce. The approaches used to determine the samples are purposive and snowballing sampling. The location of research is in Denpasar city. The data collection techniques used observation, interview and documentation techniques. The results obtained from this research are the factors that caused the Serang Banten pottery reproduced in Bali is that, the business owner avoiding losses caused by high transportation costs and the products are often broken on the street if still booked at Serang Banten. Another factor is that the business owner can serve the manufacture products to suit the prospective customer orders, and the Serang Banten pottery has a uniqueness. The Serang Banten pottery products market opportunities in Bali through 2015 are quite good, its consumers are from domestic and overseas. The local government has not maximally contribute in enhancing this craft industry. The craft business manpower still rely on the labor from Serang Banten, West Java.