Dewayany Sutrisno, Dewayany
BIG

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN DAN ANALISIS KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DI TELUK JAKARTA Haryati, Sri; Sanim, Bunasor; Riani, Etty; Ardianto, Luky; Sutrisno, Dewayany
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.277 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-2.89

Abstract

Teluk Jakarta adalah salah satu dari perairan Indonesia dengan berbagai macam kegiatan manusia. Semua area dapat meningkatkan jumlah pencemaran logam berat dalam air terutama yang bermuara ke Teluk Jakarta. Logam berat akan disimpan dan terakumulasi dalam air, sedimen dan hewan akuatik. Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu hewan air yang dibudidayakan di Teluk Jakarta sejak Tahun 1979. Dinas Kelautan dan Perikanan Jakarta menganalisis adanya kandungan logam berat pada kerang yang dibudidaya secara komersial di Cilincing dan Kamal Muara, Jakarta Utara. Dari kajian tersebut didapatkan data bahwa kerang yang  dibudidayakan di lokasi penelitian tidak cocok untuk konsumsi, karena memiliki kandungan logam berat yang tinggi. Kerang hijau ini lebih cocok untuk pembersih (purifier) lingkungan laut yang terkontaminasi logam berat. Hasil penelitian ini adalah bahwa polusi berdampak terhadap penurunan produktivitas budidaya kerang hijau. Potensi nilai ekonomis dan ekologis dari hilangnya dalam kasus pencemaran adalah Rp. 5.485.067.304 per hektar dan kemungkinan hilangnya pendapatan akibat polusi adalah Rp. 35.149.103.520 per tahun.Kata Kunci: Teluk Jakarta, Perna viridis, Logam Berat, Limbah, Valuasi Ekonomi.ABSTRACTJakarta Bay water is one of Indonesia waters which are teeming with various kinds of human activities. All area can continuously increase the amount of pollution especially heavy metal in water of Jakarta Bay. Heavy metal will deposited and accumulated in water, sediment and aquatic animal. Green mussel (Perna viridis) is one of the aquatic animals which cultivated in Jakarta Bay since 1979. Jakarta Maritime and Fishery Affairs Agency (2007) analyzed the heavy metal content of mussels farmed commercially in Cilincing and Kamal Muara, North Jakarta. From these explanations it can be said that the mussels are cultivated in the study site is not suitable for consumption, as it has a high content of heavy metals. Green mussel is more suitable for the purifier of marine environment that has been contaminated with heavy metals. Research result was which pollution impact on the reduction of green mussel farming productivity. Potential economic and ecological value of the loss in case of pollution is Rp.5.485.067.304 per hectareand the possible loss of revenue due to pollution is Rp. 35.149.103.520 per year.Keywords: Jakarta Bay, Perna viridis, Heavy Metal, Pollution, Valuation Economic.
KAJIAN MANAJEMEN RULEBASE UNTUK MENENTUKAN KAWASAN BUDIDAYA KELAUTAN YANG BERKELANJUTAN Sutrisno, Dewayany; Rahadiati, Ati; Pramono, Gatot H.
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 13, No 1 (2011)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.05 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2011.13-1.107

Abstract

Cuaca yang tidak menentu dan sarana prasarana perikanan yang minimal merupakan penghambat utama bagi para nelayan tradisional untuk meningkatkan ekonomi mereka. Untuk mengatasi hal ini usaha budidaya merupakan alternatif terbaik bagi para nelayan. Analisa geospasial dengan menggunakan rulebase yang akurat merupakan solusi terbaik dalam menentukan wilayah potensial guna mendapatkan perencanaan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji parameter rulebase yang tepat untuk keperluan kajian spasial potensi budidaya. Dengan mengambil contoh kasus budidaya rumput laut di beberapa wilayah di kawasan timur Indonesia, seperti Kabupaten Gorontalo Utara dan Boalemo. Hasil analisis memperlihatkan adanya perbedaaan parameter rulebase yang sangat dipengaruhi kondisi lokal serta hasil yang berbeda berdasarkan pilihan metodenya. Dalam hal ini pengembangan sistem basis model multi tematikal merupakan solusi yang terbaik untuk mengatasi perbedaaan ini, baik itu disebabkan oleh perbedaan parameter maupun metode analisanya.Kata Kunci: Basis Aturan, Basis Model, Budidaya Laut, Rumput LautABSTRACTWeather uncertainty and inadequate infrastructure become the main problems for traditional fisherman. The development of marine culture is the alternative solution to overcome those problems. For marine sustainable utilization, zonation or spatial planning of the coastal area has to be developing beforehand, especially for the marine cultural area. Geospatial analysis using accurate rule base model are the best method for determine the utilize area. The aim of the study is to assess the accurate parameters to construct the rule base system of marine culture. Using the eastern part of Indonesia as the study area, such as Gorontalo and Boalemo regency, and seaweed culture as the case, the study was employed. The result of assessment indicates that the parameters are regionally or localized dependable. And so does the methodology. In this case, multi theme model base development is supposed to be the best solution or bridging the differences in parameters or in method.Keywords: Rule Base, Model Base, Marine Culture, Seaweed
PREDIKSI POLA SEBARAN FISHING GROUND NELAYAN DI PERAIRAN SELATAN YOGYAKARTA Nahib, Irmadi; Sutrisno, Dewayany
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1821.621 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-1.112

Abstract

Pengetahuan lokal (pranata mangsa) dijadikan acuan untuk mengetahui awal datangnya musim penangkapan dan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan Yogyakarta. Citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik oseanografi. Dalam penelitian ini, citra yang digunakan adalah citra Aqua MODIS/Moderate Imaging Spectroradiometer level 3. Analisis temporal khlorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) dilakukan dengan metode deret waktu. Untuk melihat hubungan antara khlorofil-a dan SPL dengan hasil tangkapan dilakukan analisis secara deskriptif dan regresi linier sederhana. Tujuan penelitian adalah (1) Menganalisis hubungan pranata mangsa dengan dengan pola sebaran fishing ground dan (2) Mengkaji informasi oseanografi berdasarkan data inderaja untuk prediksi daerah fishing ground di pesisir selatan Yogyakarta. Hasil penelitianmenunjukkan rata-rata SPL tahun 2002-2009 berkisar antara 23,48 – 31,36 °C. SPL yang dominan pada wilayah penelitian adalah 28,00. - 30,00 ° C. Secara umum kisaran khlorofila di wilayah penelitian sebesar 0.26 -13.67 mg/m3. Kisaran yang dominan pada wilayah penelitian antara 0.30 - 0.40 mg/m3. Hasil analisis data produksi tangkapan dengan konsentrasi khlorofil-a dan data produksi tangkapan dengan SPL, secara langsung mempunyai hubungan yang erat.Kata Kunci : Citra Catelit Aqua Modis, Khlorofil-a, Suhu Permukaan Laut, Potensial,Daerah PenangkapanABSTRACTThe local knowledge called “pranata mangsa” were referred to indentify recent fishlocation and catchments by the Yogyakarta fisherman. Remote sensing images are used to understand the oceanographic characteristics. In this study, Image used is the image of Aqua MODIS level 3. Chlorophyll-a and Sea Surface Temperature (SST) temporal analysis was carried out with time sequence method. The relationship between Chlorophyll-a and SST with pelagic fish catch was based on descriptive analysis and simple linier regression. The aims of the study were: (1). To analyze “pranata mangsa” with fishing ground distribution patterns and (2) To examine oceanography information by using multi-time remote sensing data to support the prediction development of fishing ground area in the south coastal of Yogyakarta. Results of research shows that: Average SST years 2002 - 2006 ranged between 23,48 – 31,36° C. SST at the area of research is dominant about 28,00 -30,00 ° C. In general, the range of Chlorophyll-a in the area of 0.26 -13.67 mg/m3. Dominant Chlorophyll-a in the range of research areas is between 0,30 -,.40 mg/m3. The results showed that there is a strong correlation between the data of production captured with chlorophyll-a concentrations and data captured by SST directly.Keywords : Aqua Modis Image, Chlorophyll-a, Sea Surface Temperature, Potential,Fishing Ground
UJI PARAMETER SPASIAL OSEANOGRAFI POTENSI SUMBERDAYA LAUT Pramono, Gatot; Sutrisno, Dewayany; Martha, Sukendra
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.669 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-2.228

Abstract

Paradigma “open access” pemanfaatan sumberdaya kelautan nusantara menyebabkan semakin terdegradasinya sumberdaya kelautan, utamanya di sektor perikanan tangkap. Hal tersebut ditambah dengan kemiskinan dan keterbatasan sarana dan prasarana nelayan serta iklim yang terkadang tidak bersahabat pada waktu-waktu tertentu menyebabkan perlu dipertimbangkan usaha budidaya yang dapat terjangkau oleh sebagian besar masyarakat nelayan, baik itu secara teknologi maupun ekonomi. Budidaya laut yang tepat adalah rumput laut. Guna menunjang pemanfaatan wilayah pesisir yang berkelanjutan tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji rulebase atau basis aturan yang tepat untuk mendukung analisis kesesuaian ruang wilayah pesisir untuk budidaya rumput laut, salah satunya dengan menggunakan parameter oseanografi sebagai masukan dasar rulebase. Wilayah perairan Teluk Tomini, Kabupaten Boalemo dipilih sebagai studi area, Metode komparasi kualitatif dan metode validasi kuantitatif, yang membandingkankan dan mengkaji hasil implementasi rulebase dengan kondisi lapangan digunakan dalam studi ini. Hasil analisis memerlihatkan adanya peubah nilai kelas-kelas dalam parameter salinitas dan kedalaman yang berpengaruh pada ketepatan hasil. Oleh karena itu rulebase yang diterapkan hendaknya memperhatikan aspek lingkungan dan kondisi lokal dalam setiap langkah proses penyusunan rulebase.Kata Kunci: rulebase, rumput laut, budidaya lautABSTRACTThe open access paradigm in utilize the marine resources in Indonesia may cause degradation of the marine resources, especially in capture fisheries activities. This problem, including the local fishermen poverty, the lack of equipment and fishing gears, and seasonal climate, give opportunity to the marine culture development. The culture should be technologically and financially affordable by ordinary fishermen, i.e seaweed culture. However, the development of seaweed culture should be in the mainstream of sustainable management, which can be managed by employing spatial suitability analysis. Therefore, the rulebase for sustainability analysis should be tested to get the accurate spatial assessment result. Using the oceanographic parameters as the base of the rulebase, the assessment of the rulebase evaluation was carried out within the Boalemo Regency. The aim of this study is to assess the role of oceanographic parameters in the development of the rulebase for spatial seaweed culture sustainability. The result indicates the class value changes of depth and salinity have a significant impact on the rulebase. Indeed the rulebase should consider the environmental and local condition in the steps of rulebase development.Keywords: rulebase, sea weeds, marine culture
PEMODELAN SPASIAL PROYEKSI KENAIKAN MUKA LAUT UNTUK ESTIMASI KERENTANAN KESEHATAN Sutrisno, Dewayany; Windiastuti, Rizka; Sofyan, Ibnu; Ramdhani, Dadan
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 13, No 2 (2011)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1472.052 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2011.13-2.92

Abstract

Kenaikan muka laut menimbulkan dampak pada keberadaan sumberdaya alam, maupun sumberdaya manusianya. Pemunduran garis pantai (shoreline retreat) dan penggenangan pada wilayah-wilayah rentan merupakan dampak ke depannya. Permasalahan wilayah pesisir lainnya, seperti penurunan muka tanah (land subsidence), rob, gelombang pasang, serta banjir, dapat memperburuk dampak kenaikan muka laut, terutama bagi kesejahteraan penduduknya. Oleh karena itu, dengan mengambil studi area di Teluk Jakarta, perlu dikembangkan model spasial estimasi dampak kenaikan muka laut pada kerentanan kesehatan penduduk wilayah pesisir. Model dikembangkan berdasarkan formulasi pemunduran garis pantai (shoreline retreat model) yang telah dikembangkan oleh Sutrisno (2005) dengan parameter permasalahan lingkungan dan sosial lainnya. Estimasi dikembangkan dalam tiga skenario, yaitu rendah, sedang dan tinggi (low impact, moderatedan high). Hasil yang diperoleh adalah model estimasi spasial kerentanan wilayah pesisir dari sisi kesehatan penduduk terhadap kenaikan muka laut selama minimal 20 tahun ke depan, sebagai input untuk model spasial skenario kebijakan (rekomendasi) yang harus dilaksanakan sebagai usaha mitigasi dan adaptasi.Kata Kunci: Kenaikan Muka Laut, Kerentanan, Penyakit InfeksiAbstractSea level rise affects the existence of natural resources as well as human resources. Shoreline retreat and inundation on vulnerable areas are some impacts that can occur in the future. Other problems in coastal areas such as land subsidence, tidal wave, and tidal flood can worsen the effects of sea level rise, especially for the livelihood of people in the area. Therefore, it is necessary to develop a spatial model to estimate the impact of sea level rise to the health of population in the coastal area. The model was developed by taking a study area at Jakarta Bay, based on shoreline retreat model that was developed by Sutrisno (2005) using environmental and social problems as the parameters. The estimation is extended in three scenarios, which are low, moderate, and high impact. The expected result is a spatial model estimation of the vulnerability of population’s health due to sea level rise for at least 20 years ahead, as an input to a spatial model of recommendation scenario that has to be performed as mitigation and adaptation efforts.Keywords: Sea Level Rise, Vulnerability, Infectious Disease