Mesin pemotong tempe yang digunakan pada home industri âPak Murâ saat ini, memiliki banyak keluhan yang dinyatakan oleh pekerja. Keluhan-keluhan tersebut antara lain adanya keluhan muskuloskeletal, bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan proses pemotongan tempe yang masih terbuat dari bahan besi berkarat, Tegangan listrik sebesar 900 watt dan kenyamanan dalam pengoperasian mesin pemotong tempe yang dianggap masih kurang. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti bermaksud meredesain mesin pemotong sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja dan kapasitas produksi home industri tersebut. Metode yang digunakan untuk meredesain mesin pemotong tempe adalah dengan menggunakan service quality dan quality function deployment melalui pendekatan antropometri. Dengan penyebaran kuisioner sebanyak 8 (delapan) orang pekerja untuk mengumpulkan data keluhan muskuloskeletal melalui nordic body map, mengumpulkan data tingkat kepentingan, tingkat kepuasan dan tingkat harapan dari pekerja terhadap mesin pemotong tempe melalui service quality dan quality function deployment serta menghimpun data antropometri yang dibutuhkan. Hasil dari service quality diperoleh gap positif terbesar terdapat pada atribut tinggi mesin. Hasil dari quality function deployment diketahui tingkat kepentingan tertinggi terdapat pada atribut tinggi mesin 4,625. Tingkat kepuasan tertinggi terdapat pada atribut tinggi mesin yaitu sebesar 4,75. Ukuran mesin pemotong tempe yang baru adalah tinggi mesin 94,32 cm dan lebar 55,78 cm. Kata kunci: Service Quality, Quality Function Deployment, Antropometri