Hadiki Habib, Hadiki
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Resume Medis IGD RSCM oleh Verifikator BPJS Kesehatan Habib, Hadiki; Mulyana, Radi Muharris; Albar, Imamul Aziz; Sulistio, Septo
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 4 (2018): Cidera Kepala
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.818 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i4.198

Abstract

Pendahuluan: Sejak  dijalankan  tahun  2014,  program  Jaminan  Kesehatan  Nasional  (JKN)  yang  diselenggarakan  oleh  Badan  Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terus mengalami perbaikan. Penyebab klaim tidak dapat diproses perlu dianalisis, diidentifikasi, dan diperbaiki, oleh karena itu perlu didentifikasi. Penelitian dilaksanakan di RSCM bulan Januari sampai November 2017, atas data rekam medis, berupa resume medis, hasil koding, dan rincian biaya. Dari 855 resume medis yang gagal verifikasi, diambil sampel 270 berkas secara acak. Sebanyak 215 (79,6%) resume medis dapat dibaca dengan baik, sehingga memudahkan proses telaah. Sebanyak 206 (76,3%) resume medis lengkap. Hampir separuh (49%) kasus tidak gawat darurat. Dari resume medis yang memang melaporkan pengelolaan kasus gawat darurat, hanya 58% diagnosis yang menggambarkan kegawatdaruratan. Masih ada 22,6% koding yang tidak sesuai dengan diagnosis yang tertulis di resume medis.
Characteristics of Marine Envenomation Cases in Kepulauan Seribu District Hospital, Indonesia Habib, Hadiki; Nugroho, Yogie Dwi; Amansyah, Fitran; Alpha Edison, Donny; Pramana, Ghamal Ahmad; -, Ma’mun; -, Salinah
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 12 (2018): Farmakologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.209 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i12.547

Abstract

Kepulauan Seribu district hospital frequently manage cases of marine envenomation. Recognizing characteristics of envenomation are needed to develop clinical guideline. Method. A cross sectional study during January to December 2016. Cases of marine envenomation in the Emergency Room of Kepulauan Seribu District Hospital, Jakarta, Indonesia were documented by structured medical records. Pictures of the affected body parts were also taken. Results. Sixteen cases of marine envenomation were documented. Most subjects (87,5%) were domestic tourists. The average age of the subjects were 21,12 years old. Pain is the most common chief complaint (81,3%). Most subjects seek medical treatment less than 2 hours after the incident (56,3%). Lionfish sting was the most common cause (50%) followed by jellyfish sting (25%), other causes were stingray, sea urchin, catfish and sea snake. Diagnosis were mostly made by focused anamnesis for animal identification (62,5%) and examination of the wounds (25%). Puncture type wound was the most common pattern (68,75%). Initial management by hot water immersion were only done in 56,3% cases. Conclusion. Lionfish sting was the most common cause of the envenomation cases in Kepulauan Seribu region. Identification of the animals and the wound patterns were the most common diagnostic methods. Hot water immersion was found to be effective to relief the pain but its use in medical management was not extensively applied. Rumahsakit daerah Kepulauan Seribu sering mengelola kasus-kasus medis sengatan binatang laut.Diperlukan data karakteristik kasus-kasus sengatan sebagai dasar pengembangan panduan pelayanan medis. Metode. Studi cross-sectional dari Januari-Desember 2016. Kasus-kasus sengatan binatang laut yang dating ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Kepulauan Seribu dicatat dalam rekam medis terstruktur, bagian tubuh yang terkena sengatan juga difoto. Hasil,Terdapat 16 kasus sengatan binatang laut yang dicatat. Sebagian besar (87,5%) wisatawan domestik. Rerata usia pasien 21,12 tahun. Nyeri adalah keluhan utama terbanyak, 56,3% pasien mendatangi rumah sakit kurang dari 2 jam setelah sengatan. Ikan lepu adalah penyebab sengatan tersering (50%), diikuti sengatan ubur-ubur (25%), hewan penyebab lain adalah ikan pari, bulu babi, ikan sembilang, dan ular laut. Diagnosis berdasarkan informasi hewan yang teridentifikasi sebagai penyebab, (62,5%) atau melalui pemeriksaan pola luka (25%). Luka tusukan adalah yang paling sering (68,75%). Pertolongan awal dengan rendaman air hangat hanya dilakukan pada 56,3% kasus. Simpulan : Ikan lepu adalah penyebab sengatan binatang tersering di daerah Kepulauan Seribu. Identifikasi hewan penyebab dan pola luka adalah metode penegakan diagnosis yang paling sering. Rendaman air hangat efektif mengatasi rasa nyeri namun belum lazim dilakukan.
Audit Kualitatif Pemberian Antibiotik untuk Pasien Gangren Diabetik Disertai Insufisiensi Adrenal Sekunder: Laporan Kasus Habib, Hadiki
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 1 (2014): Neurologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.516 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v41i1.1174

Abstract

Dilaporkan kasus gangren diabetes disertai dengan insufisensi adrenal sekunder. Fokus laporan kasus ini adalah pemilihan antibiotik selama perawatan. Evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan alur Gyssen. Terdapat tiga evaluasi antibiotik yang digunakan yaitu ampicillin-sulbactam dengan skor Gyssen 1, cefotaxim dan klindamisin dengan skor Gyssen IVA, dan levofloxacin dengan skor Gyssen 1.A case of diabetic gangrene concurrent with secondary adrenal insufficiency was reported. This case report will focus on antibiotic management. The use of antibiotic will be evaluated qualitatively by Gyssen scheme. Three evaluations of antibiotic use was done, ampicillin-sulbactam with Gyssen score 1, cefotaxim and clyndamicin with Gyssen score IVA, and levofloxacin with Gyssen score 1. Hadiki Habib. Audit Kualitatif