Brigitta Erlita Tri Anggadewi
Sanata Dharma University

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

OBSERVED & EXPERIENTIAL INTEGRATION (OEI) UNTUK MENURUNKAN GEJALA STRES PASCA TRAUMA (PTSD) PADA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Tri Anggadewi, Brigitta Erlita Tri Anggadewi Erlita Tri Anggadewi; Hadriami, Emmanuela
Psikodimensia Vol 13, No 2 (2014)
Publisher : Psikodimensia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Observed Experiential Integration (OEI) dapat menurunkan gejala Stres Pasca Trauma pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Subjek penelitian ini adalah 3 (tiga) orang perempuan korban KDRT dengan usia 28 sampai 50 tahun. Korban KDRT sering mengalami trauma akibat peristiwa kekerasan yang dialaminya. Penelitian ini menggunakan rancangan multiple baseline design dengan desain AB follow-up dimana A merupakan baseline, B merupakan terapi yang meliputi tahapan switching, glitch work, dan sweeping, serta follow-up. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini berupa penjelasan grafik penelitian, sedangkan analisis kualitatif berupa hasil dari observasi dan wawancara selama penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima dimana Observed Experiential Integration (OEI) dapat menurunkan gejala Stres Pasca Trauma pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Elementary School Students' Mental Health during the Corona Virus Pandemic (COVID-19) Mayasari, Elisabeth Desiana; Evanjeli, Laurensia Aptik; Tri Anggadewi, Brigitta Erlita; Purnomo, Puji
Journal of Psychology and Instruction Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpai.v5i1.34935

Abstract

During the Coronavirus (COVID-19) pandemic, changes in routine have affected students’ psychological development. This study aims to determine elementary school students’ mental health during the Corona Pandemic. The benefit of this research is as a basis for efforts to prevent and overcome unexpected psychological conditions in students. This research is a descriptive quantitative study using a survey method. The population in this study were 148 students aged 9-14 years. The data collection technique used was a questionnaire. This study used the Indonesian version of Strength and Difficulty Questionnaire for Children (SDQC) arranged by Robert Goodman. The result showed that the condition of the students was in the "abnormal" category which was indicated by a condition that was less good than the condition in general. There were 17 (11.49%) students in the abnormal category on the disruptive behaviour subscale, 11 (7.43%) students on the hyperactive-inattention subscale, 10 (7%) students on the emotional subscale, 5  (3%) students on the indifference subscale, and 2 (1%) students on the relation problems subscale. Overall aspects of measurement show that the students show a state of "abnormal" status in one or two aspects and it means that students have good mental health.
Digital story telling sebagai media bagi guru untuk mengembangkan komunikasi anak berkebutuhan khusus Brigitta Erlita Tri Anggadewi
Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Vol 1 (2017)
Publisher : Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan pendidikan saat ini mulai menempatkan anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak regular atau anak yang tidak mengalami kebutuhan khusus dengan harapan anak berkebutuhan khusus maupun anak regular dapat saling belajar memahami dan menghargai. Sebagai guru, mengajarkan keberagaman tersebut merupakan tantangan tersendiri. Untuk itu, guru pelu memberikan sebuah alternatif untuk mengembangkan skomunikasi anak, sebab komunikasi merupakan salah satu sarana yang bagi seorang anak dalam bersosialisasi. Penggunaan digital storytelling menjadi salah satu cara yang dapat digunakan guru di kelas. Digital storytelling merupakan salah satu bentuk teknologi informasi dan komunikasi dimana guru dapat fokus bercerita mengenai tema tertentu dengan menggabungkan foto, gambar, tulisan, suara, dan musik sehingga membentuk sebuah rangkaian cerita yang menarik. Fokus artikel ini adalah membahas bagaimana penggunaan digital storytelling dapat digunakan untuk anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari artikel ini adalah memperkenalkan guru mengenai digital storytelling yang dapat menjadi salah satu alternatif di kelas untuk membantu mengembangkan komunikasi anak terutama untuk anak berkebutuhan khusus.  Kata kunci: digital storytelling, komunikasi, anak berkebutuhan khusus
Pengembangan alat peraga untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika pada anak dengan ADHD Mariyah Mariyah; Christiyanti Aprinastuti; Brigitta Erlita Tri Anggadewi
Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Vol 1 (2017)
Publisher : Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan untuk anak dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) membutuhkan usaha yang lebih dibandingkan dengan pendidikan pada anak yang tidak ADHD. Anak dengan ADHD yang cenderung sulit berkonsentrasi dan memiliki aktivitas yang berlebih sehingga dalam pembelajaran dibutuhkan alat yang selain dapat membantu anak untuk memahami materi pelajaran juga dapat menarik perhatian dan menyalurkan aktivitas anak tersebut. Penggunaan alat peraga menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk membantu anak dengan ADHD menghitung penjumlahan dan pengurangan serta menarik perhatian anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengembangan Alat Peraga Papan Penjumlahan dan Pengurangan dan kualitas alat peraga tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah-langkah dalam penelitian yang digunakan memodifikasi tujuh dari sepuluh prosedur R&D menurut Sugiyono, Penelitian ini dilakukan di SD N Sarikarya dengan subjek penelitian seorang anak dengan ADHD kelas II. Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk dan (7) revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik menurut skala 4. Pengembangan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dilengkapi dengan album berupa petunjuk cara penggunaan alat peraga dan juga dilengkapi dengan bilik. Rata-rata hasil validasi papan penjumlahan dan pengurangan adalah 3,73, sedangkan rata-rata hasil validasi album oleh validator 1,2, dan 3 yaitu 3,77.Kata kunci:  Alat Peraga, ADHD, dan Matematika 
OBSERVED & EXPERIENTIAL INTEGRATION (OEI) UNTUK MENURUNKAN GEJALA STRES PASCA TRAUMA (PTSD) PADA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Brigitta Erlita Tri Anggadewi Erlita Tri Anggadewi Tri Anggadewi; Emmanuela Hadriami
PSIKODIMENSIA Vol 13, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psiko.v13i2.261

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Observed Experiential Integration (OEI) dapat menurunkan gejala Stres Pasca Trauma pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Subjek penelitian ini adalah 3 (tiga) orang perempuan korban KDRT dengan usia 28 sampai 50 tahun. Korban KDRT sering mengalami trauma akibat peristiwa kekerasan yang dialaminya. Penelitian ini menggunakan rancangan multiple baseline design dengan desain AB follow-up dimana A merupakan baseline, B merupakan terapi yang meliputi tahapan switching, glitch work, dan sweeping, serta follow-up. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini berupa penjelasan grafik penelitian, sedangkan analisis kualitatif berupa hasil dari observasi dan wawancara selama penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima dimana Observed Experiential Integration (OEI) dapat menurunkan gejala Stres Pasca Trauma pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Elementary School Students' Mental Health during the Corona Virus Pandemic (COVID-19) Elisabeth Desiana Mayasari; Laurensia Aptik Evanjeli; Brigitta Erlita Tri Anggadewi; Puji Purnomo
Journal of Psychology and Instruction Vol. 5 No. 1 (2021): April
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpai.v5i1.34935

Abstract

During the Coronavirus (COVID-19) pandemic, changes in routine have affected students’ psychological development. This study aims to determine elementary school students’ mental health during the Corona Pandemic. The benefit of this research is as a basis for efforts to prevent and overcome unexpected psychological conditions in students. This research is a descriptive quantitative study using a survey method. The population in this study were 148 students aged 9-14 years. The data collection technique used was a questionnaire. This study used the Indonesian version of Strength and Difficulty Questionnaire for Children (SDQC) arranged by Robert Goodman. The result showed that the condition of the students was in the "abnormal" category which was indicated by a condition that was less good than the condition in general. There were 17 (11.49%) students in the abnormal category on the disruptive behaviour subscale, 11 (7.43%) students on the hyperactive-inattention subscale, 10 (7%) students on the emotional subscale, 5  (3%) students on the indifference subscale, and 2 (1%) students on the relation problems subscale. Overall aspects of measurement show that the students show a state of "abnormal" status in one or two aspects and it means that students have good mental health.
MERAWAT KESEHATAN MENTAL ANAK Elisabeth Desiana Mayasari; Brigitta Erlita Tri Anggadewi; Laurensia Aptik Evanjeli; Puji Purnomo; Antonia Morita Iswari Saktiawati
Share : Journal of Service Learning Vol. 8 No. 1 (2022): FEBRUARY 2022
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.333 KB) | DOI: 10.9744/share.8.1.1-8

Abstract

Pandemi Covid-19 yang terjadi ini menuntut orang tua, guru dan masyarakat untuk bekerjasama dan memperhatikan anak secara psikologis. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengatasi masalah emosi dan perilaku dengan baik. Para guru yang berkomunikasi dengan anak setiap hari membutuhkan pendampingan untuk mengasah kemampuan tersebut. Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan, nampak bahwa guru membutuhkan pendampingan mengenai: 1) Pendidikan Anak, 2) ICT dalam pembelajaran, 3) Kesehatan Mental Anak, dan 4) Kesehatan Medis Anak. Metode pendampingan yang digunakan adalah penyuluhan sebanyak enam sesi, yaitu 1) Pendampingan anak selama belajar daring, 2) Penggunaan ICT dalam pembelajaran daring, 3) Mengenal emosi anak, 4) Kesehatan mental anak selama pandemic, 5) Kesehatan fisik anak selama pandemic dan 6) Pencegahan dan diagnosis infeksi pada anak. Hasil dari pendampingan ini adalah sebanyak 100% guru mendapatkan pemahaman dalam mendampingi anak belajar daring; sebanyak 99,3% guru mendapatkan motivasi dan semangat kembali dalam mendampingi anak belajar daring; ebanyak 99,3% guru mampu membedakan kondisi mental yang sehat dan yang membutuhkan bantuan; sebanyak 100% guru merasa perlu memberikan perhatian kepada kesehatan mental anak selama pembelajaran jarak jauh; sebanyak 99,3% guru merasa mampu mengenali dan 98,6% guru merasa dapat mengatur emosi anak; sebanyak 99,9% guru mengetahui dampak pandemi pada fisik anak; sebanyak 99% guru mengetahui cara pencegahan infeksi covid-19 pada anak; sebanyak 99,7% guru mendapatkan ide dalam merancang pembelajarang daring menggunakan ICT dan sebanyak 100% guru bersemangat menggunakan ICT dalam pembelajaran daring.
Dampak Psikologis Trauma Masa Kanak-kanak Pada Remaja Brigitta Erlita Tri Anggadewi
Solution : Journal of Counselling and Personal Development Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trauma masa kanak-kanak merupakan suatu pengalaman tidak menyenangkan yang dialami anak-anak, yang dapat berdampak jangka panjang dan muncul dalam bentuk perilaku-perilaku atau stres berlebihan di masa remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak psikologis yang muncul di masa remaja, yang mengalami trauma pada masa kanak-kanak. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Subjek penelitian adalah 40 mahasiswa yang menjalani sesi konseling di sebuah unit konseling perguruan tinggi di Yogyakarta. Data diambil dari database unit konseling yang ditulis dalam kurun waktu Januari – Desember 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan fisik dan seksual adalah peristiwa traumatis yang paling banyak dialami yaitu masing-masing sebesar 27,5 %. Peristiwa traumatik berikutnya adalah kekerasan emosional (22,5%). Peristiwa traumatik yang dialami memiliki dampak yang beragam. Dari ragam dampak yang muncul, dampak yang paling banyak dikeluhkan adalah kecemasan, ketidakmampuan dalam mengendalikan diri, mudah beremosi negatif, masalah dalam berelasi dengan keluarga, serta gangguan tidur. Dampak yang perlu menjadi perhatian prioritas dan segera adalah self harm, suicidal, dan agresivitas.