Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Proses Ekstraksi pada Nano Kafein Terhadap Konsentrasi Kafein Terbuang pada Molecularly Imprinted Polymer (MIP) dan Rongga Tercipta Rahmayani, Jumatul; Maimuna, Maimuna; Bangun, Jorena; Royani, Idha
INDONESIAN JOURNAL OF APPLIED PHYSICS Vol 11, No 1 (2021): IJAP Volume 11 ISSUE 01 YEAR 2021
Publisher : Department of Physics, Sebelas Maret University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Molecularly Imprinted Polymer (MIP) nano kafein telah disintesis menggunakan metode cooling-heating dengan melibatkan kafein sebagai analit, Methacrylic Acid (MAA) sebagai monomer fungsional, Benzoil Peroksida (BPO) sebagai inisiator reaksi, Ethylene Glycol Dimethacrylac (EDMA) sebagai pengikat silang dan kloroform sebagai pelarut. Nano kafein diperoleh dengan mengubah kafein ke dalam skala nanopartikel menggunakan alat High Energy Milling (HEM) jenis Shaker Mill-miller 1st selama 10 menit. Ukuran partikel berdasarkan karakterisasi menggunakan XRD adalah sebesar 19,029 nm. Kemudian polimer nano kafein digerus dan dilakukan pencucian berulang untuk membuang kafein dari polimer. Berdasarkan hasil FTIR, terjadi penurunan konsentrasi pada gugus penciri kafein yakni N-H, C-N, dan C=O yang dapat dilihat berdasarkan kenaikan persen transmitansi akibat proses pencucian pada MIP nano kafein. Untuk mengetahui jumlah dan ukuran rongga sebagai tempat yang ditinggalkan kafein maka MIP di karakterisasi menggunakan SEM dan dianalisis menggunakan software porediz dengan bantuan Matlab. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah dan ukuran rongga yang terbentuk pada MIP nano kafein sebanyak 233 rongga pada ukuran rongga di bawah 100 nm. Artinya penggunaan analit dalam skala nano dapat memberikan peluang tercipta rongga yang lebih banyak. Jumlah dan ukuran rongga yang tercipta ini akan meningkatkan selektivitas MIP dalam aplikasinya.
Pembuatan dan Analisa XRD Lembaran Tipis Bahan Katoda Li1,37Mn2O4 Sebagai Pembuatan Sel Baterai Jorena Jorena
Jurnal Penelitian Sains Vol 11, No 3 (2008)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4271.369 KB) | DOI: 10.56064/jps.v11i3.398

Abstract

Telah dilakukan pembuatan lembaran tipis komposit Lithium Mangan Oksida yang akan digunakan sebagai bahan katoda untuk pembuatan sel baterai pada Lithium dengan dua proses pembuatan. Pertama adalah pembuatan melalui proses metalurgi serbuk dengan mereaksikan serbuk Lithium Carbonat (Li2CO3) dengan Mangan dioksida dimana komposisi bahan ditentukan dari reaksi Stoikiometri. Kedua adalah pembuatan lembaran yang menggunakan proses tape casting dengan perangkat doctor blade. Serbuk Li1,.37Mn2O4 dicampur dengan bahan polimer dan Carbon black sambil dilakukan pemanasan sampai terbentuk slurry kemudian dilakukan proses tape casting dengan perbandingan serbuk dengan polimer 7:3. Karakteristik yang dilakukan melalui karakteristik struktur cristal dengan perangkat XRD. Hasil XRD memperlihatkan bahwa Li1,.37Mn2O4 mempunyai struktur spinel dan membentuk struktur Li1,.37Mn2O4 dan penambahan carbon black tidak merubah pola difraksi.
Menguji Kekuatan Bahan Elektroplating Pelapisan Nikel pada Substrat Besi dengan Uji Impak (Impact Test) Hadir Kaban; Sri Niar; Jorena Jorena
Jurnal Penelitian Sains Vol 13, No 3 (2010)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.155 KB) | DOI: 10.56064/jps.v13i3.134

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang proses elektroplating dengan logam nikel sebagai pelapis dari logam besi. Proses ini dilakukan dengan memvariasi waktu dan temperaturnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengujian impak terhadap sampel yang telah dielektroplating. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada masing-masing sampel yang telah di uji impak untuk temperatur yang bervariasi (35_C,40_C,45_C, 50_C, dan 55_C) dengan waktu elektroplating konstan, didapatkan bahwa semakin tinggi temperatur saat elektropating, semakin besar energi impak yang di butuhkan untuk merusak lapisan sampel. Sedangkan pengujian untuk waktu yang bervariasi (8 menit, 10 menit , 13 menit dan 15 menit) pada temperatur konstan menunjukkan bahwa semakin lama waktu sampel yang di elektropating, semakin besar energi impak yang di butuhkan untuk merusak lapisan sampel tersebut.
Pengaruh Suhu Terhadap Gas Energi Bahan Semikonduktor Germanium Jorena Jorena
Jurnal Penelitian Sains Vol 11, No 1 (2008)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3900.247 KB) | DOI: 10.56064/jps.v11i1.414

Abstract

Telah dilakukan pengukuran celah energi Eg (0) suatu semikonduktor Germanium berdasarkan karakteristik I-V pada sambungan p-n pada berbagai suhu di antara 0 sampai dengan 100°C. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap gap energi suatu bahan semikonduktor Germanium. Untuk menjawab tujuan tersebut terlebih dahulu ditentukan gap energi pada suhu 0°K. Diperoleh hasil bahwa Eg turun dengan naiknya suhu yang disebabkan karena terjadinya penurunan tegangan persambungan (VD) terhadap kenaikan suhu. Pengukuran pada suhu 0°K menghasilkan Eg 0,72 eV, cukup mendekati nilai menurut beberapa referensi standar energi gap pada nol Kelvin 0,74 eV.
Menentukan Energi Gap Semikonduktor Silikon Melalui Pengukuran Resistansi Bahan pada Suhu Beragam Jorena Jorena
Jurnal Penelitian Sains Vol 12, No 1 (2009)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.791 KB) | DOI: 10.56064/jps.v12i1.185

Abstract

Telah dilakukan penentuan energi gap dengan cara mengukur resistansi R bahan semikonduktor pada suhu beragam. Resistivitas dan konduktivitas semikonduktor dipengaruhi oleh suhu; semakin tinggi suhu, resistivitas semakin kecil sedangkan konduktivitas semakin besar. Grafik ln _ versus 1/T adalah kurva linear dengan kemiringan b = −5893, 9 yang merupakan nilai −Eg/(2kB). Karena itu diperoleh nilai −Eg sebesar 1,01 eV. Nilai ini tidak jauh dari nilai energi gap secara teori untuk bahan semikondumtor intrinsik, yaitu 1,11 eV.
Uji Fisis dan Mekanik pada Desain Struktur Keramik Forsterite (Mg2SiO4) dengan Teknik Sintering (Solid State-Reaction) Jorena Jorena; Hadir Kaban; Ahmad Aminuddin Bama
Jurnal Penelitian Sains Vol 20, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.94 KB) | DOI: 10.56064/jps.v20i1.495

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang sintesis, uji fisis dan mekanik keramik forsterite dengan metode sol-id state reaction (sintering). Keramik forsterite disintesis dengan menggunakan powder silika dan magnesium oksida sintetik. Selanjutnya silika dan magnesium powder dicampur dan digerus hingga halus. Ke dalam cam-puran tersebut ditambah etanol dan ditirrer dengan magnetik stirrer agar menjadi homogen, dan dikalsinasi pada suhu 110oC hingga membentuk bubuk/serbuk. Selanjutnya serbuk digerus kembali dengan mortar dan pastel untuk menghasilkan serbuk forsterite. Serbuk dicetak menjadi pelet silinder dan kemudian disintering dengan suhu yang berbeda yaitu 850, 950 dan 1050oC. Selanjutnya dilakukan pengukuran/uji porositas, densi-tas dan konduktivitas, hardness/kekerasan dan fracture toughness/keretakan.Hasil pengukuran menunjukkan bahwa densitas meningkat dengan seiring dengan kenaikan suhu sintering, sebaliknya porositas dan fracture toughness menurun dengan meningkatnya suhu sintering. Hasil analisis frac-ture toughness dengan SEM menunjukkan bahwa keretakan pada suhu sintering 850oC lebih besar dibanding-kan dengan sampel yang disintering pada suhu 950 dan 1050oC. Dengan kata lain, tingkat keretakan pada sampel yang disintering pada 850oC lebih besar dibandingkan dengan sampel yang disintering pada suhu 950 dan 1050oC. Fenomena ini menunjukkan bahwa butiran-butiran semakin besar disertai jumlah pori yang se-makin sedikit. Kekerasan meningkat seiring dengan kenaikan suhu sintering. Semakin tinggi suhu sintering, semakin tinggi kekerasan yang sesuai dengan meningkatnya densitas, serta diikuti menurunnya porositas. Pen-gukuran konduktivitas menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering, konduktivitas semakin kecil yang se-suai dengan meningkatnya densitas dan menurunnya porositas. Berdasarkan karakteristik perubahan konduk-tivitas, keramik forsterite yang diperoleh dalam penelitian ini mendekati sifat isolator sehingga dapat diaplikasi-kan sebagai bahan isolator listrik.
Pengukuran Efisiensi Tabung Geiger Muller Counter Cacahan Β dan Β/ Jorena Bangun; Hadir Kaban
Jurnal Penelitian Sains No 5 (1999)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.197 KB) | DOI: 10.56064/jps.v0i5.371

Abstract

Telah dilakukan penelitian pengukuran efisiensi tabung Geiger Muller di Laboratorium Fisika Experiment Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. Untuk cacahan β digunakan unsru Sr dan untuk cacahan β/g digunakan unsur Ra. Efisiensi maksimum tabung Geiger Muller untuk cacahan β diperoleh 90,3% pada jarak sumber ke bukaan tabung GM d = 35 cm, dan efisiensi relatip tabung Geiger Muller cacahan β/g diperoleh 51,97%.
Sifat Mekanik pada Komposit yang Diperkuat Serat Gelas Pendek Jorena Jorena; Hadir Kaban
Jurnal Penelitian Sains No 4 (1998)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.332 KB) | DOI: 10.56064/jps.v0i4.232

Abstract

Penelitian tentang komposit yang diperkuat oleh serat gelas pendek dan serat gelas panjang telah dilakukan dengan fraksi volum 24%. Panjang serat gelas panjang 60 mm. Sifat mekanik dari kekuatan, kekakuan dan ketangguhan setiap panjang serat dapat diperlihatkan. Pengujian sifat mekanis ini dilakukan secara uji tarik dan uji impak model charpy. Hubungan kekuatan dan kekuatan dengan uji tarik dan ketangguhan dengan uji impak terhadap panjang serat berupa eksponensial.
Analisis Jumlah Rongga Tercetak pada Ion Imprinted Polymer (IIPs)-Fe(III) Yang disintesis menggunakan Metode Cooling-heating Hesti Dwi Kartika; Jorena Jorena; Fiber Monado; Idha Royani
Jurnal Penelitian Sains Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.806 KB) | DOI: 10.56064/jps.v24i1.680

Abstract

Polimer Fe(III) berbasis Ion Imprinted Polymers atau yang disebut IIPs-Fe (III) telah berhasil disintesis menggunakan metode cooling-heating dengan asam metakrilat (MAA) sebagai monomer fungsi, etilen glikoldimetakrilat (EDGMA) sebagai pengikat silang, benzoil peroksida (BPO) sebagai inisiator, dan acetonitril sebagai pelarut. NIP (Non Imprinted Polymer) juga disintesis tanpa menggunakan zat aktif Fe(III) yang berfungsi sebagai polimer pembanding. Polimer Fe(III) yang dihasilkan selanjutnya digerus dan diekstraksi dengan menggunakan etanol (8,5 mL), air deionisasi (15 mL), dan HCl (8 mL; 1 M) untuk memisahkan ion Fe (III) dari polimer. Setelah diekstraksi kemudian hasilnya dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD dan SEM. Hasil FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi khas pada setiap ikatan atom yang menjadi penyusun pada polimer IIPs-Fe(III). Berdasarkan hasil FTIR, terjadi perubahan % transmitansi pada polimer sebelum dan setelah ekstraksi, yaitu untuk gugus C=O nilai % transmitansi berubah dari 75% menjadi 82,5%, gugus C-H dari 94% menjadi 95%, gugus C-O dari 74% menjadi 75%, dan gugus C=N dari 92,5% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa ion Fe(III) telah berkurang dari IIPs-Fe(III) akibat proses ektraksi. Hasil XRD menunjukkan bahwa nilai FWHM sedikit turun dari 1,911 nm menjadi 1,910 nm. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada ukuran kristalitnya. Sedangkan dari analisis SEM diperoleh informasi bahwa jumlah rongga yang tercipta pada IIPs-Fe (III) untuk ukuran <100nm sebanyak 237 rongga.