Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peran Program Keluarga Berencana Terhadap Prevalensi Stunting Di Indonesia Diah Firlia Khumairoh; Marthina Mara Doko; Christi Naulitua Br. Malau
Jurnal Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (JISPENDIORA) Vol. 2 No. 1 (2023): April : Jurnal Ilmu Sosial, Pendidikan Dan Humaniora (JISPENDIORA)
Publisher : Badan Penerbit STIEPARI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56910/jispendiora.v2i1.493

Abstract

Stunting adalah masalah umum di jaringan dunia. Stunting merupakan salah satu masalah dasar yang menghambat tumbuh kembang balita pada ranah global saat ini dan telah mendapat sambutan yang besar dari kancah Internasional, setidaknya dalam dekade akhir. Pada tahun 2017, diperkirakan sebanyak 150,8 juta (22,2%) balita mengalami terhambatnya masa pertumbuhan atau stunting. Data tingkat penyebaran stunting yang diperoleh oleh WHO di tahun 2005 sampai 2017 membuat Indonesia menempati posisi ketiga, negara yang tingkat penyebaran tertinggi di kawasan Asia Tenggara (36,4%). Data penelitian Kesehatan Dasar pada 2018 memberitahukan bahwa tingkat penyebaran stunting di Indonesia sebanyak 30,8% serta tetap sesuai standart dunia (WHO) yaitu maksimal 20%. Banyaknya intervensi telah dilaksanakan untuk mengurangi tingkat stunting, utamanya pada bidang kesehatan. Tetapi, intervensi yang menunjuk intervensi yang ditentukan masih ada yang tidak efektif, oleh sebab itu perlu intervensi yang melibatkan banyak bidang ataupun yang berkepentingan. Argumen tesebut dari penelitian ini adalah perlu intervensi untuk mencegah stunting yang melibatkan banyaknya bidang tidak hanya berfokus pada kesehatan, namun juga intervensi sensitif seperti program keluarga berencana. Diperketat dengan penelitian terbaru yang menunjukkan focus studi tentang pencegahan stunting multi sektor. Penelitian baru membuktikan bahwa penting untuk memperhatikan penelitian berbasis keluarga (family development) dalam upaya mencegah stunting, khususnya dalam hal manajemen jarak kelahiran yang berdampak pada penurunan prevalensi pengerdilan.
Perspektif Risiko Budaya Douglas Terhadap Manajemen Risiko Rumah Sakit Pada Kebijakan Covid-19 Diah Firlia Khumairoh; Christi Naulitua Br. Malau; Marthina Mara Doko
TUTURAN: Jurnal Ilmu Komunikasi, Sosial dan Humaniora Vol. 1 No. 2 (2023): Mei: TUTURAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.607 KB) | DOI: 10.47861/tuturan.v1i2.142

Abstract

Teori budaya pada dasarnya memberikan beberapa pedoman normatif yang menekankan pentingnya proses di mana keputusan mengenai risiko dibuat, atas masalah substantif kuantifikasi risiko. Teori budaya menunjukkan bahwa pandangan individu tertentu tentang hal-hal dibentuk oleh sifat kelompok sosial di mana mereka menjadi bagiannya yaitu, berbagai organisasi, pengaruh kelompok sebaya ataupun sumber otoritas lainnya, serta oleh sejauh apa individu merasa terikat pada kelompok sosial yang lebih besar. Masalah risiko digunakan secara forensik di dalam sebuah perdebatan yang sedang berlangsung mengenai legitimasi suatu hubungan kekuasaan di dalam kelompok masyarakat, oleh sebab itu, kekhawatiran mengenai risiko yang berasal dari industri terhadap kekhawatiran tentang penggunaan sebuah teknologi yang diterapkan. Risiko sebagai suatu keselamatan yang menjadi perhatian utama bagi manajemen risiko kesehatan serta obatobatan. Pengetahuan tersebut diterapkan untuk mengurangi suatu bahaya fisik yang akan kita hadapi, para ahli teori budaya akan memiliki sedikit argumen dengan manfaat nyata yang telah dibawanya kepada suatu lingkup masyarakat. Dalam artikel ini mengkaji akar teoritis teori budaya, menelusuri bagiannya dalam literatur risiko, dan mengeksplorasi nilainya dalam masalah manajemen risiko saat ini. Ini menyimpulkan bahwa teori budaya terus bernilai, tetapi perannya perlu dinilai kembali di era ilmu deliberatif yang muncul. Dengan munculnya virus covid 19 ini sebenarnya juga memperlihatkan kepada setiap manusia bahwa tidak ada negara yang benar–benar siap dalam menghadapi suatu risiko, karena pada dasarnya risiko selalu hadir di saat atau waktu yang tidak terduga. Hal ini jelas memberikan rasa kesedihan yang mendalam karena pandemic berskala global dan hampir seluruh negeri di dunia terkena dampaknya.
Penggunaan Media Sosial Pada Second Account Instagram Mahasiswa FISIP Universitas Jember: Perspektif Dramaturgi Sri Devi Januarifka Fitria; Diah Firlia Khumairoh; Halimatuz Zahro
Mandub : Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora Vol. 1 No. 4 (2023): DESEMBER : Mandub: Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/mandub.v1i4.613

Abstract

The presence of globalization accompanied by an increasingly sophisticated technological advancement has increased the need for information. Social media is one of the technological developments that has advances in the field of communication. With social media, users can communicate two-way online. In addition, social media is also often used by users as an identity building or online self-profile so that it can be recognized by other users in other parts of the world. A very popular social media used by teenagers is Instagram. Instagram is a social media platform used to share moments or channel expressions. This research has the aim of knowing how they express themselves on the second account of Instagram, considering that they upload themselves more often on the second account than on the first account. In analyzing this research using qualitative methods and dramaturgy theory that explains about the front stage and back stage. The results showed that the first account as a front stage because users maintain their image by limiting Instagram posts, while the second account as a back stage is used to express their true identity without any imaging.