Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Inappropriate complementary feeding practice increases risk of stunting in children aged 12-24 months Hijra, Hijra; Fatimah-Muis, Siti; Kartasurya, Martha Irene
Universa Medicina Vol 35, No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2016.v35.146-155

Abstract

BackgroundIn 2013, the prevalence of stunting in Central Sulawesi province was 41%, which was higher than the national prevalence of 37.2%. Complementary feeding practice, infectious disease, history of exclusive breastfeeding, birth weight and birth length were assumed to contribute to the prevalence of stunting. The objective of the present study was to identify the risk factors for stunting among children aged 12 to 24 months.MethodsThis study was conducted using a case control design. Subjects were children aged 12-24 months, consisting of 58 cases and 58 controls. Data were obtained with a body length infantometer. Data on complementary feeding practices, history of exclusive breastfeeding, and history of infectious diseases were obtained using questionnaires. Nutrient intakes were measured by semi quantitative food frequency questionnaires. Data on birth weight and birth length were obtained from the buku KIA (maternal and child health record). Data were analyzed by chi-square and logistic regression tests. ResultsThere was no difference in sex, BMI, and parental education between cases and controls (p>0.05). After controlling for history of exclusive breastfeeding and birth weight, the risk factors for stunting were inappropriate complementary feeding practice in terms of quantity and quality (OR=8.26; 95% CI: 2.69-25.44), history of diarrhea (OR=4.73; 95% CI: 1.08-20.69), birth length (OR=5.11; 95% CI: 1.69-15.46) and respiratory tract infection (OR=5.30; 95% CI: 1.03-27.23). Inappropriate complementary feeding practice was the most dominant factor for stunting.ConclusionInappropriate complementary feeding practice increased the risk of stunting in 12-24 months old children by 8.26. This study confirms the need to scale up interventions during the first 2 years of life, including appropriate infant feeding practices.
REDUPLIKASI BAHASA LAUJE HIJRA, HIJRA
BAHASA DAN SASTRA Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.821 KB)

Abstract

ABSTRAK – Dalam penelitian ini penulis mengangkat permasalahan yaitu (1) bagaimana bentuk reduplikasi bahasa Lauje? (2) bagaimana makna reduplikasi bahasa Lauje? Adapun tujuan penelitian ini yakni: (1) nendeskripsikan bentuk reduplikasi bahasa Lauje. (2) mendeskripsikan makna reduplikasi bahasa Lauje. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang dalam prosesnya mengikuti tiga tahapan, yaitu: (1) tahap pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak dengan teknik simak libat cakap. (2) tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan metode padan dan metode distribusional. Metode ini menggunakan teknik perluas dan teknik ganti. (3) tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bentuk reduplikasi bahasa Lauje terdiri atas: (1) reduplikasi penuh;  lampa-lampa ‘jalan-jalan’, (2) reduplikasi sebagian: lama-lamaring ‘lemari-kecil’, (3) reduplikasi dengan proses pembubuhan afiks: nontunu-tunua ‘membakar-bakarkan’, dan (4) reduplikasi berdasarkan kelas kata: Reduplikasi nomina polu-polu ‘batu-batu’, redulikasi verba lembas-lembas ‘pukul-pukul’, reduplikasi adjektiva neindi-neindi ‘besar-besar’, dan reduplikasi adverbia tutunyo-tutunyo ‘sungguh-sungguh’. Kata Kunci: Reduplikasi Bahasa Lauje.
EKSISTENSI TRADISI KAFEENA DALAM PERNIKAHAN SUKU MUNA DI KELURAHAN WASOLANGKA KECAMATAN PARIGI Hijra, Hijra; Bahtiar, Bahtiar; Sarmadan, Sarmadan
SOCIETAL Vol 7, No 2 (2020): Edisi Oktober
Publisher : SOCIETAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui eksistensi, makna, dan fungsi tradisi Kafeena dalam pernikahan suku Muna. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Kafeena dalam pernikahan suku Muna terbagi menjadi 2 yakni: 1. Tradisi Kafeena dalam pernikahan suku Muna adalah kebiasaan khas pada masyarakat Muna yang berupa seperangkat pakaian putri dari ujung kaki sampai ujung rambut, sebagai tanda syukur calon pengantin laki-laki apabila lamaranya telah diterima. Nilai sosial tradisi Kafeena dalam pernikahan suku Muna masih tetap ada sampai sekarang karena mengandung unsur tradisi dimana Kafeena merupakan warisan budaya dari nenek moyang hingga masyarakat; 2. Makna Kafeena dalam pernikahan suku Muna, yaitu sebagai bentuk pertanyaan yang ditujukan kepada pihak perempuan atau biasa disebut khabentano pongke atau pelubang telinga. Dengan itu untuk mengetahui apabila benda-benda pada proses pinangan (Kafeena) diterima dengan baik oleh pihak perempuan, maka tahap pelakasanaan pernikahan dapat dilakukan dan apabila Kafeena tersebut belum atau tidak diterima oleh pihak perempuan, maka tahap pelakasanaan pernikahan tidak dapat dilakukan; 3. Fungsi Kafeena dalam pernikahan suku Muna yaitu: fungsi sosial, sebagai solidaritas dan sebagai adat.