Lebih dari sepertiga (36,1%) anak di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. Pada sisi yang lain penelitian-penelitian di negara berkembang lebih mengutamakan faktor kesehatan dibandingkan faktor pengasuhan orangtua sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi kognitif seorang anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor sosiodemografi dengan kemampuan kognitif anak sekolah dasar di daerah endemis GAKI. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Subyek adalah anak usia 9-12 tahun yang bersekolah di daerah Kismantoro yang merupakan daerah endemis GAKI sedang. Sebanyak 69 anak sekolah dasar dipilih secara simple random sampling untuk ikut serta dalam penelitian ini. Data sosiodemografi diperoleh lewat angket sedangkan data status gizi diperoleh lewat pengukuran antropometri secaralangsung. Inform Consentdidapatkan dari masingmasing keluarga subyek. Hasil analisa bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizidengan kemampuan verbal (p= 0,037) dan kemampuan kognitif total subyek (p= 0,021). Subyek yang mengalami stunted memiliki risiko 9,226 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ dibawah rata-rata dibandingkan subyek yang berstatus gizi normal. Hubungan yang signifikan juga ditunjukkan oleh variabel lama pendidikan orangtua terhadap seluruh aspek kemampuan kognitif (p 0,000-0,009). Setelah dilakukan uji multivariat diketahui bahwa hanya lama pendidikan orangtua yang tetap berhubungan secara signifikan terhadap kemampuan kognitif subyek. Kemampuan kognitif total dan kemampuan verbal subyek dipengaruhi oleh lama pendidikan ibu. Sedangkan lama pendidikan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan non verbal subyek penelitian. Untuk itu, para orangtua harus menempuh pendidikan setinggi-tingginya untuk mendukung perkembangan kemampuan kognitif anaknya. Kata kunci: status gizi, faktor sosiodemografi, kemampuan kognitif, anak sekolah dasar