Claim Missing Document
Check
Articles

PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS Vani, Gabriela Chrisnita; Raharjo, Santoso Tri; Hidayat, Eva Nuriyah; Humaedi, Sahadi
Share : Social Work Journal Vol 4, No 2 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.729 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i2.13067

Abstract

Setiap anak tidak terkecuali anak dengan disabilitas mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan pendidikan, dan hak-hak lainnya. Akan tetapi jumlah anak disabilitas di Indonesia yang ternyata tidak sedikit harus diperhatikan bersama terutama oleh lingkungan terdekat atau orangtua. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah anak penyandang disabilitas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menurut Pendataan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat 65.727 anak, yang terdiri dari 78.412 anak dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak dengan kedisabilitasan sedang dan 46.148 anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu berdasarkan Susenas Triwulan 1 Maret 2011, jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi tersebut, 9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang disabilitas. Anak dengan disabilitas memerlukan penanganan khusus, tetapi tidak semua orangtua yang tulus menerima anak dengan disabilitas dan memberikan kasih sayang secara penuh hal ini dapat terlihat dari penerimaan orangtua yang sedih, malu, dan terkejut. Dengan penerimaan tersebut, akan mengakibatkan orangtua tidak memperdulikan anak dengan disabilitas dan kurangnya perhatian atau kasih sayang orangtua kepada anak dengan disabilitas. Belum banyak orangtua yang menerima anak dengan disabilitas dengan hati yang tulus, yang mengakibatkan kurang terpenuhinya hak dan kebutuhan anak dengan disabilitas. Dalam hal ini, perlu adanya pengasuhan baik dari keluarga terutama kedua orangtua anak. Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan disabilitas dapat memenuhi kebutuhan dan mendapatkan hak mereka sehingga dapat berfungsi secara sosial. Perlunya edukasi akan fungsi keluarga yang memang harus dipenuhi yaitu afeksi, keamanan, identitas,afiliasi, sosialisasi, kontrol harus diberikan orangtua kepada anak penyandang disabilitas. Pelayanan sosial bagi keluarga juga dapat diterapkan diadakan misalnya dengan pelayanan konseling keluarga, family life education (pendidikan kehidupan keluarga), dan parent support group dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam memberdayakan orang tua serta anak dengan disabilitas.
PENANGANAN MASALAH PEKERJA ANAK MELALUI PEMBERDAYAAN ORGANISASI LOKAL “FORUM PEDULI ANAK” DI KELURAHAN CIBEUREUM KOTA CIMAHI Kusuma, Nada; Raharjo, Santoso Tri
Share : Social Work Journal Vol 6, No 1 (2016): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.859 KB) | DOI: 10.24198/share.v6i1.13144

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk memahami proses pemberdayaan terhadap lembaga FPA dalam menangani masalah pekerja anak di Kelurahan Cibeureum. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui jenis penelitian deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan partisipan yang terdiri dari para pengurus FPA dan pekerja anak. sedangkan sumber data sekunder terdiri dari dokumen kegiatan FPA, beberapa tokoh masyarakat dan beberapa orang tua dari pekerja anak. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi partisipatif. Data yang terkumpul selanjutnya dicek keabsahannya melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianguasi, pengecekan sejawat dan kecukupan referensi. Data yang telah teruji keabsahannya kemudian diuji secara kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab pekerja anak di Kelurahan Cibeureum disebabkan antara lain : kemiskinan yang dialami orangtua, adanya budaya dan tradisi yang memandang anak wajib melakukan pekerjaan sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua, dan tersedianya pekerjaan yang mudah diakses tanpa membutuhkan persyaratan tertentu. Adanya pekerja anak ini mendasari dibentuknya lembaga FPA oleh para tokoh masyarakat.Lembaga FPA dimaksudkan untuk menangani masalah yang dihadapi pekerja anak. Dalam pelaksanaannya lembaga FPA masih mengalami hambatan, yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi pengurus dalam menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar dan kurangnya kemampuan dalam mengakses sumber. Kondisi ini menimbulkan adanya kebutuhan untuk memberdayakan lembaga tersebut.Pemberdayaan terhadap lembaga FPA dilakukan melalui reorganisasi dan restrukturisasi kepengurusan. Kegiatan pemberdayaan terhadap FPA berhasil meningkatkan kemampuan lembaga tersebut, sehingga tujuannya untuk melaksanakan kegiatan kelompok belajar bagi pekerja anak dapat tercapai.
ENTREPRENEURSHIP DAN PERLINDUNGAN ANAK Apsari, Nurliana Cipta; Santoso, Meilanny Budiarti; Humaedi, Sahadi; Raharjo, Santoso Tri; Wibhawa, Budhi
AdBispreneur Vol 2, No 3 (2017): AdBispreneur
Publisher : Departemen Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.181 KB) | DOI: 10.24198/adbispreneur.v2i3.16489

Abstract

ABSTRACT     The rights of children from poor family and geographically unfortunate is violated due to limited access. Assisting families to overcome the access limitation by entrepreneurship is an effort for child protection. The study was conducted at Genteng Village to families with children between 0-18 years old using qualitative methode with in-depth interview technique. The result shows that geographically, the village is located in remote area with limited and unsmooth rocky road. The number of children in the village is high, however the education facilities are not sufficient. The majority of the parents work as farmers which the daily expenses are often greater than the income. These conditions made the children in the village vulnerable of receiving social injustice thus entrepreneurship can be endorsed in addressing poverty in the area. The entrepreneurship potential in the village such as cooperation and various farmers group are supported to enhance the earner of the members to decrease the poor family thus the children can escape from the poverty. Keywords: Entrepreneurship, child protection, social justice   ABSTRAK     Anak dari keluarga miskin dan secara geografis terisolasi mendapatkan ketidakadilan sosial karena keterbatasan akses. Mendekatkan akses atau membantu mengurangi kesenjangan yang dialami keluarga dengan kegiatan kewirausahaan adalah usaha perlindungan anak. Penelitian dilakukan di Desa Genteng kepada orang tua dengan anak usia 0-18 tahun dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Hasil penelitian menemukan lokasi geografis jauh dari pusat keramaian dengan jalan berkelok dan berbatu. Jumlah anak cukup tinggi, namun fasilitas pendidikan minim. Orang tua mayoritas bertani dengan pengeluaran cenderung lebih banyak daripada pendapatan. Keadaan ini membuat anak di Desa Genteng rawan mendapatkan ketidakadilan sosial, sehingga kewirausahaan menjadi cara mengatasi kemiskinan. Potensi kewirausahaan seperti koperasi, dan kelompok tani teridentifikasi dapat meningkatkan pendapatan di Desa Genteng, sehingga anak-anak dapat terlepas dari rantai kemiskinan. Kata kunci: Kewirausahaan, perlindungan anak, keadilan sosial
PENTINGNYA MEMAHAMI PERAN DAN FUNGSI SERTA KODE ETIK SUPERVISI PEKERJA SOSIAL DALAM PROFESI PEKERJA SOSIAL DI INDONESIA WIDAPRATAMA, FADILLA RAMA WIDAPRATAMA; RAHARJO, SANTOSO TRI
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.149 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14342

Abstract

Etika adalah suatu komponen penting yang harus dijaga dengan baik oleh seluruh manusia, khususnya bagi seseorang yang bergerak dalam bidang keprofesionalan dan pekerjaan sosial lah salah satunya. Kode etik merupakan salah satu pedoman bagi para pekerja sosial dalam menjalankan langkah keprofesionalan dalam praktiknya. Maka dari itu, dalam menjalankan profesinya kode etik memiliki peran vital dalam peran kerja antara pekerja sosial dengan klien, maupun antara pekerja sosial dengan supervisor pekerja sosial. Lalu, adakah perbedaan di dalamnya antara kode etik pekerja sosial dengan kode etik supervisi pekerja sosial? Banyak orang menilai bahwa dengan memegang teguh nilai etika bagi pekerja sosial sudahlah lebih dari cukup bagi pekerja sosial dalam menjalankan tugas profesionalnya terhadap klien. Lantas, mengapa harus ada supervisor pekerja sosial? Adakah nilai dan tanggung jawab lebih atasnya terhadap peran dan fungsi supervisi pekerja sosial tersebut? Dalam artikel ini, penulis akan menjabarkan perihal pentingnya memahami dan mengetahui kode etik (nilai etika) yang harus dipahami dan diketahui. Sehingga, kedepannya khalayak yang khususnya mahasiswa prodi Kesejahteraan Sosial dapat memahami apa yang dimaksud dengan supervisi pekerja sosial dalam praktik pekerjaan sosial, mengapa diharuskannya terdapat supervisi pekerjaan sosial dalam praktik pekerja sosial, dan paling utama mengenai nilai etika yang dipegang oleh para supervisor pekerja sosial.
PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI BAGI PETANI KOPI DAN TEMBAKAU DI DESA GENTENG KECAMATAN SUKASARI KABUPATEN SUMEDANG Santoso, Meilanny Budiarti; Humaedi, Sahadi; APSARI, NURLIANA CIPTA; RAHARJO, SANTOSO TRI
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.21 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14229

Abstract

Kegiatan penguatan kelembagaan koperasi bagi petani kopi dan tembakau di Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang ini dilatarbelakangi oleh keberadaan koperasi di Desa Genteng yang belum sepenuhnya berfungsi bagi warga masyarakat dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar. Hal tersebut disebabkan oleh karena masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari koperasi itu sendiri. Masyarakat juga hanya mengetahui satu fungsi koperasi yaitu untuk memberikan bantuan modal dalam bentuk uang. Padahal terdapat beberapa fungsi lainnya dari koperasi, diantaranya yaitu untuk mengembangkan potensi warga masyarakat dan daerah sekitar, serta dapat menjadi wahana untuk meningkatkan kemampuan ekonomi anggota koperasi dan juga masyarakat secara umum. Berdasarkan situasi tersebut, maka diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang keberadaan dan fungsi koperasi di Desa Genteng, dengan tujuan agar para petani kopi dan tembakau dapat memanfaatkan keberadaan koperasi tersebut secara optimal.
AKSESIBILITAS PENYANDANG TUNADAKSA Utami, Ezza Oktavia; Raharjo, Santoso Tri; Apsari, Nurliana Cipta
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5, No 1 (2018): Vol 5, No. 1 (2018): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1454.181 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v5i1.16962

Abstract

AbstractAccessibility is a component of the implementation of inclusive Education that must be met. Aiming to facilitate students with disabilities to do mobility and access on campus, so that students with disabilities can perform activities independently without any obstacles and constraints of its diffability. The existence of accessibility to the building of inadequate educational institutions creates a barrier for persons with disabilities. Accessibility in this study focused on the accessibility of people with physically disabled by taking the case of buildings located at the Bandung Institute of Technology (ITB) located in Jatinangor. The data collection method used is physical field observation, literature study taken from textbook, article, and internet exploration. The final conclusion shows that accessibility of institutional buildings still has not reached perfectly in accordance with existing standards to be accessible to persons with disabilities and not yet fulfilling accessibility principles; safety, convenience, usability, independence. However, some buildings have tried to present the elements of accessibility that is sufficient to provide convenience for the disabled as a user of the building.Abstrak Askesibilitas merupakan suatu komponen dari pelaksanaan Pendidikan inklusi yang harus dipenuhi. Bertujuan untuk memudahkan mahasiswa difabel untuk melakukan mobilitas dan akses yang ada di kampus, agar mahasiswa difabel dapat melakukan aktifitas secara mandiri tanpa hambatan dan kendala-kendala difabilitasnya. Keberadaan aksesibilitas pada bangunan institusi pendidikan yang belum memadai menimbulkan hambatan tersendiri bagi penyandang disabilitas. Aksesibilitas dalam kajian ini difokuskan kepada aksesibilitas pada penyandang Tunadaksa dengan mengambil kasus bangunan yang terdapat di Institut Teknolgi Bandung (ITB) yang berlokasi di Jatinangor. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan observasi lapangan fisik, studi literatur yang diambil dari buku teks, artikel, dan penjelajahan internet. Hasil riset menunjukkan bahwa aksesibilitas bangunan institusi masih belum mencapai sempurna sesuai dengan standar yang ada untuk dapat diakses oleh penyandang tunadaksa serta belum memenuhi asas aksesibilitas; keselamatan, kemudahan, kegunaan, kemandirian. Namun, sebagian bangunan telah berusaha menghadirkan elemen-elemen aksesibilitas yang cukup memberikan kemudahan bagi penyandang Tunadaksa sebagai pengguna bangunan. 
STRENGTH BASED ASSESSMENT PADA MAHASISWA BERWIRAUSAHA YAQIEN, SINDY HUSNUL; RAHARJO, SANTOSO TRI; GUTAMA, ARIE SURYA
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.488 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14267

Abstract

Data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa pada tahun 2013-2014 ada sekitar 53 PTN yang tersebar di Indonesia dengan jumlah mahasiswa total 341.315, dan PTS di Indonesia berjumlah kurang lebih 625 dengan jumlah mahasiswa 272.350. Selain kuliah, saat ini banyak mahasiswa yang berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka berwirausaha seperti, usaha kuliner, fashion, alat elektronik, jasa desain grafis, dan lain-lain.Semangat berwirausaha sejalan dengan program pemerintah, yakni Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dana yang dikucurkan pemerintah mencapai 2 miliar untuk mahasiswa terpilih dalam proposal usaha. Dana tersebut guna memberikan dukungan dan pendampingan bisnis mahasiswa. Program Pemerintah itu sejalan dengan semangat Nawacita, yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing secara internasional, serta menumbuhkan kemandirian ekonomi dengan pemberatan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Berbagai program Pemerintah itu akan membuka peluang usaha masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan di tanah air ini.Disamping kesibukan dalam akademik, mahasiswa yang berwirausaha memiliki keunikan. Berbagai tantangan dan hambatan tidak sedikit yang harus diselesaikan. Melalui kekuatannya, banyak mahasiswa wirausaha yang bisa menyeimbangkan antara prestasi dan bisnis. Dengan menggunakan perspektif kekuatan, pekerja sosial dapat membantu individu agar individu tersebut tidak hanya fokus pada masalah. Perspektif ini tidak hanya melihat masalah sebagai fokus utama, melainkan melihat sumber-sumber yang tersedia di sekitar individu yang bisa dijadikan kekuatan untuk menggapai tujuan.
MENINGKATKAN KAPABILITAS PEKERJA SOSIAL MELALUI SUPERVISI PEKERJAAN SOSIAL SAFITRI, YANA; RAHARJO, SANTOSO TRI; DARWIS, RUDI SAPARUDIN
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.172 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14343

Abstract

Pekerja sosial merupakan sebuah profesi yang memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah antar hubungan manusia dalam berbagai lingkup dan aspek. Dalam menjalankan tugasnya pekerja sosial juga didasari oleh nilai, etika, dan keterampilan. Pekerja sosial yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat tentu harus memiliki kapabilitas yang baik sehingga dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Kapabilitas tersebut bukan hadir bergitu saja, namun hasil dari pembelajaran dan pengalaman. Pekerja sosial tak jarang mengalami kesulitan dan tekanan moral serta membutuhkan bantuan berupa pengetahuan, keterampilan, dan hal-hal lain yang menunjang performanya dalam menjalankan tugas. Supervisi pekerjaan sosial menjadi suatu cara untuk meningkatkan kapabilitas pekerja sosial, yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk supervisi seperti administratif, edukasi, dan suportif. Dengan bentuk supervisi yang dipilih dengan bijak, dan diimpelentasikan dengan baik, maka akan memberikan dampak bagi peningkatan kapabilitas pekerja sosial.
PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DI MASA REMAJA SEBAGAI PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA Shidiq, Alima Fikri; Raharjo, Santoso Tri
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5, No 2 (2018): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.548 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v5i2.18369

Abstract

ABSTRAKRemaja sebagai asset negara berperan sangat penting dalam proses pembangunan negara, dalam upaya peningkatan kualitas remaja dan pencegahan kenakalan remaja pemerintah membuat Perpres 87 No . 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, seiring dengan hal tersebut Pemerinta Kota Bandung membuat kebijakan Gerakan Maghrib Mengaji. Gerakan ini ditujukan bagi warga masyarakat kota Bandung agar dapat memanfaatkan waktu dengan mengisi selepas sholat Maghrib dengan kegiatan keagamaan atau pengkajian agama Islam. ‘Gerakan Maghrib Mengaji’ dapat menjadi wadah kegiatan bagi remaja, dengan mengisi kegiatan memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pemahaman keagamaan. Sekaligus pula memperkuat karakter remaja dengan berlandaskan nilai dan norma religi yang kokoh. Penguatan karakter remaja yang berlandaskan pada nilai dan norma agama tersebut, diharpkan dapat mencegah timbulnya pemanfaatan waktu luang yang mengarah pada kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat. Salain itu , lingkungan juga berperan penting dalam proses perkembangan remaja , sebab lingkungan akan dijadikan media eksperimen oleh para remaja dalam mengimplementasikan pengetahuan yang mereka dapatkan , implementasi tersebut bisa berdampak baik bagi diri dan lingkungannya , namun bisa juga berdampak buruk bagi mereka. Sehingga perlu adanya pendidikan karakter yang mengarahkan pengetahuan remaja agar mereka tidak melakukan tindakan tindakan yang berakibat buruk , dan mengotori nilai norma yang terkandung di masyarakat seperti kenakalan remaja. ABSTRACT Adolescents as state assets play a very important role in the process of state development, in an effort to improve adolescent quality and prevention of juvenile delinquency of the government makes presidential decree 87 no. 2017 on strengthening character education, in line with the regulation of Bandung mayor make policy Maghrib Recitation Movement where Bandung city people can use their spare time to obtain knowledge about religion . Therefore Maghrib recitation reviewing this can be a place for teenagers to explore well without violating the prevailing values and norms, weighing adolescence is a time when the capacity to gain knowledge efficiently reaches its peak.In addition, the environment also plays an important role in the process of adolescent development, because the environment will be used as an experimental medium by teenagers in implementing the knowledge they get, the implementation can have good impact for themselves and the environment, but it can also be bad for them. So that the need for character education that directs the knowledge of teenagers so that they do not take actions that result badly, and contaminate the value of norms contained in society such as juvenile delinquency.
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DENGAN DISABILITAS MENTAL Farakhiyah, Rachel; Raharjo, Santoso Tri; Apsari, Nurliana Cipta
Share : Social Work Journal Vol 8, No 1 (2018): Share: Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.079 KB) | DOI: 10.24198/share.v8i1.18122

Abstract

Remaja penyandang disabilitas mental rentan menjadi korban pelecehan seksual. Perkembangan seksual remaja disabilitas mental tidak berbeda dengan remaja awam pada umumnya. Perkembangan perilaku seksual remaja seringkali tidak dipahami dengan benar oleh keluarga, guru, teman, dan lingkungan sosial lainnya. Perlindungan sosial remaja disabilitas mental yang  longgar, membuat situasi remaja disabilitas mental menjadi semakin rawan dimanfaatkan oleh para pedofil dan orang-orang yang memiliki kesehatan mental yang terganggu. Kerentanan pada remaja disabilitas mental bukan saja karena kondisi atau keterbatasan dari remajanya tersebut, tetapi juga karena lingkungan sosial tidak mampu menyediakan jaminan perlindungan yang memadai. Perpaduan antara kondisi individual dan lingkungan merupakan faktor yang seringkali ditemui, yang menyebabkan remaja disabilitas mental semakin rentan.
Co-Authors Adam Bagus Primohardjo, Adam Bagus Afrida Eko Puteri, Afrida Eko Agus Wahyudi Riana Amelia Febriani Putri, Amelia Febriani Antik Bintari Apsari, Nurliana C. Arie Surya Gutama, Arie Surya Arini Fauziah Al haq, Arini Fauziah Aziza Trizilvania Amadea, Aziza Trizilvania Binahayati Rusyidi Budhi Wibhawa, Budhi Budi M. Taftazani Chenia Ilma Kirana, Chenia Ilma Danis Dea Rizky, Danis Dea DARWIS, RUDI SAPARUDIN Dike Farizan Fadhlillah, Dike Farizan Dyana C Jatnika, Dyana C Dyana C. Jatnika, Dyana C. Eko Setiawan Eni Setiyawati, Eni Eva Nuriyah Hidayat Farakhiyah, Rachel Ferdiawan, Rachmat Putro Feronika, Ester Sarah Gabriela Chrisnita Vani, Gabriela Chrisnita Hadiyanto A. Rachim, Hadiyanto A. Hery Wibowo, Hery Ishartono Ishartono, Ishartono Ishatono Ishatono, Ishatono Jouanka, Shenny Des Kessik, Gisela Lina Lisnawati, Lina Maulana Irfan, Maulana Meilanny Budiarti S., Meilanny Budiarti Meilanny Budiarti Santoso, Meilanny Budiarti Meilanny Budiarti, Meilanny Muhammad Fedryansyah, Muhammad Muhammad Ferdryansyah, Muhammad Nada Kusuma, Nada Nandang Mulyana, Nandang Nisfi Fahriani A., Nisfi Fahriani Nunung Nurwati Nur Utami, Adristinindya Citra Nurliana Cipta Apsari Poluakan, Marcelino Vincentius Rahadian Riza Modana, Rahadian Riza Ramadhani, Putri Erika Resti Fauziah, Resti Rini Rizkiawati, Rini Risna Resnawaty, Risna Rizkia Annisa Frabandani, Rizkia Annisa Sahadi Humaedi Saputri, Anisza Eva Shidiq, Alima Fikri Silva, Khairani Rahma Utami, Ezza Oktavia Viqa Nanda Prajatami, Viqa Nanda WIDAPRATAMA, FADILLA RAMA WIDAPRATAMA Yana Safitri, Yana YAQIEN, SINDY HUSNUL Yesi Fitriani, Yesi