Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Correlation between Prostate-Specific-Antigen (PSA) Level and Prostate Volume in Benign Prostatic Hyperplasia at Bhayangkara Hospital Mataram Krisna, Daniel M; Maulana, Akhada; Kresnoadi, Erwin
Journal of Medicine and Health Vol 1, No 6 (2017)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prostate enlargement is the most quality of life-impacted problem in elderly. Proper diagnoses and prostate volume prediction are important in considering the best treatment. PSA is a glycoprotein specifically secreted by prostate glands and influenced by various condition, such as Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). The aim of this study is to identify the correlation between PSA serum level and prostate mass volume. This was a descriptive study with cross-sectional design that conducted at Bhayangkara Hospital Mataram on April 2015. Data were analyzed using Pearson correlation test and multiple regression logistic, to determine the relationship between PSA serum levels and prostate mass volume. The average PSA level was 34,62 ng/mL (1,82-30,70 ng/mL), and the average prostate mass volume were 72,57cc. There was correlation between PSA serum levels with prostate mass volume ( r = 0,384, p = 0,815). Conclusion, there is a relationship between PSA levels with prostate volume in BPH patients in Bhayangkara Mataram hospital.Keywords: Bhayangkara Hospital Mataram, BPH, prostate volume, PSA
Penggunaan Modified Sequential Organ Failure Assessment (MSOFA) Sebagai Salah Satu Skoring pada Mortalitas Pasien Kritis Kresnoadi, Erwin; Lestari, Rina; Agustriadi, Ommy
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 4 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sakit kritis adalah penyakit yang menyebabkan ketidakstabilan fisiologi tubuh yang berakibat disabilitas atau kematian dalam hitungan menit atau jam. Sistem skoring pasien kritis sudah banyak dipublikasikan. Sistem skoring ini ditujukan untuk memprediksi prognosis penyakit pasien dan mengevaluasi kinerja ruang perawatan intensif. Skor MSOFA mengeliminasi jumlah trombosit, mengganti tekanan parsial oksigen darah arteri dengan saturasi oksigen yang diukur dengan pulse oksimeter, dan mengganti jumlah bilirubin serum dengan penilaian klinis ikterik.
Pengelolaan Nyeri Kanker Kresnoadi, Erwin
Jurnal Kedokteran Vol 1 No 1 (2012)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Patients with cancer have diverse symptoms, impairments in physical and psychological functioning, and other difficulties that can undermine their quality of life. If inadequately controlled, pain can have a profoundly adverse impact on the patient and his or her family. The critical importance of pain management as part of routine cancer care has been forcefully advanced by WHO, international and national professional organizations, and governmental agencies.
PENGGUNAAN ANESTESI REGIONAL PADA KASUS TRAUMA Kresnoadi, Erwin
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tehnik anestesi regional digunakan pada pasien trauma saat di ruang operasi sebagai bagian dari prosedur tindakan anestesi atau sebagai kontrol nyeri pasca operasi. Tehnik ini menawarkan kontrol nyeri yang lebih baik, meminimalisir penggunaan jumlah obat-obatan anestesi dan analgesia intravena yang digunakan sebagai kontrol nyeri, mempercepat masa pemulihan, mengurangi penggunaan ruang perawatan intensif (intensive care unit) dan lama rawat inap, meningkatkan fungsi jantung paru, menurunkan kejadian infeksi dan respon neuroendokrin akibat stress, serta mengembalikan fungsi sistem pencernaan lebih cepat. Kekurangan dari metode analgesia regional adalah prosedur pelaksanaanya yang rumit dan diperlukan pelatihan dalam melakukan tehnik tersebut agar tercapai keahlian dalam tehnik analgesia regional. Kata kunci : tehnik anestesi regional, prosedur tindakan anestesi, kontrol nyeri pasca operasi.
EFEKTIVITAS PETIDIN 25 MG INTRAVENA UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI UMUM Kresnoadi, Erwin; Rahman, Hadian; Affarah, Wahyu Sulistya
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Post anesthesia complication scan be caused by various factors, shivering is quite frequently encountered complications during recovering time. Risks that may happen is increasing of metabolism and make post operative pain worst. This study proves petidine can be used as an alternative to prevent shivering after general anesthesia. Methods : This research includes phase II clinical trials, the sample selection by Quota Sampling of patients are being prepared for elective surgery with general anesthesia, aged 20-40 years, ASA I-II, all patients who meet the criteria for inclusion in the sample until the required number met, willing to volunteer. Randomization was done at the end of the operation. Patients were divided into two groups, Pand S.Severity of shivering were recorded and assessed. Results : Characteristics of patients five minutes before induction did not significant differences. Measurement of systolic blood pressure and heart rate immediately after extubation showed significant differences. Duration of shivering in saline group occurredin almost the same when compared with the treatment group, because after the shivering, the patient is given immediate intervention of meperidine of 25mg for the treatment of shivering occurred, especially given to people who experience shivering with2nd, 3rd, or 4th degree. For patients shivered first degree was given meperidine administration intervention. Duration of shivering in the control group took place in almost the same time. Conclusion : Pethidine had a good effectiveness in preventing the occurrence of shivering after general anesthesia. Keywords: Pethidine, shivering after general anesthesia.
STRESS HIPERGLIKEMIA Kresnoadi, Erwin
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stress hiperglikemia adalah hiperglikemia yang timbul pada saat seseorang menderita sakit dimana individu tersebut terbukti tidak menderita diabetes sebelumnya. Terdapat kombinasi beberapa faktor yang berdampak timbulnya stress hiperglikemia pada pasien kritis. Kata kunci : stress hiperglikemia, diabetes, pasien kritis.
EFEKTIVITAS DEXAMETHASONE 0,2 mg/kgbb INTRAVENA UNTUK MENGURANGI NYERI SUNTIK PROPOFOL Irmansyah, Yos Akbar; Kresnoadi, Erwin; Aini, Siti Rahmatul
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 4 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Propofol merupakan obat anestesi umum golongan alkilfenol yang dapat menyebabkan nyeri saat disuntikkan secara intravena. Angka kejadian nyeri yang ditimbulkan berkisar antara 25-100%.Diperlukan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut, salah satunya dengan menggunakan dexamethasone.Dexamethasone mengurangi nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin. Tujuan : Penelitian ini membandingkan efektivitas dexamethasone 0,2mg/kgbb untuk mengurangi nyeri suntik propofol. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental uji klinis tahap II acak tersamar ganda. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien operasi elektif (ASA I dan II) berjumlah 48 pasien yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok kontrol (NaCl 0,9%) 24 pasien, dan kelompok perlakuan (dexamethasone 0,2 mg/kgbb) 24 pasien. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dexamethasone 0,2 mg/kgbb ialah dengan menggunakan skor nyeri dan derajat nyeri. Data disajikan dalam bentuk nilai rerata ± simpang baku, kemudian diuji dengan menggunakan uji Mann Whitney dan Independent t-Test dengan (α = 0,05). Hasil : Penurunan derajat nyeri dan skor nyeri pada kelompok perlakuan yang diberikan dexamethasone 0,2 mg/kgbb lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol (p < 0,001, p < 0,05). Simpulan : Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol dalam menurunkan skor dan derajat nyeri, p < 0,001 (p< 0,05). Kata kunci : Nyeri suntik propofol, dexamethasone, skor nyeri, derajat nyeri.
Efektifitas Tramadol dibandingkan Ketoprofen untuk Mengurangi Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Bedah di RS. Bhayangkara menggunakan VAS skor Yasa, I Nengah Putra; Kresnoadi, Erwin; Nandana, Pandu Ishaq
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pasca bedah disebabkan oleh adanya rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh mengeluarkan mediator-mediator kimia nyeri dan bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan. Tramadol dan Ketoprofen merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pasca operasi bedah. Tramadol berkerja dengan menghambat reseptor opioid dan Ketoprofen bekerja dengan penghambatan jalur siklooksigenase dari metabolisme asam arakhidonat. Penelitian ini membandingkan efektifitas Tramadol 100 mg supp. dan Ketoprofen 100 mg supp. dalam mengurangi nyeri pasca operasi bedah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Responden penelitian diobservasi sampai waktu tertentu untuk melihat efek yang timbul pada sampel penelitian. Total 48 pasien, yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok Tramadol 24 pasien dan Kelompok Ketoprofen 24 pasien. Data disajikan dalam bentuk nilai rerata ± simpang baku, kemudian diuji dengan menggunakan Uji Mann Whitney dan Independent t-Test dengan (a = 0,05). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara Kelompok Tramadol dan Kelompok Ketoprofen dalam menurunkan derajat nyeri dengan hasil uji statistik p<0,01. Kesimpulan: Pemberian Tramadol 100 mg supp. lebih efektif dibandingkan Ketoprofen 100 mg supp. dalam mengurangi nyeri selama 24 jam pasca operasi.
Pemberian Nutrisi Enteral Secara Dini pada Pasien Sakit Kritis di ICU Kresnoadi, Erwin
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dukungan nutrisi merupakan komponen penting dalam perawatan pasien kritis karena dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan lama tinggal. Efek menguntungkan dari nutrisi enteral mencakup pemanfaatan yang lebih baik substrat, pencegahan atrofi mukosa, pelestarian integritas flora usus, dan pelestarian imunokompetensi. Pemberian makanan enteral secara dini mampu mengurangi angka kematian pasien menjadi lebih rendah karena pemberian nutrisi enteral secara dini dapat meningkatkan aliran darah ke saluran pencernaan.
Perbandingan Lama Analgesia Bupivakain Hiperbarik+Deksametason Intratekal dengan Bupivakain Hiperbarik+NaCl Intratekal pada Pasien yang Menjalani Operasi dengan Anestesi Spinal Rosidah, Siti; Kresnoadi, Erwin; Setyorini, Rika Hastuti
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan anestesi regional yang paling umum digunakan dalam prosedur pembedahan. Teknik anestesi spinal ini dilakukan dengan menempatkan obat anestesia lokal dalam ruangan subaraknoid (SAB). Anestesi lokal yang biasa digunakan adalah bupivakain. Untuk mendapatkan efek analgesia yang lebih lama, obat anetesi lokal memerlukan suatu adjuvant. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektvitas penambahan deksametason pada bupivakain hiperbarik intratekal dalam memperpanjang durasi analgesia pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal. Metode. Penelitian ini menggunakan analitik deskriptif dengan menggunakan data sekunder pada 48 pasien dengan American Society of Anestesiologist (ASA) I-II yang menjalani operasi dengan anestesi spinal di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram pada Juli-September 2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling. Kelompok I yaitu deksametason 5 mg ditambahkan ke dalam bupivakain 0,5% 12,5 mg intratekal. Kelompok II yaitu bupivakain 0,5% 12,5 mg ditambah NaCl 0,9% 1 cc intratekal. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan Independent T-test dan uji Mann-whitney Hasil. Penelitian ini menunjukkan bahwa lama analgesia pada kelompok I lebih lama yaitu 205,29 menit dibanding kelompok II, yaitu 121,12 menit (p=0,000). Efek samping hanya ditemukan pada kelompok II yaitu mual (8,33%), menggigil (4,17%), dan hipotensi (12,5%). Kesimpulan. Penambahan deksametason 5 mg intratekal pada bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik dapat memperpanjang lama analgesia pada pasien pasca operasi.