Meilanny Budiarti Santoso, Meilanny Budiarti
Unknown Affiliation

Published : 45 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

LGBT DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA SANTOSO, MEILANNY BUDIARTI
Share : Social Work Journal Vol 6, No 2 (2016): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.871 KB) | DOI: 10.24198/share.v6i2.13206

Abstract

Resolusi tentang pengakuan atas hak-hak LGBT adalah resolusi PBB yang pertama yang secara spesifik mengangkat isu pelanggaran HAM berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender. Resolusi tentang pengakuan atas hak-hak LGBT inilah yang dijadikan sebagai landasan tuntutan bagi kaum LGBT dalam menuntut hak-hak mereka dengan mengatasnamakan hak asasi manusia. Namun demikian, di Indonesia, tentunya berbicara mengenai penegakkan hak asasi manusia, khususnya yang diperjuangkan oleh komunitas LGBT, penegakkannya harus disesuaikan dengan aturan hukum dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan landasan falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL PADA NARAPIDANA Santoso, Meilanny Budiarti; Krisnani, Hetty; Isna Deraputri, Gevia Nur
Share : Social Work Journal Vol 7, No 2 (2017): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.472 KB) | DOI: 10.24198/share.v7i2.15681

Abstract

ABSTRAKArtikel ini membahas mengenai gangguan psikopat atau antisosial yang terjadi pada narapidana. Psikopat merupakan perilaku psikologis yang terjadi pada manusia. Psikopat ini merupakan keadaan seseorang dimana seseorang tersebut tidak dapat merasakan empati dan cenderung untuk dapat melakukan kekerasan pada manusia lain tanpa diikuti dengan perasaan bersalah dan melakukan perilaku tersebut untuk kepuasan dirinya sendiri dan mereka cenderung untuk membenarkan dirinya sendiri atas perbuatan yang dilakukannya. Narapidana adalah seseorang yang hidup dalam tahanan atau sel penjara karena mereka telah melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.Tidak sedikit dari narapidana yang ada didalam sel tahanan yang teridentifikasi mempunyai prilaku psikologis yang menyimpang yaitu psikopat. Mereka, narapidana penyandang psikopat, cenderung tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan belajar dari kesalahan yang mereka lakukan sebelumnya. Beberapa mendefinisikan penyebab dari psikopat ini adalah karena gangguan pada sel otak dan juga pengaruh lingkungan dari orang tersebut yang terbentuk sejak mereka kecil.Pada artikel ini akan menjelaskan mengenai apa itu psikopat, bagaimana narapidana yang mempunyai gangguan psikopat, dan bagaimana seharusnya penanganan untuk narapidana yang tinggal dan menetap di sel penjara yang mengidap penyakit mental. Serta, bagaimana pekerja sosial dalam kasus ini berperan untuk dapat memanusiakan manusia. ABSTRACTThis article discusses the psychopathic or antisocial disorders that occur on inmates. Psychopaths is a psychological behavior that occurs in humans. Psychopaths disorder is a situation where one person is unable to feel empathy and tends to be violent to other humans without feeling guilty and perform these behaviors for themselves and their satisfaction justifies itself on the act of doing. Inmates are someone living in detention or prison cells because they have committed acts which do not deviate in accordance with the norms and values that exist in society.Some of the inmates that there were unidentified having antisocial personality disorder. inmates with psychopathic does not have the ability to recognize and learn from the mistakes they did before. but they also can behave either like a normal person and do not show that they have a personality disorder. Some define the cause of the psychopath is due to disturbances in brain cells and also environmental influence of the person who formed since they are small.This article will explain about what is a psychopath, how prisoners who have psychopathic disorders, and how should the handling of prisoners who live and stay in a prison cell with mental illness. As well, how social workers in this case contribute to humanize humans.
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENANGANAN ANAK AUTIS S, Dessy Hasanah; Santoso, Meilanny Budiarti; Rachmasari, Yessi
Share : Social Work Journal Vol 7, No 2 (2017): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.952 KB) | DOI: 10.24198/share.v7i2.15683

Abstract

ABSTRAKAutisme adalah salah satu kelainan psikologis dan perkembangan yang dialami oleh anak. Perkembangan yang dimaksud bukan secara fisik namun lebih kepada kemampuan untuk berkomunikasi, bersosialisasi sekaligus perilaku. Gejala autis yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Penanganan yang intensif dan terpadu untuk anak autis disesuaikan dengan kebutuhan anak agar pelaksanaanya dapat memberikan hasil yang maksimal. Suatu layanan yang diberikan bagi anak autis harus disesuaikan dengan metode yang tepat sehingga dapat di terapkan secara langsung. Upaya untuk menyikapi permasalahan tersebut. Sehingga, dibutuhkan penanganan untuk anak autis yaitu peran dari professional yang terlibat. Dalam penanganan anak autis dibutuhkan profesi yang memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidangnya. Salah satunya yaitu peran dari pekerja sosial dan profesi lainnya yang berkolaborasi dengan pekerja sosial, Pekerja sosial dalam upaya penanganan anak autis dapat melakukan assessment dan intervensi terhadap permasalahan anak autis tersebut dengan menggunakan pendekatan secara holistic dengan lingkungan sosialnya dan dengan pendekatan biopsikosial. Peran pekerja sosial juga bersama-sama dengan keluarga anak autis tersebut dapat memberikan dukungan sosial dan memotivasi anak dengan gangguan autis tersebut.ABSTRACTAutism is one of the psychological and developmental disorders experienced by children. The development is not physical, but rather the ability to communicate, socialize well as behavior. Symptoms of autism that really stood out was the attitude of children who tend not to care about the environment and the people around him, as if refusing to communicate and interact, as well as living in his own world. Handling intensive and integrated for children with autism tailored to the needs of children so that implementation can provide maximum results. A service provided for children with autism should be tailored to the exact method that can be applied directly. Efforts to address these problems. Thus, needed treatment for children with autism is the role of the professionals involved. In the treatment of autistic children who have the necessary professional skills and knowledge in the field. One of them is the role of social workers and other professionals who collaborate with social workers, social workers in handling children with autism can do an assessment and intervention for children with autism are problems with using a holistic approach with the social environment and the biopsikosial approach. The role of social workers also together with families of children with autism can provide social support and motivate the children with autistic disorder.
BELAJAR: PROSES MEMBANGUN KEMAMPUAN UNTUK MENGENDALIKAN MASA DEPAN DENGAN BAIK Santoso, Meilanny Budiarti
Share : Social Work Journal Vol 5, No 2 (2015): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.947 KB) | DOI: 10.24198/share.v5i2.13141

Abstract

Manusia memiliki pilihan hidup untuk menentukan jalan hidupnya, dalam rangka mencapai visi yang diperjuangkannya. Namun, ironisnya sebagian besar manusia menjalani hidupnya tanpa visi dan misi yang jelas. Hal tersebut berdampak pada konteks lingkunan kehidupan mereka di masing-masing lokus mereka, bahkan akan mempengaruhi lingkungan sosial mereka. Bahkan kehidupan dan keberhasilan organisasi seringkali sangat dipengaruhi oleh cara pandang dan tindakan para anggotanya. Seseorang haruslah mampu berjalan dengan baik pada jalan yang menuju pada arah yang benar. Itulah yang disebut dengan visi kehidupan. Hidup dengan visi, dan hidup untuk memperjuangkan visi. Begitulah cara jika orang mau panjang umur, dalam arti sehat, bugar, bersemangat, dan berprestasi; dengan catatan, visi tersebut harus menyangkut – dan untuk – kepentingan memberi manfaat bagi orang banyak (Wibhawa, 2016). Rasa kesalingtergantungan dalam relasi sosial membuat seseorang menaruh perhatian terhadap apa yang akan terjadi pada orang lain, suatu hal yang penting untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan saling mempercayai. Semua ini akan menolong seseorang untuk mengatasi keberagaman, membina kerjasama kreatif, dan menyelesaikan konflik dengan damai. Ini adalah ranah kecerdasan interpersonal
PENTINGNYA BUKU PANDUAN BAGI VOLUNTEER PADA ORGANISASI SOSIAL (STUDI KASUS PADA LEMBAGA REHABILITASI ODHA DAN KONSUMEN NAPZA RUMAH CEMARA KOTA BANDUNG) Rizkiawati, Rini; Wibhawa, Budhi; Santoso, Meilanny Budiarti; Raharjo, Santoso Tri
Share : Social Work Journal Vol 7, No 2 (2017): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.646 KB) | DOI: 10.24198/share.v7i2.15723

Abstract

Rumah Cemara merupakan organisasi sosial yang memiliki keterbatasan Sumber Daya Manusia yaitu 32 Orang. Pada dasarnya Human Resource Development (HRD) yang bertanggung jawab menangani pengelolaan Sumber Daya Manusia ataupun staff. Dalam suatu organisasi sosial ketika memiliki Sumber Daya Manusia yang terbatas, maka dibutuhkanlah volunteer untuk membantu dalam menjalankan suatu program atau kegiatan. Banyak sekali masyarakat yang ingin menjadi volunteer di Rumah Cemara. Namun, mengenai mekanisme perekrutan volunteer saat ini belum memiliki kualifikasi syarat secara khusus sesuai dengan kebutuhan dari Rumah Cemara. Hal tersebut membuat beberapa calon volunteer tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Melalui penulisan artikel ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya panduan untuk volunteer dalam suatu organisasi sosial Rumah Cemara is a social organization with limited human resources of 32 people. Basically, Human Resource Development (HRD) is responsible for managing Human Resources or staff. In a social organization when it has limited Human Resources, it is necessary volunteers to assist in running a program or activity. Lots of people who want to volunteer at Rumah Cemara. However, the current volunteer recruitment mechanism does not yet have qualification requirements specifically in accordance with the needs of Rumah Cemara. It makes some volunteer candidates not knowing what to do. Through the writing of this article, it is expected to provide an overview of the importance of guidance for volunteers in a social organization.
COGNITIVE RESTRUCTURING DAN DEEP BREATHING UNTUK PENGENDALIAN KECEMASAN PADA PENDERITA FOBIA SOSIAL Hanifa, Runia; Santoso, Meilanny Budiarti
Share : Social Work Journal Vol 6, No 2 (2016): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.752 KB) | DOI: 10.24198/share.v6i2.13211

Abstract

Fobia sosial adalah salah satu metal illness yang dihadapi oleh banyak orang dewasa dan terutama pada remaja yang masih mengalami perubahan baik pada fisiknya maupun perubahan secara psikologis. Fobia sosial terjadi karena individu mengalami kecemasan terhadap lingkungan sosialnya. Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan cara berfikir atau kognisi individu. Terapis dalam menangani klien individu dengan kecemasan, dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya metode cognitive restructuring (CR) dan teknik deep breathing.Klien dengan fobia sosial diberikan treatment oleh terapis untuk mengatasi kecemasan dan pikiran negatif terhadap lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan metode cognitive restructuring (CR), klien dibantu untuk menstruktur ulang kognisinya yang terbiasa untuk berpikir dengan mindset negatif dan menyebabkan rasa cemas terhadap lingkungan sosialnya. Adapun teknik deep breathing, digunakan untuk melancarkan pernapasan klien ketika mengalami kecemasan. Ketika individu mengalami fobia sosial, kecemasan yang dialami klien dapat mengakibatkan kesulitan bernafas. Dengan melakukan teknik deep breathing, klien dapat merasa lebih rileks dan dapat berpikir dengan lebih jernih untuk dapat meghilangkan pikiran-pikiran negatinya.
ASSESSMENT SISTEM SUMBER INDUSTRI KECIL DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Santoso, Meilanny Budiarti
Share : Social Work Journal Vol 3, No 2 (2013): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/share.v3i2.10023

Abstract

Industri kecil sering kali menghadapi berbagai permasalahan. Persoalan utama yang biasanyadihadapi oleh industri kecil adalah keterbatasan modal dalam artian tidak mempunyai aksesterhadap sumber modal seperti kredit dari perbankan serta terbatasnya akses ke pasar untukmemasarkan hasil industri mereka. Banyak faktor yang dapat menghambat perkembangan industrykecil. Namun, tersimpan berbagai potensi yang membuat industri kecil tetap mampu bertahan,bahkan berkembang dalam situasi krisis. Salah satu potensi yang dimiliki industri kecil adalahkeberadaannya yang berbasis pada komunitas. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yangtelah dilakukan, di mana terungkap bahwa kekuatan atau sumber potensial yang dimiliki oleh parapengusaha industri kecil adalah ketekunan, motivasi dan visi dalam bekerja sehingga dapatmenghasilkan usaha yang mampu bertahan dan bersaing di tengah gejolak krisis dan persainganglobal. Sistem sumber informal yang mereka miliki adalah hubungan-hubungan sosial di antarasaudara, kerabat dan tetangga sehingga membentuk jaringan sosial informal. Sistem sumberformal yang dimanfaatkan oleh sebagian pengusaha adalah Bank, Departemen Kesehatan RI danMajelis Ulama Indonesia (MUI). Koperasi dan asosiasi pedagang merupakan sistem sumberkemasyarakatan yang dapat membantu pengembangan maupun perkembangan usaha.
INTERVENSI PEKERJA SOSIAL TERHADAP ORANG DENGAN SKIZOFRENIA Santoso, Meilanny Budiarti; Krisnani, Hetty; Hadrasari, Ifani
Share : Social Work Journal Vol 7, No 2 (2017): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.604 KB) | DOI: 10.24198/share.v7i2.15679

Abstract

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa paling berat. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku-pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak biasa dan tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. Skizofrenia membutuhkan intervensi dari berbagai multidisipliner, salah satunya adalah Pekerja Sosial.Pekerja Sosial bekerja dalam seting generalis, dan bisa memasuki bidang kesehatan jiwa. Intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial akan berbeda dengan profesi lain, meski melalui cara yang sama namun bisa berbeda dalam proses penanganannya. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan dengan orang dengan Skizofrenia dengan profesi pekerjaan sosial.
PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL BERBASIS HAK ASASI MANUSIA Santoso, Meilanny Budiarti; Apsari, Nurliana Cipta
Share : Social Work Journal Vol 6, No 1 (2016): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.755 KB) | DOI: 10.24198/share.v6i1.13147

Abstract

Jika orang dianggap memiliki hak, maka hal ini ada implikasinya dengan kewajiban, baik negara maupun individu, untuk memastikan bahwa hak-hak tersebut dilindungi dan diwujudkan. Tulisan ini bermaksud menjelaskan bagaimana Hak Asasi Manusia (HAM) digunakan sebagai dasar untuk praktik pekerjaan sosial. Praktik pekerjaan sosial berbasis HAM muncul sebagai alternatif pendekatan praktik yang sejak pertama kali pembentukan profesi pekerjaan sosial ini mengandalkan pada pemenuhan kebutuhan individu. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan yang berkaitan dengan praktik-praktik pekerjaan sosial berbasis hak asasi manusia. Praktik pekerjaan sosial berbasis HAM perlu dikaji secara rinci, karena dalam praktik pekerjaan sosial, hak dan kewajiban memiliki implikasi yang signifikan demi tercapainya keadilan sosial bagi setiap individu. Praktik pekerjaan sosial dengan menggunakan pendekatan berbasis hak dilaksanakan berdasarkan tiga generasi hak. Dengan menggunakan pendekatan berbasis hak, pekerja sosial telah mengangkat harkat dan martabat klien sebagai individu dan mendorong setiap individu untuk berperan aktif dalam mengidentifikasi dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya untuk menghadapi tantangan yang mereka alami. Praktik pekerjaan sosial berdasarkan hak membantu individu mengatasi tantangan keberfungsian sosial mereka dan memfasilitasi mereka mendapatkan keadilan sosial.
UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA KALANGAN REMAJA DI KOTA BANDUNG Santoso, Meilanny Budiarti; Apsari, Nurliana Cipta; Nabila, Annisa
Share : Social Work Journal Vol 7, No 1 (2017): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.612 KB) | DOI: 10.24198/share.v7i1.13817

Abstract

Masalah HIV/AIDS menjadi masalah kontemporer yang berkaitan dengan perilaku berisiko manusia, karena masalah ini bukanlah masalah kesehatan semata. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) termasuk populasi yang rentan bermasalah secara sosial, ekonomi, budaya dan politik. Sejak tahun 2005, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS yang merupakan salah satu wujud upaya pencegahan HIV/AIDS, sebetulnya sudah mulai masuk ke setiap SMA, namun, karena HIV/AIDS banyak menyerang usia produktif, termasuk pelajar, sehingga sosialisasi diharapkan tidak hanya dilakukan pada para pelajar SMA saja, melainkan juga dilakukan pada para pelajar di tingkat pendidikan yang lebih rendah lagi, yaitu SMP dengan harapan dapat mencegah lebih banyak remaja yang terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko dan penyalahgunaan narkoba.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory survey. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMPN 35 Bandung yang telah mendapat program HEBAT secara penuh 2 semester.Program HEBAT! menjadi pelopor program pencegahan HIV/AIDS yang diperuntukkan bagi remaja di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Program HEBAT! berbentuk kurikulum (mata pelajaran) yang berlangsung selama 2 semester di kelas VIII SMP. Sejak pertengahan tahun 2010, program HEBAT hingga saat ini telah berlangsung di 33 SMP di Kota Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat pengaruh antara pelaksanaan program HEBAT terhadap sikap remaja. Pendidikan yang diberikan pada remaja dalam program HEBAT adalah sebagai langkah untuk  meningkatkan pengetahuan remaja terkait bahaya narkoba dan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sejak dini agar mereka terhindar dari perilaku berisiko HIV/AIDS