This Author published in this journals
All Journal Jurnal Sosiologi
Evi Nurleni
Pengajar di Jurusan Sosiologi FISIP, Universitas Palangka Raya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PEREBUTAN BATAS KEKUASAAN DALAM RUMAH : (THE GENDER RELATION AS A POWER RELATION IN SOCIETY OF SUB DISTRICT KERENG BANGKIRAI, CENTER OF BORNEO) Evi Nurleni; Merrisa Octora
Journal SOSIOLOGI Vol. 1 No. 2 (2018): Journal SOSIOLOGI Edisi 02, Desember 2018
Publisher : Prodi Sosiologi FISIP UPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.264 KB) | DOI: 10.59700/jsos.v1i2.765

Abstract

Politik seksual merupakan relasi kekuasaan laki-laki dan perempuan yang menyebabkan perempuan memiliki status sebagai minoritas. Seksual dianggap sebagai status yang memiliki implikasi politik; dalam bentuk relasi kekuasaan dalam keluarga; dimana perempuan melakukan penyesuaian dan perlawanan budaya patriakhi. Kelurahan Kereng Bangkirai berbatasan langsung dengan Taman Nasional Sebangau (TNS); dimana Danau Kereng Bangkirai sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan, bersentuhan langsung dengan kebijakan negara dan dunia internasional. Perempuan Kereng Bangkirai berada dalam perjuangan antara kepentingan negara dan kepentingan ekonomi keluarga. Sehingga, terlihat relasi kekuasaan gender dalam perebutan akses dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan sumber daya dalam rumah tangga; berhadapan dengan pembatasan wilayah jelajah di sekitar TNS. Fokus penelitian bagaimana profil peran kerja gender dilihat dari profil aktifitas, akses dan kontrol? Dan bagaimana kondisi relasi kekuasaan (gender) ruang domestik dan publik perempuan Kereng Bangkirai? Temuan bahwa masyarakat Kereng Bangkirai berada dalam perubahan relasi kuasa terhadap ruang publik. Perempuan merebut ruang kerja produktif, karena penghasilan suami tidak menentu, akibat perubahan status Danau Kereng Bangkirai sebagai wilayah konservasi (Taman Nasional Sebangau). Pada sisi lain, perempuan terus berjuang mendapatkan akses ruang publik untuk berpartisipasi dalam mengontrol keputusan penting dalam politik kemasyarakatan. Namun, tanggung jawab reproduktif mengurangi banyak kemungkinan perempuan di sektor produktif dan komunitas.