Seiring dengan pertambahan tahun bertambah juga populasi manusia, tidak terkecuali di Indonesia. Peningkatan populasi menyebabkan pertambahan permintaan pangan, seperti daging ayam. Salah satu solusi adalah dengan meningkatkan kuantitas penetasan telur ayam. Mayoritas peternak masih menggunakan inkubator konvensional. Kekurangan inkubator konvensional adalah tingkat kuantitas penetasan telur ayam yang rendah serta perlu dilakukan pemantauan secara teratur karena untuk menghasilkan kuantitas penetasan telur ayam yang tinggi dibutuhkan suhu 37-39oC dan kelembaban 50%-65% [1]. Dengan mengacu pada permasalahan tersebut memunculkan konsep untuk membuat Inkubator otomatis atau sistem pengeram telur ayam otomatis. Inkubator ini menggunakan perangkat Arduino Uno R3 yang dapat mengontrol perangkat lain seperti sensor DHT22 untuk mengukur suhu serta kelembaban udara, heater untuk pemanas ruang inkubator, humidifier untuk meningkatkan kelembaban udara, sensor PIR untuk menyalakan lampu dan motor AC untuk membalik telur. Dengan menggunakan metode blackbox, regresi linier dan forecasting error diperoleh nilai rata-rata kesalahan pengukuran untuk pengukuran suhu sebesar 0,38% dan nilai MSE sebesar 0,04, dengan rata-rata persentase kesalahan pengukuran pada pengukuran suhu sebelum kalibrasi sebesar 0,89% dan nilai MSE sebesar 0,13. Rata-rata nilai kesalahan pengukuran kelembaban udara sebesar 1,2% dan nilai MSE sebesar 0,95 dengan rata-rata kesalahan pada pengukuran kelembaban udara sebelum kalibrasi sebesar 2,8% dan nilai MSE sebesar 3,2. Perancangan ini diharapkan dapat meningkatkan kuantitas penetasan telur ayam.