Deti Rostika, Deti
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Dasar dengan Penggunaan Media Cerita Bergambar Dibandingkan Media Dialog Narasi Windayana, Husen; Priatna, Dudung; Rostika, Deti; Kartika, Entang
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 7, No 1: Januari 2015
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v7i1.2784

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar relatif tidak terlalu disenangi siswa. Salah satu penyebabnya adalah suasana belajar mengajarnya kurang menyenangkan, minat belajar yang rendah, dan siswa kurang terfokus pada konsep yang dipelajari. Media cerita bergambar dan media dialog narasi memungkinkan pembelajaran menjadi lebih rileks, menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan, serta siswa terfokus kepada konsep yang dipelajari. Tujuan penelitian ini mengungkap seberapa besar pengaruh penggunaan media cerita bergambar dan media dialog narasi terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dan apakah terjadi perbedaan pengaruh secara signifikan dari penggunaan dua jenis media berbeda tersebut terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain kontrabalance. Pada fase pertama kelompok ke satu memperoleh perlakuan dengan media cerita bergambar, sedangkan kelompok ke dua memperoleh perlakuan dengan media dialog narasi. Fase ke dua ditukar, kelompok ke satu menerima media dialog narasi, kelompok ke dua menerima media cerita bergambar. Hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa terjadi pengaruh peningkatan terhadap kemampuan penalaran matematis siswa dalam taraf sedang bagi kelompok-kelompok yang belajarnya menggunakan media cerita bergambar, sedangkan hanya terjadi peningkatan dalam taraf cenderung rendah dan rendah terhadap kemampuan penalaran matematis bagi kelompok-kelompok yang belajarnya menggunakan media dialog narasi. Serta ada perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan penalaran matematis siswa antara kelompok yang belajarnya menggunakan media cerita bergambar dibandingkan kelompok yang belajarnya dengan media dialog narasi. Kelompok yang menggunakan media cerita bergambar lebih baik dibandingkan kelompok yang belajarnya dengan media dialog narasi.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL DISKURSUS MULTY REPRESENTATION (DMR) Rostika, Deti; Junita, Herni
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 9, No 1: Januari 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v9i1.6176

Abstract

Abstract: Mathematics is a science that is universal and able to integrate with other subjects. One of the goals of mathematics learning based on Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan is to understand, explain and apply mathematical concepts in the context of problem solving. But in the field, the students tend to difficulties in resolving problems related to problem solving in mathematics. This is due to the low ability students in mathematical problem solving in students' learning because not used to thinking creatively. It required a real effort to improve students' problem-solving abilities in mathematics. One of the measures taken namely through mathematics model Multy Discourse Representation (DMR). Learning with models DMR is one alternative that can be used because it exposes students to work in groups, in order to issue a power of representation held by the students.Keyword: Problem solving ability, DMR Model, Mathematic learning. Abstrak: Matematika merupakan suatu ilmu yang sifatnya universal dan mampu berintegrasi dengan mata pelajaran lain. Salah satu tujuan pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan konsep matematika dalam konteks pemecahan masalah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam menyelesaikan persoalan terkait pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis karena dalam pembelajaran siswa tidak terbiasa berpikir secara kreatif. Untuk itu diperlukan upaya nyata dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu upaya yang diambil yakni melalui pembelajaran matematika dengan model Diskursus Multy Representation (DMR). Pembelajaran dengan model DMR merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan karena menghadapkan siswa kepada bekerja secara berkelompok, supaya dapat mengeluarkan daya representasi yang dimiliki oleh diri siswa.Kata kunci: Kemampuan pemecahan masalah, Model DMR, Pembelajaran matematika
Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Mencari Solusi Altenatif Pada Penyelesaian SoalMatematika Sekolah Dasar Rostika, Deti; Windayana, Husen; Komariah, -
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 5, No 1: Januari 2013
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v5i1.2831

Abstract

Latar belakang dari penelitian ini berdasarkan hasil observasi ke SD di lingkungan Cileunyi Bandung, pada umumnya pembentukan keterampilan mencari solusi alternatif dari sebuah penyelesaian soal dalam pembelajaran matematika kurang diberikan pada siswa. Umumnya penyelesaian soal matematika, siswa digiring pada satu penyelesaian yang ada. Biasanya siswa diarahkan untuk menyelesaikan soal matematika dengan menggunakan cara yang biasa, yang diketahui guru dan cara tersebut merupakan satu-satunya cara yang harus dikuasai oleh siswa. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap soal-soal matematika yang diberikan sebelum dan setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah?” dan Apakah pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif ketika menyelesaikan soal-soal matematika? Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan mencari solusi alternatif dari sebuah penyelesaian soal matematika melalui pembelajaran berbasis masalah. Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis eksperimen dengan desain penelitian pre-test pos-test tanpa kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes untuk melihat kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap soal-soal matematika, dan lembar observasi untuk melihat pembelajaran matematika berbasis masalah. Populasinya adalah seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar yang terdapat di lingkungan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Sampel penelitiannya dipilih secara acak berdasarkan sekolah, bukan berdasarkan siswa. Untuk kebutuhan pengujian hipotesis penelitian dilakukan uji statistik menggunakan uji t ketika memenuhi persyaratan uji t, yaitu normal dan homogen. Ketika tidak dipenuhi persyaratan untuk uji t, maka dilakukan uji nonparametrik menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif, terhadap soal-soal matematika yang diberikan, sebelum belajar menggunakan pembelajaran matematika berbasis masalah tergolong rendah. Kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif, terhadap soal-soal matematika yang diberikan, setelah belajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari rendah menjadi sangat tinggi. Pembelajaran berbasis masalah berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap penyelesaian soal-soal matematika.    Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Mencari Solusi Alternatif
Model Sinektik Dalam Pengajaran Pengukuran Waktu Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar Rostika, Deti
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 3, No 1: Januari 2011
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v3i1.2786

Abstract

AbstrakModel synectics merupakan salah satu model pembelajaran yangdirancang untuk mengembangkan kreativitas siswa. Pemecahan masalahmemerlukan penelitian secara ilmiah, dan sekaligus memerlukan kreativitas, baikdalam proses maupun dalam cara-cara pemecahan. Ada dua strategi atau modelpembelajaran yang mendasari prosedur sinektik, yaitu Strategi Pertama:Menciptakan sesuatu yang baru. Strategi ini dirancang untuk mengenal keanehan,akan membantu para siswa memahami masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatif. Strategi Kedua: Memperkenalkan keanehan. Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti, kita melaksanakannya dengan analogi yang telah dikenal siswa.Pengukuran secara tradisional dipasangkan dengan geometri dalamkurikulum, tetapi pengukuran sebenarnya lebih dekat dengan topic matematikalainnya. Agar siswa dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk terlibat dalamkegiatan pengukuran secara seksama,pengukuran sebaiknya diintegrasikansepanjang kurikulum matematika dan juga kurikulum ilmu pengetahuan alam. Dalam tulisan ini akan dicontohkan bagaimana mengajarkan pengukuran menggunakan model sinektik. Kata Kunci Model Sinektik, Pembelajaran Pengukuran Waktu, Kreativitas 
Pengembangan Model Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Halimah, Lely; Rostika, Deti; Sudirjo, Encep
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 1, No 1: Januari 2009
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v1i1.2724

Abstract

This research is performed due to the presence of gap between the policy in the improvement of curriculum and the existing field‐condition in elementary school. On one side School‐Based Curriculum (KTSP) is expected to be applied in schools autonomously, on the other hand, neither the principals nor the teachers, especially of elementary schools, have had comprehensive understanding on the concept of School‐Based Curriculum, its construction process, as well as the implementation. The problem of this research, therefore, is ”How is a model for the construction of School‐Based Curriculum that refers to National Education Standard developed to result in School‐Based Curriculum (KTSP) document”?With reference to the above mentioned background, this research is purposed to offer facilities to schools, especially elementary schools, in the process of constructing School‐Based Curriculum that refers to the guideline of KTSP construction by Badan Standar Nasional Pendidikan (National Standard Agency for Education), so that they can have KTSP document. In other words, this research will result in a product of the process of School‐Based Curriculum (KTSP) model development for KTSP document.   In order to achieve the objectives, this research is conducted using Research and Development approach.   In the implementation, this research and development forms a cycle, which begins with a preliminary study to find an early product required. This early product is then developed in a certain condition, with a test, the result of which is revised and retested until the final product, which is considered satisfactory, is obtained. The validity of this final product is then examined. This research is conducted in elementary schools in Cileunyi District of Bandung Regency, of which the principal and the teachers become the subject of this research.  Referring to the Research and Development measures, as mentioned above, the process of constructing School‐Based Curriculum (KTSP) contains two stages. The first stage is the work discussion of the team that consists of Headmaster as the chairman, teachers, and school committee, and involves related parties from the Subdistrict Office of National Education Department and experts (in this case: the research team), which produces book 1 containing general guideline of School‐Based Curriculum (KTSP) development. The second stage is the work discussion of the research team, Headmaster, and teachers, which produces book 2 consisting of six copies of books for each grade, from the first to the sixth.   Suggestions put forward in this research is that the socialization of School‐Based Curriculum (KTSP) should be carried out in whole and applicable so as to give clear description of the process and product of School‐Based Curriculum (KTSP) construction to those school, since they –elementary schools in particular‐ have not been able to create School‐Based Curriculum (KTSP) autonomously.
PEMAHAMAN GURU TENTANG PENDEKATAN SAINTIFIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Rostika, Deti; Prihantini, Prihantini
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 11, No 1: Januari 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v11i1.14443

Abstract

Abstract:. Implementation of the 2013 Curriculum essentially sets out three main things, namely the application of integrated thematic learning, the use of scientific approaches to learning, and authentic assessment. Some of the results of previous research on the implementation of the 2013 Curriculum, among others, found that teachers were less able to utilize learning resources from the surrounding environment and teachers tended to maintain conventional teaching habits. For this reason, through this study, researchers want to describe how teachers understand scientific approaches; how the teacher exposes the learning implementation plan; how the teacher applies the scientific approach to learning, and whether there is a contribution between the understanding of the scientific approach to the application of learning carried out by the teacher. The research method used is the Mixed Method Research model 'Embedded Design'. The results obtained from this study can be concluded that: (1) In general, teachers have understood the scientific approach, but have not understood how to implement this approach in learning in elementary schools; (2) Learning Implementation Plans (RPP) made by the teacher have not described learning activities oriented to the scientific approach; (3) Implementation of the implementation of learning carried out by the teacher has not reflected the application of the scientific approach; (4) Understanding the scientific approach contributes 10% to the implementation of learning. Therefore, being able to apply a scientific approach is not only determined by understanding, but it requires the efforts of teachers to always seek other knowledge that can add to and improve self-efficacy Keyword: scientific approach, thinking skills and scientific work, Mixed method research embedded models Abstrak: Implementasi Kurikulum 2013 pada intinya menetapkan tiga hal utama, yaitu penerapan pembelajaran tematik terpadu, penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, dan penilaian autentik. Beberapa hasil penelitian terdahulu tentang implementasi Kurikulum 2013, antara lain ditemukan bahwa guru kurang mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar dari alam sekitar dan guru cenderung mempertahankan kebiasaan mengajar konvensional. Untuk itu melalui penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik; bagaimana guru membuar rencana pelaksanaan pembelajaran; bagaimana guru menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, dan apakah ada kontribusi antara pemahaman pendekatan saintifik terhadap penerapan pembelajaran yang dilaksanakan guru. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed Method Research model ‘Embedded Design’. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada umumnya guru telah memahami pendekatan saintifik, tetapi belum memahami cara mengimplementasikan pendekatan tersebut dalam pembelajaran di Sekolah Dasar; (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru belum menggambarkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik; (3) Implementasi pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum mencerminkan pada penerapan pendekatan saintifik; (4) Pemahaman pendekatan saintifik berkontribusi 10 % terhadap implementasi pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu untuk bisa menerapkan pendekatan saintifik tidak hanya ditentukan oleh pemahaman, tetapi diperlukan upaya guru untuk selalu mencari pengetahuan lain yang dapat menambah dan meningkatkan efikasi diri.Kata Kunci: pendekatan saintifik, keterampilan berpikir dan kerja ilmiah, Mixed method research embedded model.
DESIGN OF DIGITAL MAP BASED ON HAND GESTURE AS A PRESERVATION OF WEST JAVA HISTORY SITES FOR ELEMENTARY SCHOOL Padmasari, Ayung Candra; Wahyuningsih, Yona; Rostika, Deti
Letters in Information Technology Education (LITE) Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.31 KB) | DOI: 10.17977/um010v2i22019p023

Abstract

Social science study of historical content at present does not seem to be directly proportional to the development of the industrial revolution 4.0. it is because of rote learning styles, text-based, teacher-centered teaching methods without technologicalaided modifications. With these problems, it is necessary to have design innovations and media for learning models, one of them is to design a hand gesture-based map equipped with a leap motion controller. This study aims to design a digital hand gesture-based map design as the preservation of West Java historical sites for elementary school children. The method used in the study is Design and Development (D&D). The results of this study are the design of an interactive map as a teaching media innovation and the configuration response of the tool with the results of 13 ms / FPS 33 ms / 60 FPS tap gesture responses.