Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

SISA RANGKA TENTARA JEPANG DARI PERANG DUN lA II Dl BIAK (The Japan Soldier Bones Remains from World War II in Biak Island) Koesbardiati, Toetik; Murti, Delta Bayu
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 8, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5113.855 KB)

Abstract

Repatriation of the skeletal remains of Japanese soldiers who died during World War II in Indonesia has been conducted since 2009. In 2013 repatriation activities carried out in Biak, West Papua. The purpose of repatriation in 2013 is to identify the human remains that assumed as Japanese soldier. Identification methods follow the protocol of forensic anthropology. The results indicate the identification of mixing between the Japanese soldiers with local residents. Furthermore, we found also subadult human remains. Individualization analysis showed pathological conditions of bone, that also assumed suffered infectious disease (yaws or syphilis). AbstrakRepatriasi sisa rangka tentara Jepang yang tawas selama Perang Dunia II di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2009. Di tahun 2013 kegiatan repatriasi dilakukan di Biak, Papua Barat. Tujuan repatriasi tahun 2013 ini adalah mengidentifikasi temuan sisa-sisa rangka yang diduga sebagai tentara Jepang. Metoda identifikasi sisa rangka mengikuti protokol ke~a dalam antropologi forensik. Hasil identifikasi mengindikasikan tercampumya sisa rangka tentara Jepang dengan penduduk lokal dan adanya sisa rangka anak-anak. Analisis individualisasi menunjukkan kondisi patologis tulang, yang diduga efek dari infeksi penyakit yaws atau sifilis.
THE DENTAL MODIFICATIONS IN ANCIENT UNTIL PRESENT INDONESIA A CHRONOLOGICAL EVIDENCE OF INDONESIAN RACIAL IDENTITY Suriyanto, Rusyad Adi; Koesbardiati, Toetik; Murti, Delta Bayu
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 3, No 2 (2011): November 2011
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.45 KB)

Abstract

Sejarah migrasi di Asia Tenggara telah menjadi subjek banyak spekulasi dengan memanfaatkan ciri-ciri morfologis rangka dan gigi manusia, perbandingan-perbandingan dan persebaran linguistic dan cultural, perbandingan-perbandingan genetika manusia, filogeni dan DNA kuno hewan-hewan dan tanaman-tanaman dan koevolusi bahasa dan genetika manusia. Menurutpola migrasi di Indonesia ini, kami telah mencoba juga untuk membangun hipotesis tentang sejaah rasial dan penghunian Kepulauan Indonesia sejak Neolitik sampai sekarang dari bukti modifikasi-modifikasi gigi yangpernah ditemmukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan modifikasi-midifikasi gigi yang pernah dilakukan di Indonesia berdasarkan bukti-bukti paleoantropologis-arkeologis. Di samping itu, penelitian ini juga telah menginvestigasi dan menunjukkan identitas rasial penduduk Indonesia dari Neolitik sampai sekarang. Bahan penelitian meliputi gigi-geligi tengkorak manusia dewasa yang berasal dari beberapa situs paleoantropologis-arkeologis di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Papua, serta sampel gigi-geligi permanen isolatif populasi Bali modern. Metode-metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif visual, dan penelusuran sumber-sumber pustaka arkeologis dan etnografis klasik. Sumber-sumber etnografis Indonesia yang terkait dengna modifikasi-modifikasi gigi juga telah dihadirkan. Bukti-bukti ini telah diupayakan untuk menunjukkan kontinuitas modifikasi-modifikasi gigi di Indonesia. Fungsi-fungsi modifikasi gigi telah diupayakan untuk ditampilkan, baik yang terkait dengan ritus inisiasi maupun estetika. Para peneliti bermaksud untuk mengeksploitasi bahwa modifikasi-modifikasi gigi ini terkait dengan migrasi dan kronologi persebaran ras-ras manusia di Asia Tenggara ke Kepulauan Indonesia dan penghuniannya dari 4000 tahun yang lalu sampai sekarang. Ras-ras manusia ini adalah Australomelanesoid dan Mongoloid yang merupakan populasi-populasi utama yang menghuni kawasan ini.
Geoconservation of Vertebrate and Human Ancient Fossils Site, The South TulungagungArea East Java Setiyabudi, Erick; Trihascaryo, Agus; Koesbarditi, Tutik; Adi Suriyanto, Rusyad; Bayu Murti, Delta
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 20, No 4 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2094.83 KB) | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.20.4.%p

Abstract

The paleontology and archeology sites in southern Tulungagung, East Java are part of the geodiversity and geological heritage that has significance for the process of evolution and migration of early modern humans. The sites are Wajak Cave, Song Gentong, and Tenggar Cave (Late Pleistocene to Early Holocene) located in the marble and limestone ornaments mining area of the Campurdarat Formation. Geoconservation of the geological heritage continues to be carried out by research or excavation in these fossil sites to reveal the past life and paleoenvironment, where the fossil site is susceptible to the threat of damage due to surrounded mining activities.Keyword: Wajak Cave, Song Gentong, Tenggar Cave, limestone, marble, Campurdarat Formation.
The Osteoarkeologi Rangka Manusia Situs Leang Kado’4, Maros, Sulawesi Selatan Fakhri Fakhri; Delta Bayu Murti Murti; Budianto Hakim Hakim; Muhammad Nur Nur; Akin Duli Duli; Khadijah Tahir Muda Muda
WalennaE Vol 19 No 2 (2021)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/wln.v19i2.520

Abstract

Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah uraian osteoarkeologis terkait temuan rangka manusia situs prasejarah Leang Kado‘ 4 di kawasan karst Simbang, Maros, Sulawesi Selatan. Sebagai bagian dari kajian bioarkeologi, uraian ini meliputi penentuan jenis kelamin, usia kematian, rata-rata tinggi badan, afinitas ras, dan jumlah individu minimal yang ada di Situs Leang Kado‘ 4 sebagai bagian aktivitas penguburan. Metode penelitian menerapkan langkah kerja analisis dalam kajian bioarkeologi yang juga diterapkan dalam disiplin antropologi ragawi. Langkah kerja analisis tersebut, meliputi: identifikasi, pengukuran, komparasi, dan penghitungan estimasi jumlah individu minimal dalam sebuah himpunan data.  Penelitian ini berkesimpulan bahwa sisa rangka manusia di situs Leang Kado‘ 4 memiliki kesamaan dengan dua jenis ras manusia, yaitu ras populasi Sahul-Pacific dikenal pula sebagai Australo-Papuan atau Australomelanesoid dan ras populasi Asia atau Mongoloid. Hadirnya data ini diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan rekomendasi kebijakan berwawasan pembangunan karakter budaya bangsa yang mengedepankan kebhinekaan asal usul dengan data temuan rangka manusia.    This research aims to provide an osteoarchaeological analysis of the human skeletons found at the prehistoric site of Leang Kado‘ 4 in Simbang karst area, Maros, South Sulawesi. As a part of bioarchaeological studies, the analysis included the determination of sex, age at death, average height, racial affinity, and the minimum number of individuals at the site as part of the burial activities. The research employed the analytical process that is commonly carried out in bioarchaeological and physical anthropological studies. The analytical process consists of identification, measurement, comparison, and estimation of the minimum number of individuals in a data set.  It is concluded that the human skeletal remains at Leang Kado‘ 4 site share several similarities with two human races, i.e. Sahul-Pacific race also known as Australo-Papuan or Australomelanesoid and Asian or Mongoloid race. It is expected that all this data can be used as a base for developing policies oriented to the development of the national character and culture by emphisizing the diversity of the people’s origins, which is supported by data on human skeletal remains.
TEMUAN TIGA RANGKA HOMO SAPIENS DI SITUS GUA KIDANG: IDENTIFIKASI DAN KAJIAN PALEOANTROPOLOGI-GEOARKEOLOGI Indah Asikin Nurani; Delta Bayu Murti
PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 6 No. 2 (2017): November 2017
Publisher : BALAI ARKEOLOGI JAWA BARAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.261 KB) | DOI: 10.24164/pw.v6i2.205

Abstract

The findings of three Homo sapiens skeletons in Kidang Cave could provide new informations in treating corpse of prehistoric human. The three skeletals were found in different stratigraphic position, and all of them have different skeletal positions, and different association findings. It provides new insight of the burial, which is known by the human inhabitants of Kidang Cave in treating corpses. The question arises as to whether these three skeletons were from different communities which inhabit the cave of different time periods, or the Kidang Cave is populated by some communities or races. The answer to this research question will be elaborated in paleoanthropological and geo-archaeological studies as well as archaeological findings. The method used is descriptive analytical, so it is expected to contribute to the prehistoric burial system. The results of geo-archaeological and paleoanthropological studies show the existence of two stages of the shelter based on the findings of three skeletons with different identification and pathology.  
Positive Identification on the Skull From Colonial Era in Balai Pemuda, Surabaya nfn Suhendra; Bagaskara Adhinugroho; Yusuf Bilal Abdillah; Biandro Wisnuyana; Ali Akbar Maulana; Bayoghanta Maulana Mahardika; Rizky Nur Andrian; Rizky Sugianto Putri; Delta Bayu Murti; Toetik Koesbardiati
Kapata Arkeologi Vol. 17 No. 1 (2021)
Publisher : Balai Arkeologi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kapata.v17i1.33-42

Abstract

Dua tengkorak manusia ditemukan saat pembangunan ruang bawah tanah pada 30 November 2016 hingga 1 Desember 2016, di Balai Pemuda, Surabaya, salah satu bangunan peninggalan masa kolonial di Indonesia. Penemuan dua tengkorak menimbulkan pertanyaan, seperti identitas dan konteks keberadaannya. Kedua tengkorak tersebut diberi kode identitas tengkorak 160689 dan tengkorak 160690. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap identitas tengkorak 160689 dan tengkorak 160690 berdasarkan prosedur identifikasi positif antropologi forensik. Penelitian ini menggunakan metode prosedur identifikasi antropologi forensik. Metode ini diterapkan secara berurutan, pertama umur, kedua jenis kelamin, ketiga afiliasi populasi, keempat tinggi badan, dan terakhir karakteristik individu. Menariknya, karakteristik individu tengkorak 160690 ditemukan sejumlah bukti berbeda yang menjelaskan identitasnya, yaitu, modifikasi gigi, jejak penyakit, dan bentuk kepala asimetris. Berdasarkan hasil identifikasi positif pada tengkorak 160689 dan tengkorak 160690 menunjukkan bahwa kedua tengkorak tersebut berjenis kelamin perempuan dan berafiliasi dengan populasi ras Mongoloid. Terakhir, karakteristik individu dan deformasi pada daerah oksipital mengindikasikan deformasi yang tidak disengaja yang disebabkan oleh tekanan terus menerus pada sisi kiri daerah oksipital. Plagiocephaly bisa jadi akibat dari posisi tidur yang salah selama masa kanak-kanak. Two human skulls were found during basement construction from November 30th, 2016, to December 1st, 2016, in Balai Pemuda, Surabaya, one of Indonesia's colonial-era buildings. The discovery of two skulls raised questions, such as the identity and its context of existence. Both skulls were coded as skull 160689 and 160690. This research aimed to reveal the identity of skull 160689 and 160690 based on the positive identification procedure of forensic anthropology. This research applies the method of the forensic anthropology identification procedure. This method was used sequentially, firstly age, secondly gender, thirdly population affiliation, fourthly stature, and lastly, individual characteristics. Interestingly, the individual characteristics of skull 160690 have distinct evidence for explaining its identity, for instance, dental modification, disease markers, and asymmetrical head shape. Based on the positive identification results on skull 160689 and 160690 showed both skulls were female and affiliated with Mongoloid population. At last, individual characteristics and deformation on the occipital area were indicated as an unintentional deformation caused by pressure continuously on the left side of the occipital area. Plagiocephaly could be a result of incorrect sleeping position during childhood.
Tinjauan Awal Bangunan Rumah Tinggal Kolonial Kawasan Simpang Surabaya Delta Bayu Murti
Borobudur Vol. 9 No. 2 (2015): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v9i2.137

Abstract

Tujuan studi ini membahas keberadaan bangunan rumah tinggal kolonial Belanda yang ada di kawasan Simpang Surabaya. Metode pengumpulan data dalam studi ini adalah survei arkeologis, melalui pengamatan, yang didokumentasi bergaya arsitektur sebelum 1900, arsitektur transisi, dan arsitektur modern. Selain itu didokumentasi pula kerusakan dan perubahan pada bangunan rumah tinggal kolonial yang ada, yang terindikasi berkaitan dengan statusnya sebagai bukan cagar budaya dan perkembangan kawasan Simpang sendiri.
Pemberdayaan Dikalangan Calon Pekerja Migran Dalam Rangka Pencegahan Penyakit Menular di Desa Benculuk, Kecamatan Celuring, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Toetik Koesbardiati; Sri Endah Kinasih; Delta Bayu Murti; Rachmah Ida; Irfan Wahyudi
Jejaring Administrasi Publik Vol. 13 No. 1 (2021): Jejaring Administrasi Publik
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.096 KB) | DOI: 10.20473/jap.v13i1.29359

Abstract

Rendahnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebenarnya berkorelasi lurus dengan rendahnya tingkat pendidikan formal mereka. Rata-rata pendidikan formal sebanyak 68%  lulusan SD dan SMP. Pengetahuan PMI terkait dengan penularan penyakit yang disebabkan adanya pola-pola interaksi sangatlah rendah. Penyakit menular pada PMI terkait dengan pola-pola interkasi banyak dilakukan di negara tujuan. Hal ini tentunya  berdampak pada penyebaran penyakit menular pada PMI purna penempatan yang semakin meningkat bahkan menyebarluas bukan hanya di daerah pengiriman saja tetapi ke wilayah-wilayah yang bukan pengiriman PMI.WHO dari Komisi Migrasi dan Kesehatan menyampaikan adanya kerentanan para migran terkait dengan hak, perawatan kesehatan sebagai hak asasi manusia. Komisi ini memberikan rekomendasi menuju Global Health dengan misi migrasi sehat. Untuk merespon situasi ini maka studi ini membahas tentang pemberdayaan dikalangan  calon pekerja migran dalam rangka pencegahan penyakit menular  desa Benculuk, kecamatan Celuring, kabupaten Banyuwangi Jawa Timur ini diharapkan memberikan kontribusi untuk calon PMI terkait dengan pola-pola interaksi dan berperilaku sesuai standard kesehatan  dengan sesama migran, majikan maupun warga negara tujuan. Apabila ketika dalam pola-pola interaksi dan berperilaku tidak sesuai standard kesehatan maka akan berdampak penularan penyakit.  Pemberdayaan ini dilakukan di Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Desa Benculuk Kecamatan Cluring Banyuwangi  Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian  ditentukan secara purposive di kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten dari tujuh kabupaten di Jawa Timur pengirim pekerja migran ke luar negeri. Pengumpulan data meliputi  observation  dan indepth interview. Informan yang dipilih adalah individu-individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang permasalahan yang diteliti. Terakhir adalah analisa data  yaitu data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan dan diindentifikasikan berdasarkan tema kemudian dianalisa.Hasil studi ini menunjukkan bahwa calon PMI belum memiliki pengetahuan tentang penyakit menular yang disebabkan oleh interaksi yang tidak tepat. Interkasi yang tepat akan mencegah terjadinya penularan penyakit. Apalagi informasi penularan penyakit tidak disampaikan pada pelaksanaan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) dan tidak didukung dengan menggunakan media pengajaran seperti video, simulasi dan hanya menggunakan metode ceramah. Demikian materi yang disampaikan tidak sesuai dengan modul pegangan instruktur. Dengan adanya pemberdayaan dikalangan calon PMI terkait dengan bahaya penyakit menular perlu adanya kiat-kiat untuk menghindarinya dengan membatasi interaksi di negara tujuan.
SISA RANGKA TENTARA JEPANG DARI PERANG DUN lA II Dl BIAK (The Japan Soldier Bones Remains from World War II in Biak Island) Toetik Koesbardiati; Delta Bayu Murti
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol. 8 No. 1 (2016): Juni 2016
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5113.855 KB) | DOI: 10.24832/papua.v8i1.7

Abstract

Repatriation of the skeletal remains of Japanese soldiers who died during World War II in Indonesia has been conducted since 2009. In 2013 repatriation activities carried out in Biak, West Papua. The purpose of repatriation in 2013 is to identify the human remains that assumed as Japanese soldier. Identification methods follow the protocol of forensic anthropology. The results indicate the identification of mixing between the Japanese soldiers with local residents. Furthermore, we found also subadult human remains. Individualization analysis showed pathological conditions of bone, that also assumed suffered infectious disease (yaws or syphilis). AbstrakRepatriasi sisa rangka tentara Jepang yang tawas selama Perang Dunia II di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2009. Di tahun 2013 kegiatan repatriasi dilakukan di Biak, Papua Barat. Tujuan repatriasi tahun 2013 ini adalah mengidentifikasi temuan sisa-sisa rangka yang diduga sebagai tentara Jepang. Metoda identifikasi sisa rangka mengikuti protokol ke~a dalam antropologi forensik. Hasil identifikasi mengindikasikan tercampumya sisa rangka tentara Jepang dengan penduduk lokal dan adanya sisa rangka anak-anak. Analisis individualisasi menunjukkan kondisi patologis tulang, yang diduga efek dari infeksi penyakit yaws atau sifilis.
KERANGKA MANUSIA DARI SITUS GUA JAUHARLIN 1, KOTA BARU, KALIMANTAN SELATAN [THE HUMAN SKELETON FROM GUA JAUHARLIN 1, KOTA BARU, KALIMANTAN SELATAN] Delta Bayu Murti; Eko Herwanto; Nia Marniati Etie Fajari; Ulce Oktrivia; Gregorius Dwi Kuswanta; Muhammad Wishnu Wibisono; Toetik Koesbardiati
Naditira Widya Vol 14 No 2 (2020): NADITIRA WIDYA VOLUME 14 NOMOR 2 OKTOBER 2020
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v14i2.423

Abstract

Penelitian di situs Gua Jauharlin 1 telah dilakukan selama dua tahun, pada 2018 dan 2019. Pada tahun kedua diperoleh temuan kerangka manusia. Kondisinya hampir lengkap, tanpa bagian kaki, dan diberi kode GJL 1.1. Akan tetapi, di dekat cranium GJL 1.1, ditemukan sepasang tulang kaki manusia yang diduga milik individu GJL 1.1. Tujuan penelitian ini adalah menentukan identitas rangka GJL 1.1 berkaitan dengan data individu dan analisis konteks kuburnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis makroskopis untuk data individu GJL 1.1, serta pendekatan arkeotanatologi untuk analisis konteks kuburnya. Analisis makroskopis menghasilkan informasi profil biologis GJL 1.11, yang mengindikasikan individu berjenis kelamin laki-laki, umur 26,9-42,5 tahun, tinggi badan 155,1 cm–165 cm, dan memiliki afiliasi dengan populasi Asia. Aktivitas mengunyah sirih pinang terindikasi berdasarkan fitur warna kuning kecoklatan pada permukaan labial dan buccal gigi individu GJL 1.1. Hasil analisis arkeotanatologi menunjukkan arsitektur kubur peletakan-penimbunan mayat GJL 1.1, serta tipe kubur yang bersifat primer. Hasil uji short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) dengan menggunakan sampel dari sepasang tulang kaki dan rangka GJL 1.1, menunjukkan bahwa keduanya adalah individu yang berbeda. The two-season researches in Gua Jauharlin 1 site were carried out in 2018 and 2019. A human skeleton, sans its lower limbs, was discovered during the second season of excavation and coded GJL 1.1. However, a pair of human leg bones were found close to the cranium of GJL 1.1, which was suggested to belong to the individual of GJL 1.1. The research objective was to determine the identity of the GJL 1.1 in association with its individual attribute and the analysis of its burial context. This study uses a macroscopic analysis method to obtain individual data of GJL 1.1, as well as an archeothanatology approach to analyse the burial context. The macroscopic analysis yielded information on the biological profile of GJL 1.11 suggesting the individual is male, aged 26.9-42.5 years, height 155.1-165 cm, and has an affiliation with the Asian population. The brownish-yellow stain on the labial and buccal surface of human teeth of GJL 1.1 indicate betel nut chewing. The result of archeothanatological analysis suggests the architecture of the burial of GJL 1.1 with regard to laying-covering corpses and a primary burial. The results of the short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) test, using samples from a pair of leg bones and the GJL 1.1 skeleton, indicate that the two came from different individuals.