Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

FITOREMEDIASI KANDUNGAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN TANAMAN AIR Safarrida, Anna; ., Ngadiman; Widada, Jaka
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.874 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.509

Abstract

Existence of heavy metals in industrial waste is gaining global attention since their negative impact to environment. One of the efforts to solve the problem was to use plant to absorb metal in liquid medium, known as rhizofiltration. This research was aimed to select aquatic plants which showed relative resistantce and susceptibility to chromium. Four species of aquatic plants (Pistia stratiotes, Eichhornia crassipes, Lemna minor and Salvinia sp.) were grown in artificial medium (Hoagland) supplemented with 0, 1, 2, 4 and 8 ppm chromium. The plants resistance and absorption toward chromium was observed based on the morphology and chromium content in their biomass. Based on their resistance to and absorption of chromium, the selected plants were tested further in liquid waste of tanning industry. In Hoagland medium, Salvinia sp. demonstrated 67.2% higher resistance and absorption toward chromium while that of P. stratiotes 20.3% lower compared to other plants which were tested. This result could be applicable in reducing such environmental pollutant as the heavy metal chromium from industrial waste. Keywords: Phytoremediation, chromium, Hoagland medium, aquatic plants, liquid waste ABSTRAKLogam berat dalam limbah industri merupakan bahan pencemar lingkungan yang mendapatkan perhatian global. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tanaman untuk menyerap logam dalam medium cair atau dikenal sebagai fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanaman air lokal yang tahan dan peka secara relatif terhadap kromium. Empat spesies tanaman air (Pistia stratiotes, Eichhornia crassipes, Lemna minor, dan Salvinia sp.) ditumbuhkan pada medium buatan (Hoagland) yang dipasok kromium 0, 1, 2, 4, dan 8 ppm. Pengujian toleransi tanaman dan serapan terhadap kromium dilakukan berdasarkan pengamatan morfologis serta analisis kadar kromium dalam biomasa. Berdasarkan daya tahan dan serapan kromium, tanaman terseleksi diujikan lebih lanjut dalam limbah cair industri penyamakan kulit. Dalam medium Hoagland, Salvinia sp. mempunyai ketahanan dan serapan kromium lebih tinggi sebesar 67,2% sedangkan P. stratiotes mempunyai ketahanan dan serapan kromium lebih rendah sebesar 20,3% dibandingkan tanaman lain yang diujikan. Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk mengurangi bahan pencemar lingkungan berupa logam berat kromium dari limbah industri.Kata Kunci: Fitoremediasi, kromium, medium Hoagland, tanaman air, limbah cair
PEMURNIAN ENZIM SEFALOSPORIN-C ASILASE DAN OPTIMASI PROSES KROMATOGRAFI PENUKAR ION Nasution, Uli Julia; Wijaya, Silvia Melinda; Wibisana, Ahmad; Safarrida, Anna; Rachmawati, Indra; Puspitasari, Dian Japany; Naim, Sidrotun; Mahsunah, Anis Herliyanti; Wulyoadi, Sasmito; Suyanto, Suyanto
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 5, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1567.447 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i2.2902

Abstract

Purification of Cephalosporin-C Acylase and Its Optimization of Ion-Exchange ChromatographyABSTRACTCephalosporin-C acylase (CCA) has an important role in the one-step conversion of cephalosporin-C into 7-ACA. Purification process aims to increase specific activity of CCA enzyme. Purification began with cell lysis, ammonium sulphate precipitation, dialysis, ion exchange chromatography (IEC) and size exclusion chromatography. IEC optimization of elution step was also done to compare gradient and isocratic elusion. Purification was capable to increase the enzyme purity upto 33.66 fold, with specific activity of 3.00 U/mg and the yield reached 41.41%. Optimization of elusion during IEC showed that isocratic protein elusion was more efficient (taking shorter time, 3 column volume (CV) only) than that of gradient batch (up to 9 CV). SDS-PAGE analysis demonstrated that the recombinant CCA enzyme existed in two types, active enzyme containing α-subunit (25 kDa) and β-subunit (58 kDa), and inactive enzyme (83 kDa) as precursor. Furthermore, 30% ammonium sulphate saturated precipitation was able to precipitate this inactive CCA.Keywords: 7-ACA,CCA, cephalosporin C, protein purification, specific activity ABSTRAKSefalosporin-C asilase (CCA) merupakan enzim yang berperan penting dalam konversi satu tahap sefalosporin-C menjadi 7-ACA. Proses purifikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas spesifik enzim CCA. Proses purifikasi dimulai dari memecah sel, diikuti dengan tahap presipitasi menggunakan amonium sulfat, dialisis, kromatografi penukar ion (IEC) dan kromatografi eksklusi. Optimasi proses IEC pada tahap elusi juga dilakukan untuk membandingkan elusi enzim CCA secara gradien dan isokratik. Proses purifikasi pada penelitian ini mampu meningkatkan kemurnian enzim hingga 33,66 kali, dengan aktivitas spesifik sebesar 3,00 U/mg dan perolehan enzim sebesar 41,41%. Hasil optimasi IEC pada proses elusi secara isokratik lebih efisien dari segi waktu (hanya membutuhkan 3 kolom volume (CV) dibandingkan dengan secara gradien (sampai 9 CV). Hasil SDS-PAGE menunjukkan bahwa CCA rekombinan merupakan enzim dengan 2 macam bentuk yaitu enzim aktif, yang terdiri dari subunit α (25 kDa) dan β (58 kDa), dan enzim tidak aktif berupa prekursor (83 kDa). Proses presipitasi menggunakan amonium sulfat 30% tersaturasi dapat mengendapkan prekursor CCA.Kata Kunci: 7-ACA, aktivitas spesifik, CCA, purifikasi protein, sefalosporin C
FITOREMEDIASI KANDUNGAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN TANAMAN AIR Safarrida, Anna; ., Ngadiman; Widada, Jaka
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 2 No. 2 (2015): December 2015
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.874 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.509

Abstract

Existence of heavy metals in industrial waste is gaining global attention since their negative impact to environment. One of the efforts to solve the problem was to use plant to absorb metal in liquid medium, known as rhizofiltration. This research was aimed to select aquatic plants which showed relative resistantce and susceptibility to chromium. Four species of aquatic plants (Pistia stratiotes, Eichhornia crassipes, Lemna minor and Salvinia sp.) were grown in artificial medium (Hoagland) supplemented with 0, 1, 2, 4 and 8 ppm chromium. The plants resistance and absorption toward chromium was observed based on the morphology and chromium content in their biomass. Based on their resistance to and absorption of chromium, the selected plants were tested further in liquid waste of tanning industry. In Hoagland medium, Salvinia sp. demonstrated 67.2% higher resistance and absorption toward chromium while that of P. stratiotes 20.3% lower compared to other plants which were tested. This result could be applicable in reducing such environmental pollutant as the heavy metal chromium from industrial waste. Keywords: Phytoremediation, chromium, Hoagland medium, aquatic plants, liquid waste ABSTRAKLogam berat dalam limbah industri merupakan bahan pencemar lingkungan yang mendapatkan perhatian global. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tanaman untuk menyerap logam dalam medium cair atau dikenal sebagai fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanaman air lokal yang tahan dan peka secara relatif terhadap kromium. Empat spesies tanaman air (Pistia stratiotes, Eichhornia crassipes, Lemna minor, dan Salvinia sp.) ditumbuhkan pada medium buatan (Hoagland) yang dipasok kromium 0, 1, 2, 4, dan 8 ppm. Pengujian toleransi tanaman dan serapan terhadap kromium dilakukan berdasarkan pengamatan morfologis serta analisis kadar kromium dalam biomasa. Berdasarkan daya tahan dan serapan kromium, tanaman terseleksi diujikan lebih lanjut dalam limbah cair industri penyamakan kulit. Dalam medium Hoagland, Salvinia sp. mempunyai ketahanan dan serapan kromium lebih tinggi sebesar 67,2% sedangkan P. stratiotes mempunyai ketahanan dan serapan kromium lebih rendah sebesar 20,3% dibandingkan tanaman lain yang diujikan. Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk mengurangi bahan pencemar lingkungan berupa logam berat kromium dari limbah industri.Kata Kunci: Fitoremediasi, kromium, medium Hoagland, tanaman air, limbah cair
SKRINING DAN IDENTIFIKASI MIKROBA LIGNINOLITIK PADA PENGOMPOSAN ALAMI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Rupaedah, Bedah; Purwoko, Devit; Safarrida, Anna; Tajuddin, Teuku; Wahid, Abdul; Sugianto, Mahmud; Sudjai, Imam; Suyono, Agus
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 6 No. 1 (2019): June 2019
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.706 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v6i1.3237

Abstract

Screening and Identification of Ligninolytic Microbes in the Natural Decomposition of Oil Palm Empty Fruit Bunch  ABSTRACTOPEFB (oil palm empty fruit bunch)could potentially be utilized as organic fertilizer or animal feed through composting. Information on microorganisms that play important roles in the natural decomposition of OPEFB is to date not much known yet. This research was aimed to obtain and, subsequently, to molecularly identify lignin-degrading microbial isolates responsible for naturally decomposing OPEFB in the Oil Plant Plantation and Palm Oil Refinery Plant, PTPN VIII Cikasungka, Bogor. Screening for active lignin-degrading isolates was carried out on 17 naturally decomposing OPEFB samples. A total of 19 isolates of fungi and 80 isolates of bacteria were obtained. Ligninolytic activity was measured by Sundman and Nase testing methods. Ligninolytic activity was found on 13 fungal isolates and 15 bacterial isolates. The active isolates were subsequently identified molecularly based on ITS sequence in the ribosome DNA area for fungi and in 16S rRNA genes for bacteria. The results showed that the lignin-degrading microorganisms obtained consisted of 5 bacterial isolates from the genus Bacillus and 3 fungal isolates from the genus Rhizopus and Aspergillus. Keywords: composting, lignin, microbes, OPEFB, 16S rRNA ABSTRAKTKKS (tandan kosong kelapa sawit) berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau pakan ternak dengan cara pengomposan. Informasi mikroba yang berperan dalam pengomposan alami TKKS hingga saat ini belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mendapatkan isolat mikroba pendegradasi lignin dalam pengomposan alami TKKS asal Perkebunan dan Pabrik Pemerasan Kelapa Sawit, PTPN VIII Cikasungka, Bogor, serta mengidentifikasi mikroba tersebut secara molekuler. Skrining mikroba aktif pendegradasi lignin dilakukan terhadap 17 sampel TKKS yang sudah lapuk secara alami. Sebanyak 19 isolat jamur dan 80 isolat bakteri telah dihasilkan. Aktivitas ligninolitik diukur dengan metode pengujian Sundman dan Nase. Isolat jamur yang memiliki aktivitas ligninolitik sebanyak 13 isolat, sedangkan bakteri sebanyak 15 isolat. Isolat-isolat aktif tersebut selanjutnya diidentifikasi secara molekuler berdasarkan pada sekuen ITS di daerah DNA ribosom untuk jamur dan menggunakan gen 16S rRNA untuk bakteri. Hasil menunjukkan bahwa 5 isolat bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi lignin berasal dari genus Bacillus, sedangkan 3 isolat jamur pendegradasi lignin berasal dari genus Rhizopus dan Aspergillus Kata Kunci: lignin, mikroba, pengomposan, TKKS, 16S rRNA 
PEMURNIAN ENZIM SEFALOSPORIN-C ASILASE DAN OPTIMASI PROSES KROMATOGRAFI PENUKAR ION Nasution, Uli Julia; Wijaya, Silvia Melinda; Wibisana, Ahmad; Safarrida, Anna; Rachmawati, Indra; Puspitasari, Dian Japany; Naim, Sidrotun; Mahsunah, Anis Herliyanti; Wulyoadi, Sasmito; Suyanto, Suyanto
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 2 (2018): December 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1567.447 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i2.2902

Abstract

Purification of Cephalosporin-C Acylase and Its Optimization of Ion-Exchange ChromatographyABSTRACTCephalosporin-C acylase (CCA) has an important role in the one-step conversion of cephalosporin-C into 7-ACA. Purification process aims to increase specific activity of CCA enzyme. Purification began with cell lysis, ammonium sulphate precipitation, dialysis, ion exchange chromatography (IEC) and size exclusion chromatography. IEC optimization of elution step was also done to compare gradient and isocratic elusion. Purification was capable to increase the enzyme purity upto 33.66 fold, with specific activity of 3.00 U/mg and the yield reached 41.41%. Optimization of elusion during IEC showed that isocratic protein elusion was more efficient (taking shorter time, 3 column volume (CV) only) than that of gradient batch (up to 9 CV). SDS-PAGE analysis demonstrated that the recombinant CCA enzyme existed in two types, active enzyme containing α-subunit (25 kDa) and β-subunit (58 kDa), and inactive enzyme (83 kDa) as precursor. Furthermore, 30% ammonium sulphate saturated precipitation was able to precipitate this inactive CCA.Keywords: 7-ACA,CCA, cephalosporin C, protein purification, specific activity ABSTRAKSefalosporin-C asilase (CCA) merupakan enzim yang berperan penting dalam konversi satu tahap sefalosporin-C menjadi 7-ACA. Proses purifikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas spesifik enzim CCA. Proses purifikasi dimulai dari memecah sel, diikuti dengan tahap presipitasi menggunakan amonium sulfat, dialisis, kromatografi penukar ion (IEC) dan kromatografi eksklusi. Optimasi proses IEC pada tahap elusi juga dilakukan untuk membandingkan elusi enzim CCA secara gradien dan isokratik. Proses purifikasi pada penelitian ini mampu meningkatkan kemurnian enzim hingga 33,66 kali, dengan aktivitas spesifik sebesar 3,00 U/mg dan perolehan enzim sebesar 41,41%. Hasil optimasi IEC pada proses elusi secara isokratik lebih efisien dari segi waktu (hanya membutuhkan 3 kolom volume (CV) dibandingkan dengan secara gradien (sampai 9 CV). Hasil SDS-PAGE menunjukkan bahwa CCA rekombinan merupakan enzim dengan 2 macam bentuk yaitu enzim aktif, yang terdiri dari subunit α (25 kDa) dan β (58 kDa), dan enzim tidak aktif berupa prekursor (83 kDa). Proses presipitasi menggunakan amonium sulfat 30% tersaturasi dapat mengendapkan prekursor CCA.Kata Kunci: 7-ACA, aktivitas spesifik, CCA, purifikasi protein, sefalosporin C