Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KAJIAN KESEHATAN REPRODUKSI BENCANA DAN IDENTIFIKASI ANCAMAN, KAPASITAS, SERTA KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI DESA POTORONO, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL, DIY Utami, Fitriana Putri; Wijaya, Oktomi Putri
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.852 KB) | DOI: 10.12928/jp.v1i2.334

Abstract

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kerentanan terhadap ancaman bencana alam. Ancaman terbesar adalah gempa bumi dan letusan gunung berapi. Semua orang yang hidup dalam situasi darurat bencana berhak atas kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Pencegahan terjadinya risiko kerugian yang tinggi akibat bencana baik dalam sektor kesehatan maupun sektor lainnya dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi risiko bencana. Identifikasi risiko bencana ini terdiri dari identifikasi ancaman bencana, kerentanan bencana, dan kapasitas bencana di tingkat desa. Kajian kesehatan reproduksi bencana disampaikan dengan metode penyuluhan disertai diskusi interaktif. Identifikasi ancaman, kapasitas, dan kerentanan bencana menggunakan metode partisipatory. Peserta dipilih secara purposive. Data dianalisis secara deskriptif.  Peserta menyebutkan bahwa permasalahan kesehatan reproduksi yang dapat terjadi meliputi perasalahan kesehatan ibu dan anak, pelecehan seksual, dan penularan penyakit seksual yang diakibatkan oleh keadaan sarana prasarana pengungsian yang minim. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa ancaman bencana gempa dapat menimbulkan kerentanan pada manusia khususnya bayi, anak-anak, lansia, dan penyandang cacat berupa luka sedang hingga kematian. Kerentanan pada infrastruktur berupa robohnya bangunan akibat struktur yang tidak kuat. Kapasitas bencana yang dimiliki desa berupa adanya forum kebencanaan dan pelatihan serta simulasi bencana yang mendukung adanya infrastruktur siaga bencana. Ancaman gempa bumi dapat menimbulkan kerugian pada asset berisiko desa yang berupa manusia dan infrastruktur, namun pihak desa telah memiliki kapasitas / kekuatan pada seluruh aspek berisiko tersebut untuk meminimalisir kerugian yang muncul. Diharapkan aparat desa dapat meningkatkan kesiapsiagaan bencana dengan melakukan pemetaan risiko bencana desa secara berkesinabungan.
PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA EVAKUASI BENCANA DI SD MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN BANGUNTAPAN, BANTUL, DIY Wijaya, Oktomi; Isni, Khoiriyah
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.878 KB) | DOI: 10.12928/jp.v1i2.344

Abstract

Tingginya risiko bencana yang ada di Provinsi Yogyakarta khususnya Kabupaten Bantul, maka mutlak diperlukan suatu upaya pengurangan risiko bencana, terutama di sekolah yang  merupakan komunitas anak-anak sebagai kelompok rentan. Sekolah dasar tentu harus mendapatkan perhatian yang lebih dikarenakan anak-anak SD memiliki kerentanan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perhatian khusus kepada siswa sekolah dasar terkait dengan kemampuan menghadapi bencana. Upaya kesiapsiagaan sekolah dapat dimulai dengan analisis risiko bencana di sekolah, pembuatan prosedur kedaruratan bencana dan berlatih menyelamatkan diri saat terjadi bencana.  Metode yang digunakan dalam pelatihan ini antara lain: (1) pendidikan masyarakat atau penyuluhan, (2) pelatihan atau praktik, (3) simulasi. Tujuannya adalah peserta mendapatkan keterampilan tidak hanya berdasarkan pelatihan atau praktik, namun juga secara teori atau pengetahuan. Output kegiatan pelatihan ini antara lain: (1) peningkatan pengetahuan siswa dan guru sekolah dasar terkait perencanaan evakuasi bencana, (2) peningkatan keterampilan siswa dan guru sekolah dasar dalam mengevakuasi ketika terjadi bencana, (3) diseminasi hasil kegiatan berupa produk publikasi dan modul pelatihan. Outcome yang diperoleh dari kegiatan ini adalah pembuatan peta dan jalur evakuasi yang dicetak ukuran besar dan ditempel di dinding sekolah, sehingga dapat diketahui dan dipahami setiap warga sekolah. Secara umum, kegiatan pelatihan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dan guru sekolah dasar mengenai perencanaan evakuasi bencana di sekolah. Disamping itu, tersusunnya peta, jalur, dan rambu evakuasi bencana sesuai situasi dan kondisi sekolah masingmasing
ANALISIS KESIAPSIAGAAN RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG UNTUK MENGANTISIPASI ANCAMAN GEMPA BUMI DAN TSUNAMI Wijaya, Oktomi; Trisnantoro, Laksono; Mardiatno, Djati
Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpkmi.v4i3.4324

Abstract

KAJIAN KESEHATAN REPRODUKSI BENCANA DAN IDENTIFIKASI ANCAMAN, KAPASITAS, SERTA KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI DESA POTORONO, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL, DIY Fitriana Putri Utami; Oktomi Putri Wijaya
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jp.v1i2.334

Abstract

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kerentanan terhadap ancaman bencana alam. Ancaman terbesar adalah gempa bumi dan letusan gunung berapi. Semua orang yang hidup dalam situasi darurat bencana berhak atas kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Pencegahan terjadinya risiko kerugian yang tinggi akibat bencana baik dalam sektor kesehatan maupun sektor lainnya dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi risiko bencana. Identifikasi risiko bencana ini terdiri dari identifikasi ancaman bencana, kerentanan bencana, dan kapasitas bencana di tingkat desa. Kajian kesehatan reproduksi bencana disampaikan dengan metode penyuluhan disertai diskusi interaktif. Identifikasi ancaman, kapasitas, dan kerentanan bencana menggunakan metode partisipatory. Peserta dipilih secara purposive. Data dianalisis secara deskriptif.  Peserta menyebutkan bahwa permasalahan kesehatan reproduksi yang dapat terjadi meliputi perasalahan kesehatan ibu dan anak, pelecehan seksual, dan penularan penyakit seksual yang diakibatkan oleh keadaan sarana prasarana pengungsian yang minim. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa ancaman bencana gempa dapat menimbulkan kerentanan pada manusia khususnya bayi, anak-anak, lansia, dan penyandang cacat berupa luka sedang hingga kematian. Kerentanan pada infrastruktur berupa robohnya bangunan akibat struktur yang tidak kuat. Kapasitas bencana yang dimiliki desa berupa adanya forum kebencanaan dan pelatihan serta simulasi bencana yang mendukung adanya infrastruktur siaga bencana. Ancaman gempa bumi dapat menimbulkan kerugian pada asset berisiko desa yang berupa manusia dan infrastruktur, namun pihak desa telah memiliki kapasitas / kekuatan pada seluruh aspek berisiko tersebut untuk meminimalisir kerugian yang muncul. Diharapkan aparat desa dapat meningkatkan kesiapsiagaan bencana dengan melakukan pemetaan risiko bencana desa secara berkesinabungan.
PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA EVAKUASI BENCANA DI SD MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN BANGUNTAPAN, BANTUL, DIY Oktomi Wijaya; Khoiriyah Isni
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jp.v1i2.344

Abstract

Tingginya risiko bencana yang ada di Provinsi Yogyakarta khususnya Kabupaten Bantul, maka mutlak diperlukan suatu upaya pengurangan risiko bencana, terutama di sekolah yang  merupakan komunitas anak-anak sebagai kelompok rentan. Sekolah dasar tentu harus mendapatkan perhatian yang lebih dikarenakan anak-anak SD memiliki kerentanan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perhatian khusus kepada siswa sekolah dasar terkait dengan kemampuan menghadapi bencana. Upaya kesiapsiagaan sekolah dapat dimulai dengan analisis risiko bencana di sekolah, pembuatan prosedur kedaruratan bencana dan berlatih menyelamatkan diri saat terjadi bencana.  Metode yang digunakan dalam pelatihan ini antara lain: (1) pendidikan masyarakat atau penyuluhan, (2) pelatihan atau praktik, (3) simulasi. Tujuannya adalah peserta mendapatkan keterampilan tidak hanya berdasarkan pelatihan atau praktik, namun juga secara teori atau pengetahuan. Output kegiatan pelatihan ini antara lain: (1) peningkatan pengetahuan siswa dan guru sekolah dasar terkait perencanaan evakuasi bencana, (2) peningkatan keterampilan siswa dan guru sekolah dasar dalam mengevakuasi ketika terjadi bencana, (3) diseminasi hasil kegiatan berupa produk publikasi dan modul pelatihan. Outcome yang diperoleh dari kegiatan ini adalah pembuatan peta dan jalur evakuasi yang dicetak ukuran besar dan ditempel di dinding sekolah, sehingga dapat diketahui dan dipahami setiap warga sekolah. Secara umum, kegiatan pelatihan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dan guru sekolah dasar mengenai perencanaan evakuasi bencana di sekolah. Disamping itu, tersusunnya peta, jalur, dan rambu evakuasi bencana sesuai situasi dan kondisi sekolah masingmasing
Analysis of cleanliness, health, safety, and environmental sustainability in Merapi disaster-prone tourist villages Oktomi Wijaya; Bayu Cahya Eka Putra
Periodicals of Occupational Safety and Health Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/posh.v2i1.8331

Abstract

Background: Covid-19 pandemic has brought enormous effect on tourism sector. Covid-19 transmission can be prevented by the implementation of cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE) aspects. This study aims to analysis the implementation of CHSE based on the Indonesian National Standard No. 9042 of 2021    (Standar Nasional Indonesia No.9042 Tahun 2021). Method: This was a quantitative study with survey design executed using CHSE guidelines of the Indonesian National Standard No. 9042 of 2021. The research sample consisted of 68 tourist cottages which were selected using total sampling technique. The research instrument was CHSE checklist to measure the implementation of CHSE in the tourist cottages. Results: Results of the study showed that the implementation of CHSE in tourist cottages in three tourist villages of Nganggring, Tunggul Arum, and Penting Sari were categorized as low with the scores of 22.90% for management, 37.02% for human resources, and 27.46% for guest participation. Conclusion:  CHSE implementation in three tourist villages of Nganggring, Tunggul Arum, and Penting Sari has not be done in maximum manner so that the scores for each of the indicators of management, human resources, and guest participation were categorized as low.
Disaster preparedness for tourist village organizers in disaster prone area of Merapi Yogyakarta Oktomi Wijaya
Periodicals of Occupational Safety and Health Vol. 2 No. 2 (2023): September
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/posh.v2i2.9569

Abstract

Background: A number of tourist villages in Sleman Regency are located in Disaster Prone Area (DPA). To minimize the risks of disasters, preparedness efforts are required. Some of the components of preparedness are: knowledge of disaster risks, polices and guidelines in relation to the preparedness to anticipate the occurrence of natural disaster, emergency plan for natural disasters, disaster alert system, and resources mobilization. Tourist Villages of Pentingsari, Nganggring, and Tunggularum are located in Merapi Disaster Prone Area (DPA). These three tourist villages were selected due to their high vulnerability and risk potential of Merapi eruption due to their locations in DPA III and DPA II. Methods: This is a qualitative study with case study design. The subjects of the study were tourist village organizers who had knowledge and understanding of tourist villages with the criteria of their positions in the tourist village organization. The sample taking technique applied to the subjects was the purposive sampling technique. Results: The level disaster preparedness in terms of knowledge parameter among some tourist village organizers was limited since only few things were understood. In terms of policy and guidelines parameter, these components were not available for the tourist village organizers. With regard to the parameter of emergency plan for the organizers, this component was limited since there were some lack of preparation in a number of components. In relation to the parameter of disaster alert system for the tourist village organizers, this aspect was found to be good. With regard to the parameter of resource mobilization for the tourist village organizers, it was found that this aspect was unavailable since there were not enough decent facilities. Conclusions: the level of disaster preparedness in the disaster prone area of Merapi Yogyakarta was still limited in dealing with the threats of Mount Merapi eruption disaster.