Emmelia Tricia Herliana, Emmelia Tricia
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENERAPAN KONSEP TRIAS POLITICA PADA MORFOLOGI DAN TIPOLOGI KOTA WASHINGTON, D. C. DAN CANBERRA Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2008.712 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1101

Abstract

Abstract: City planning is intended to create better living environment for its residents. A city is ‘a living laboratory’ that can be learned by people from different nations and cultures or even by the next generation, particularly by the next city planners. The morphology and typology of Washington, D.C. and Canberra, as federal capital cities of the central government, are determined by the early phase of planning, in which the planners interpreted the concept of the power system that each government has and implemented it to the structure of city. This study has an aim to oversee and compare the implementation of governmental power system in USA and Australia to the urban structure of their civic center. Both of them are democratic nations, which apply the concept of “Trias Politica”, and this concept is implemented within the morphological and typological structure of the capital cities. The method to discuss this topic is, firstly, by describe the history of city planning and design of the two cities. Secondly, the difference of the implementation of “Trias Politica” concept to the basic concept of planning and to the elements of morphology and typology of each city is analyzed. Thirdly, the conclusion of previous discussion is configured. The result of this study is a comparison of the implementation of the concept in differentiating power of legislative, executive, and judicative to the city planning which applied Baroque and Beaux-Arts ideas on Washington, D.C. and Canberra.Keywords: Morphology, typology, capital city, civic center, “Trias Politica”Abstrak: Perencanaan kota bertujuan untuk menciptakan lingkungan bermukim yang lebih baik bagi penduduk kota. Kota yang direncanakan dengan baik diharapkan akan dapat berfungsi dengan baik pula. Morfologi dan tipologi Kota Washington, D.C. dan Canberra, yang berfungsi sebagai ibukota pusat pemerintahan, sangat ditentukan oleh bagaimana para perencana dan perancang kota sejak awal menterjemahkan sistem kekuasaan yang dianut oleh pemerintah negara tersebut ke dalam struktur kota. Studi ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan bagaimana konsep yang dianut oleh kedua negara, yaitu United State of America dan Australia, di dalam menjalankan kehidupan bernegara yang menerapkan paham demokrasi, yaitu konsep “Trias Politica”, diterapkan pada struktur morfologi dan tipologi ibukota kedua negara. Metoda pembahasan yang digunakan adalah dengan menguraikan sejarah perencanaan dan perancangan kota Washington, D. C. dan Canberra, menganalisis perbedaan penerapan konsep “Trias Politica” pada konsep dasar perancangan dan unsur-unsur morfologi dan tipologi masing-masing kota, serta menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut. Hasil dari studi ini berupa perbandingan penerapan konsep pembagian kekuasaan pada paham demokrasi melalui perancangan kota yang menerapkan gagasan Baroque dan Beaux-Arts pada kota Washington, D.C. dan Canberra. Studi ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan dapat diambil maknanya apabila para perencana dan perancang kota dihadapkan pada permasalahan di dalam merencana dan merancang kota atau mengevaluasi perencanaan dan perancangan yang sudah ada.Kata kunci: Morfologi, tipologi, ibukota, pusat pemerintahan, “Trias Politica”
ANALOGI MUSIK-ARSITEKTUR MELALUI PROSES TRANSFORMASI PADA SIMULASI PERLUASAN GEREJA KATEDRAL BOGOR Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2863.675 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1054

Abstract

The selection of appropriate approaches for specific design project is the most creative step in a design process. In the recent research report (Herliana 2010), the approach which is derived from auditorial sensation through a conceptual interpretation of the characteristics of liturgical music in the Catholic Church explores the analogy of the musical composition elements and the architectural elements of design. The aim of this study is to implement the interpretation of the analogous of musical composition elements to the simulation in designing the extension of Cathedral Church in Bogor. The synthetic process explores a new configuration pattern of form and space - through the superimposition method of site-pattern interpretation and sound-pattern interpretation - to create a new order. The result is the re-arrangement of the form and space configuration through the process of creating “musical composition” in site, such as maintaining the hierarchy of site and the building structure, creating melodies, elaborating modulations, giving the ornaments, adding accents, and making rhyme; by strengthening dominant patterns and weakening sub-dominant patterns.Keywords: conceptual interpretation, analogy in Architecture, musical elements, superimposition methodAbstrak: Proses pencarian dan pemilihan pendekatan yang paling tepat untuk suatu kasus proyek yang spesifik adalah tahap yang memerlukan kreatifitas dan paling menentukan di dalam proses merancang. Pada artikel hasil penelitian penulis (Herliana 2010), telah disebutkan mengenai pendekatan yang bersumber dari sensasi bunyi melalui interpretasi konseptual karakteristik musik liturgi pada Gereja Katolik untuk merumuskan analog dari unsur-unsur komposisi musikal terhadap unsur-unsur arsitektural pada perancangan perluasan Gereja Katedral. Tulisan yang merupakan hasil penelitian mengenai proses desain ini bertujuan untuk menerapkan analog-analog dari unsur komposisi musikal pada simulasi perancangan perluasan bangunan Gereja Katedral di Bogor. Proses sintesis dilakukan dengan mencari konfigurasi ruang dan bentuk yang baru melalui metoda superimposisi dari interpretasi pola lahan dan interpretasi pola bunyi yang terjadi pada lahan untuk menciptakan keteraturan. Hasilnya adalah penataan ulang terhadap konfigurasi ruang dan bentuk melalui proses menciptakan “komposisi musikal” pada lahan, seperti dengan mempertahankan hirarki ruang pada struktur bangunan dan “site”, pembentukan melodi, pengolahan modulasi, pemberian ornamen, menambahkan aksen, dan membuat syair; dengan memperkuat pola yang dominan.Kata kunci: interpretasi konseptual, analogi dalam Arsitektur, unsur-unsur musikal, metoda superimposisi
IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR STRUKTUR RUANG KOTA YOGYAKARTA YANG MENDUKUNG FUNGSI PASAR TRADISIONAL BERINGHARJO Octavia, Aurelia Maria; Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 5 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1031.4 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i5.1093

Abstract

Abstract: Yogyakarta has several traditional markets, one of which is Beringharjo. This market has been long established in conjunction with the construction of the Sultan Palace and became the economic center in the city of Yogyakarta. Beringharjo located on Jenderal Ahmad Yani street which is the trade area. The purpose of this study is to investigate and understand the elements of the spatial structure of Yogyakarta which support functions as well as to understand and decipher the links between these elements in creating an environment that supports the function of Beringharjo market. Object of observation is a function of the mass and shape of the building is to be around Beringharjo, pedestrian and vehicle lanes to be around Beringharjo Traditional Market, and the types of public transportation are located around Beringharjo Traditional Market. The method used is the observation, and literature. Figure ground theory is used to analyze the function and mass building around Beringharjo. Linkage theory is used to classify characters based on the function and activity, whereas the comparison between theory building height and street width to analyze the convenience of road space for pedestrians. The results of this study are character functions and activities along Jendral Ahmad Yani street can be divided into three segments, that is opening, core and cover. Based on the distribution of the three segments, figure ground analysis that shows the shape and composition of mass transportation lines shows that the public transportation network, namely the Trans Jogja stop there on the third segment. The existence of Trans Jogja buses as public transportation support functions and activities that take place on Jendral Ahmad Yani street, who also supports the sustainability of activities in Beringharjo. Keywords: market, function, form, pedestrian, vehicle, transportationAbstrak: Kota Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional, salah satunya adalah Pasar Beringharjo. Kegiatan di pasar ini sudah berlangsung tak lama setelah pembangunan Keraton Yogyakarta.Pasar Beringharjo terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani yang merupakan kawasan perdagangan. Dalam perkembangan selanjutnya, pasar ini menjadi pusat perekonomian di Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur struktur ruang Kota Yogyakarta yang mendukung fungsi Pasar Beringharjo serta untuk memahami dan menguraikan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut dalam menciptakan lingkungan Kota Yogyakarta yang mendukung fungsi Pasar Beringharjo. Obyek pengamatan adalah fungsi dan bentuk massa bangunan yang berada di sekitar Pasar Beringharjo, jalur pedestrian dan kendaraan yang berada di sekitar Pasar Tradisional Beringharjo, dan jenis sarana transportasi umum yang terletak di sekitar Pasar Tradisional Beringharjo. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan studi pustaka. Figure ground theory digunakan untuk menganalisis fungsi dan bentuk massa bangunan di sekitar Pasar Beringharjo. Linkage theory digunakan untuk mengelompokkan karakter berdasarkan fungsi dan aktivitas, sedangkan teori perbandingan antara tinggi bangunan dan lebar jalan untuk menganalisis kenyamanan ruang jalan bagi pedestrian. Hasil dari penelitian ini adalah karakter fungsi dan aktivitas di sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani dapat dibagi dalam tiga segmen, yaitu segmen pembuka, inti dan penutup. Berdasarkan pembagian ketiga segmen tersebut, analisis figure ground yang menunjukkan bentuk gubahan massa dan jalur transportasi memperlihatkan bahwa jaringan alat transportasi umum, yaitu Halte Trans Jogja terdapat pada ketiga segmen tersebut. Adanya bus Trans Jogja sebagai alat transportasi umum mendukung fungsi dan kegiatan yang berlangsung di Jalan Jenderal Ahmad Yani, yang juga mendukung keberlangsungan kegiatan di Pasar Beringharjo.Kata kunci: pasar, fungsi, bentuk, pedestrian, kendaraan, transportasi
UNSUR – UNSUR BANGUNAN PEMBENTUK KARAKTER ARSITEKTURAL PADA KOMPLEKS GEREJA KATEDRAL BOGOR Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 6 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.574 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i6.1099

Abstract

Abstract: Cathedral Church in Bogor is built in 1896 by M. Y. D. Classens, a Dutch Catholic missionary. According to Heritage Building Policy set by the Ministry of Tourism and Culture Republic of Indonesia No. PM.26/PW.007/MKP/2007 dated on March 26th, 2007, this building was formally determined as a heritage building (Bureau of Information, Tourism, and Culture of Bogor City, 2008). In accordance to the increasing number of members of Catholic beliefers in Bogor, there is a need to build new buildings with various purposes to accomodate the variety of activities. They are the buildings of Parish of Cathedral Church in Bogor and the Center of Council of Bogor Diocese. Brolin (1980) said that new building should be fit with the old and strengthen the uniqueness of former architectural character. The purpose of this paper is describing building elements which determine architectural characteristics as a visual linkages elements of building masses surround Cathedral Church in Bogor. Method used are direct observation. Firstly, observing building elements which have significant architectural character of the old buildings. Secondly, comparing building elements between the old buildings and new buildings. The result shows that the elements of new buildings strengthen the character of the old ones, therefore the architectural character of this religious environment has been maintained.Keywords: building elements, visual linkages elements, the architectural characterAbstrak: Gereja Katedral Bogor dibangun pada tahun 1896 oleh M. Y. D. Classens, seorang misionaris Katolik Belanda. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dalam Surat Penetapan Bangunan Cagar Budaya dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor: PM.26/PW.007/MKP/2007 tanggal 26 Maret 2007 (Dinas Informasi, Kepariwisataan, dan Kebudayaan Kota Bogor, 2008). Dalam perkembangannya, sesuai dengan peningkatan jumlah umat Katolik di Bogor dan kebutuhan untuk mewadahi kegiatan yang lebih beragam di dalam kompleks Gereja Katedral Bogor, maka dibangun bangunan-bangunan pelengkap, yaitu Gedung Paroki Katedral Bogor dan Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor. Brolin (1980:17) menyebutkan bahwa bangunan baru yang dibangun dalam konteks lingkungan bangunan lama hendaknya selaras dengan lingkungannya dan tidak mengorbankan keunikan karakter bangunan lama. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menguraikan unsur-unsur bangunan pembentuk karakter arsitektural yang menjadi unsur pengikat visual dari kelompok massa bangunan yang terdapat di dalam kompleks Gereja Katedral Bogor. Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung unsur-unsur bangunan yang terdapat pada bangunan lama yang memiliki karakter arsitektural dominan, yaitu unsur-unsur pada bangunan Gereja Katedral Bogor dan bangunan Seminari Menengah Stella Maris, serta membandingkannya dengan unsur-unsur pada bangunan yang relatif baru, yaitu Gedung Paroki Katedral Bogor dan Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor. Hasil yang didapatkan adalah bahwa unsur-unsur yang terdapat pada bangunan yang relatif baru memperkuat unsur-unsur yang terdapat pada bangunan lama, sehingga karakter arsitektural pada kompleks Gereja Katedral Bogor tetap terjaga.Kata kunci: unsur-unsur bangunan, unsur pengikat visual, karakter arsitektural