This Author published in this journals
All Journal Jurnal Kedokteran
Lina Nurbaiti, Lina
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Studi Kasus Kualitatif Pelaksanaan Program Pemberian Makan Bayi dan Anak Lima Puskesmas di Lombok Tengah Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, tenaga gizi sebagai pengangggung jawab utama berfungsi membantu Kepala Puskesmas mengelola program gizi puskesmas dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi. Standar emas PMBA direkomendasikan karena dapat menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu sesuai dengan Millenium Developments Goals yang keempat dan kelima. Praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yang optimal merupakan intervensi yang efektif dalam meningkatkan status kesehatan anak dan menurunkan kematian anak. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif yang dijelaskan secara deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang petugas gizi di lima Puskesmas Kabupaten Lombok Tengah. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil: Puskesmas telah melaksanakan program PMBA untuk mengatasi masalah gizi balita. Fungsi manajemen petugas gizi terhadap Program Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak adalah membuat pelatihan konseling bagi kader dan membuat kelas ibu hamil KEK, kelas gizi bagi balita. Keterbatasan kualitas(keterampilan konseling) dan kuantitas(jumlah) SDM (petugas gizi dan kader) dan sarana prasarana masih menjadi masalah di Puskesmas. Sampai saat ini belum ada kegiatan monev yang dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas mengenai kegiatan terkait PMBA. Kesimpulan: Kegiatan PMBA masih belum menjadi salah satu prioritas utama di Puskesmas
Hubungan Komunikasi Dokter-Pasien dengan Tingkat Pemahaman Medis Pasien Poliklinik Mata Rumah Sakit Prof. Mulyanto Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat Dewi, Emilia Sartika; Ninstyastuti, Isna Kusuma; Prihatina, Lale Maulin; Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 7 No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Komunikasi kesehatan ditujukan untuk pembangunan kesehatan masyarakat. Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang baik memiliki potensi untuk membantu mengatur emosi dan merupakan media untuk pemahaman informasi medis. Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter pasien masih sering diabaikan oleh dokter maupun dokter gigi. Rumah Sakit Prof. Mulyanto Universitas Mataram sebagai rumah sakit yang dikembangkan menjadi rumah sakit pendidikan perlu adanya studi untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komunikasi dokter pasien dengan tingkat pemahaman pasien poliklinik Mata Rumah Sakit Prof. Mulyanto Universitas Mataram apakah sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode pengambilan data secara cross-sectional menggunakan kuesioner. Responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling. Responden menjawab 18 pertanyaan dalam kuesioner. Analisis statistik menggunakan analisa deskriptif, analisis bivariat menggunakan metode korelasi Spearman. Hasil: Sebanyak 84 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Pada variabel komunikasi dokter, didapatkan responden menilai komunikasi dokter dengan sangat baik yaitu sebanyak 68 orang (80,95%). Pada variabel tingkat pemahaman pasien, didapatkan responden yang memiliki tingkat pemahaman sangat baik yaitu sebanyak 63 orang (75%). Nilai korelasi menunjukkan terdapat hubungan positif hubungan yang positif dan kuat antara komunikasi dokter pasien dengan tingkat pemahaman pasien (r = 0,630). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara komunikasi dokter pasien dengan tingkat pemahaman pasien poliklinik Mata Rumah Sakit Prof. Mulyanto Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Korelasi antara Nilai Pengetahuan dengan Perilaku Pedagang dalam Penggunaan Rhodamin B pada Terasi di Pasar Tradisional Se-Kota Mataram Putri, Sandra Yuliana Andini; Syamsun, Arfi; Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang penggunaannya dalam makanan berbahaya dan dilarang oleh pemerintah namun masih sering disalahgunakan sebagai pewarna dalam makanan. Terasi merupakan salah satu contoh bahan pangan yang sering mengandung Rhodamin B. Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara nilai pengetahuan dengan perilaku pedagang dalam penggunaan Rhodamin-B pada terasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan responden 2 orang (3,3%) buruk, 15 orang (25%) cukup, 43 orang (71,7%) baik. Kategori perilaku responden 7 orang (11,7%) kurang, 53 orang (88,3%) baik dan tidak terdapat perilaku buruk. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara nilai pengetahuan dan perilaku pedagang terasi di pasar tradisional se Kota Mataram dengan kekuatan korelasi (r) 0,501 (kekuatan korelasi sedang) Kesimpulan: Terdapat korelasi antara nilai pengetahuan dengan perilaku pedagang dalam penggunaan Rhodamin B dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi adalah positif (+).
Korelasi antara Nilai Pengetahuan dengan Perilaku Pedagang dalam Penggunaan Boraks pada Tahu di Pasar Tradisional Se-Kota Mataram Sari, Surya Meka Novita; Syamsun, Arfi; Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Tahu adalah salah satu makanan yang paling sering ditambahkan dengan boraks. Boraks adalah antiseptik yang sering digunakan pada produk kayu atau tekstil, namun berbahaya bagi tubuh jika ditambahkan ke makanan. Hari-hari ini kami sering menemukan boraks sebagai bahan makanan tambahan. Tingginya jumlah boraks yang digunakan dalam makanan mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang bahan ini. Para produsen makanan berasumsi bahwa penambahan boraks dapat membuat makanan bertahan lebih lama dan lebih menarik. Dengan demikian, pengetahuan yang cukup tentang boraks dan pengaruhnya pada tubuh saat ditambahkan ke dalam makanan sesuai kebutuhan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur korelasi antara pengetahuan dan penggunaan boraks dalam tahu di pasar tradisional, kota Mataram. Metode: Ini adalah penelitian observasional menggunakan metode cross-secctional. Sampel untuk penelitian ini adalah 52 penjual tahu di pasar tradisional di kota Mataram. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Hasil analisis bivariat Spearman menunjukkan bahwa p = 0,000 (p <0,05) dan r = 0,710 yang berarti bahwa ada korelasi yang positif (+) kuat. Terdapat 44,23% responden dengan pengetahuan baik, 55,76% responden dengan pengetahuan sedang dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan buruk tentang boraks. Adapun perilaku, 82,69% memiliki perilaku baik, sedangkan 17,31% memiliki perilaku sedang dan tidak ada yang berperilaku buruk. Kesimpulan: Ada korelasi antara pengetahuan dan perilaku penjual tentang penggunaan boraks dalam tahu. Semakin tinggi pengetahuan tentang boraks dan bahayanya ketika digunakan dalam makanan, semakin baik perilaku penjual, untuk tidak menambahkan boraks ke dalam tahu.
Perbandingan Lama Analgesia Bupivakain Hiperbarik + Midazolam Intratekal Dengan Bupivakain Hiperbarik + NaCl Intratekal pada Pasien yang Menjalani Operasi dengan Anestesi Spinal Puspitarini, Yuyun; Kresnoadi, Erwin; Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Nyeri merupakan efek fisiologis yang dapat terjadi pada setiap pasien pasca operasi. Pemberian obat Bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik secara intratekal pada anestesi spinal dapat dijadikan multi modal untuk meningkatkan efek analgesia pada pasien pasca operasi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan midazolam untuk bupivakain intratekal hiperbarik dalam memperpanjang durasi analgesia pada pasien operasi. Metode : Penelitian menggunakan analitik deskriptif dengan mengambil sumber dari data skunder pada empat puluh delapan pasien yang terkelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (A) yang diberikan Bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik intratekal ditambahkan Midazolam 1 mg dan kelompok control (B) Bupivakain 0,5% 12,5mg hiperbarik intratekal ditambahn NaCl 0,9% 1 cc. Kemudian dibandingkan mula blok sensorik, level maksimal torakal, lama blok motorik, dan efek samping yang muncul pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Hasil : Pada penelitian ini menunjukan terdapat peningkatan efek dari lama analgesia pada kelompok perlakuan lebih lama (223,83±3,40) dari pada kelompok kontrol (120,46±2,86). Kesimpulan : Penambahan midazolam 1mg intratekal pada bupivakain 0,5 % 12,5 mg hiperbarik dapat memberikan lama analgesia yang lebih lama pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal (223,83±3,40 minutes) dibandingkan (120,46±2,86)
Perbandingan Lama Analgesia Bupivakain Hiperbarik+ Epinefrin Intratekal dengan Bupivakain Hiperbarik + NaCl Intratekal pada Pasien yang menjalani Operasi dengan Anestesi Spinal Istianah, Nur; Kresnoadi, Erwin; Nurbaiti, Lina
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang. Teknik penggunaan anestesi regional sangat berkembang dan yang paling sering digunakan adalah anestesi spinal atau yang disebut SAB (Sub-Arachnoid Block) yaitu memasukkan obat anestesi lokal kedalam ruangan subaraknoid untuk mendapatkan efek analgesia.Obat anestesi lokal yang sering digunakan adalah buivakain dan untuk mendapatkan efek analgesia yang lebih lama, obat anestesi lokal memerlukan suatu adjuvant.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan epinefrin pada bupivakain hiperbarik intratekal dalam memperpanjang durasi analgesia pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal. Metode.Penelitian ini menggunakan analitik deskriptif pada 48 pasien yang menjalani operasi menggunakan anestesi spinal di Rumah Sakit Bhyangkara Mataram.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling. Kelompok A (Bupivakain 0,5% 12,5 mg ditambah epinefrin 0,1 mg) dan kelompok B (Bupivakain 0,5% 12,5 mg ditambah NaCl 0,9% 0,1 cc). Hasil.Hasil penelitian diuji secara statistika menggunakan Independent T-test dan Mann Whitney test yang menunjukkan lama analgesia pada kelompok A (225 menit) lebih lama dibandingkan dengan kelompok B (121 menit). Kesimpulan.Bupivakain 0,5% 12,5 mg ditambah epinefrin 0,1 mg hiperbarik intratekal dapat memperpanjang lama analgesia pasca operasi dibandingkan bupivakain tanpa penambahan epinefrin.
Hubungan Tingkat Kepatuhan Orang Tua dlam Pemberian Tablet Zink selama 10 Hari pada Pasien Diare Usia 1-5 Tahun dengan Kekambuhan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Narmada. Amaliya, Najmina; Nurbaiti, Lina; Josafat, Anom
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Diare merupakan masalah kesehatan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hasil Riset Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat termasuk dalam lima provinsi dengan angka prevalensi diare tertinggi. Pemberian terapi cairan pengganti oral dapat menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada saat diare akan tetapi tidak dapat memperpendek durasi dari diare. World Health Organization (WHO) dan UNICEF kemudian memberikan tambahan terapi zink selama 10-14 hari pada anak dengan diare akut untuk memperpendek durasi diare serta mencegah terjadinya kekambuhan diare dua sampai dengan tiga bulan paska diare terakhir. Tujuan: Mengetahui hubungan kepatuhan pemberian tablet zink selama 10 hari oleh orang tua pasien diare usia 1-5 tahun terhadap kekambuhan diare di wilayah kerja Puskesmas Narmada. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode konsekutif dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 44. Analisis data menggunakan uji statistik metode chi square. Hasil: Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepatuhan pemberian tablet zink dengan kekambuhan diare. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan dari tingkat pengetahuan orang tua tentang diare dengan kepatuhan dalam pemberian zink. Tidak terdapat hubungan dari tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian zink dengan kekambuhan diare pada anak usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Narmada.
Hubungan Kebiasaan Pemberian MP-ASI (Bubur Saring) terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat Inayah, Inayah; Nurbaiti, Lina; Harahap, Ida Lestari
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang diberikan pada usia 6-24 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi. Rendahnya pemberian makanan tambahan yang tepat sesuai umur bayi menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Kekurangan gizi merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian pada bayi dan balita. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan (jenis, frekuensi, porsi, tekstur, ketepatan waktu) pemberian MP-ASI (Bubur Saring) terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat. Metode: Jenis penelitian ini bersifat analitik korelasi yang menggambarkan hubungan kebiasaan pemberian MP ASI dengan status gizi bayi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 responden. Hasil: Profil status gizi subjek penelitian menunjukkan bahwa 49 bayi (96,1 %) memiliki gizi baik menurut BB/U, 47 bayi (92,2 %) memiliki gizi normal menurut PB/U, dan 49 bayi (96,1 %) memiliki gizi gizi normal menurut BB/PB. Hasil uji spearman pada variabel frekuensi, dan porsi pemberian MP-ASI diperoleh nilai signifikasi >0,05, dan hasil uji chi-square pada variabel ketepatan waktu, jenis dan tekstur pemberian MP-ASI diperoleh nilai p ≥0,05, sehingga tidak didapatkan adanya hubungan antara kebiasaan (jenis, frekuensi, porsi, tekstur, ketepatan waktu) pemberian MP-ASI terhadap status gizi pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan pemberian MP-ASI (Bubur Saring) terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat.
HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (BUBUR SUSU) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Kurniati, Mimin; Nurbaiti, lina; Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang :Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang diberikan pada usia 6-24 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi balita.Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini maupun terlambat akan menyebabkan bayi rentan mengalami penyakit infeksi, alergi, kekurangan gizi, dan kelebihan gizi, sehingga dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan. Pola pemberian MP-ASI pada balita yang tidak sesuai umurnya juga berisikomengalami gizi buruk. Tujuan :Untuk mengetahui hubungan kebiasaan pemberian MP-ASI (Bubur Susu) terhadap status gizi balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar Kabupaten Lombok Barat. Metode :Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang menggambarkan hubungan kebiasaan pemberian MP ASI (bubur susu) dengan status gizi balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 responden. Hasil : Status gizi balita paling banyak berdasarkan BB/U yaitu gizi baik 49 orang (96,1 %), berdasarkan PB/U yaitu gizi normal47 orang (92,2 %), berdasarkan BB/PB yaitu gizi normal 49 orang (96,1 %). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p ≥ 0,05, sehingga tidak didapatkan adanya hubungan antara tingkat pemberian MP-ASI (frekuensi, porsi dan komposisi)terhadap status gizipada balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar. Kesimpulan :Tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan pemberian MP-ASI (Bubur Susu) terhadap status gizi balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar Kabupaten Lombok Barat.
HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (NASI TIM) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 8-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUJUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH Muna, Nilnal; Nurbaiti, Lina; Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Ketepatan usia pemberian MP-ASI dapat berpengaruh terhadap status gizi. Secara nasional, Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk salah satu provinsi yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang tertinggi. Penilaian masalah status gizi ini menurut WHO dapat diukur menggunakan indikator berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu consecutif sampling dengan jumlah sampel 51. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square. Hasil: Pemberian MP-ASI (nasi tim) pada balita usia 8-12 bulan tidak berhubungan dengan status gizi balita dengan nilai (p ≥ 0,05). Hasil dari uji chi-square didapatkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan frekuensi, porsi, komposisi pemberian MP-ASI (nasi tim) dengan nilai p ≥ 0,05, sedangkan tingkat pendidikan berhubungan dengan frekuensi pemberian MP-ASI nasi tim (r = 0,95, p = 0,023). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan.