Ibrahim Bafadhol, Ibrahim
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK PARA SAHABAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Bafadhol, Ibrahim
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 02 (2015): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.93 KB) | DOI: 10.30868/at.v2i02.103

Abstract

Yang dimaksud dengan sahabat adalah siapa saja yang pernah bertemu  atau  melihat  Nabi          dalam  keadaan  beriman  dan  ia meninggal di atas Islam. Al-Qur'an al-Karim sebagai kitab suci yang tidak mengandung keraguan sedikitpun, telah mengungkapkan karakteristik  para sahabat tersebut  dalam banyak ayat-ayatnya.  Dari deksripsi  al-Qur'an  tentang  karakteristik  para sahabat  tersebut  kita dapat  mengetahui  bahwa  mereka  adalah  sosok-sosok  teladan  bagi umat Islam sepanjang zaman. Bahkan tidak hanya dalam kitab suci al- Qur'an, tetapi dalam kitab-kitab suci terdahulu pun, ya’ni Taurat dan Injil, karakteristik para sahabat ini juga dicantumkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‚Tanda-tanda  mereka tampak  pada  muka  mereka dari  bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu  seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya  maka  tunas  itu  menjadikan tanaman  itu  kuat  lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu   menyenangkan  hati   penanam-penanamnya karena  Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menjengkelkan hati  orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). (QS. al-Fath [48]:29) Artikel ini memaparkan bagaimanakah karakteristik para sahabat dalam  perspektif  al-Qur'an  serta  bagaimana  penjelasan  para  ulama tafsir tentang ayat-ayat tersebut? Kata kunci: sahabat, karakteristik sahabat
AHLUL BAIT DALAM PERSPEKTIF HADITS Bafadhol, Ibrahim
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 01 (2014): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir Vol 1 No. 01 Juli 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.181 KB) | DOI: 10.30868/at.v1i01.173

Abstract

Keluarga  Nabi   atau  Ahlul bait  adalah  keluarga  yang palingdiberkahi. Setiap muslim senantiasa  bershalawat  kepada mereka dalam setiap shalat, baik fardhu maupun sunnah. Mencintai mereka adalah tuntutan syari’at dan juga fitrah yang sehat. Tidak ada seorang muslim yang jujur dalam mencintai Rasulullah  melainkan pasti mencintai keluarganya. Sebagaimana halnya siapa  yang mencintai seorang tokoh, pasti ia juga mencintai keluarga  sang tokoh tersebut, terlebih lagi jika anggota keluarga tersebut adalah orang-orang yang shalih dan bertakwa.Para  ulama hadits dan fuqoha berpendapat bahwa yang dimaksud dengan  Ahlul bait  adalah   mereka  yang  haram  menerima  zakat  dan sedekah karena kekerabatannya dengan Rasulullah ,   yaitu keturunan Rasulullah ,  para istri beliau, dan semua muslim serta muslimah dari keturunan ‘Abdul Muththalib yakni Bani Hasyim.Sedangkan  Syi'ah  berpendapat  bahwa  Ahlul bait  atau  keluarga Nabi    hanya  terbatas   pada  lima  orang  saja,  yaitu  Rasulullah  , Fathimah, Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husain.Rasulullah    telah berwasiat kepada umatnya agar  menjaga dan memperhatikan   Ahlul  baitnya.   Oleh   karena   itu,   memuliakan   danmencintai Ahlul bait termasuk dari agama seorang muslim. Para  sahabat adalah orang-orang yang sangat menjaga wasiat Nabi  tersebut. Kata kunci: Ahlul bait, Ahlus Sunnah, Syi'ah.
PEMBERIAN ASI PADA ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN Asnawati, Asnawati; Bafadhol, Ibrahim; Wahidin, Ade
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 01 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.358 KB) | DOI: 10.30868/at.v4i01.429

Abstract

Menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera, namun sebagian ibu salah memahami bahwa susu-susu yang tersedia di pasar lebih bagus daripada air susu mereka sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode tafsir tematis dan menjadikan al-Qur`an dan terjemahnya sebagai sumber primer dan melengkapinya dengan sumber sekunder yang diambil dari kitab tafsir, kitab-kitab hadits, buku-buku ilmiah yang memiliki relevansi dengan pembahasan. Dalam Al-Qur`an Allah telah menegaskan kelangsungan penyusuan ini selama dua tahun penuh. Masa dua tahun ini merupakan rentang waktu emas ditinjau dari segala sisi kesehatan dan kejiwaan bagi bayi, yakni terdapat dalam Qs. al-Baqarah [2]: 233, Qs. Luqman [31]: 14 dan Qs. al-Ahqaf [46]: 15. Pemberian ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisi bayi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Dengan menyusui dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50% dan penyakit usus parah pada bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58% sedangkan pada ibu, resiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10%.Kata Kunci: ASI, Tafsir, Ibnu Katsir
TUJUAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Bafadhol, Ibrahim
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 03 (2017): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Quran dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.178 KB) | DOI: 10.30868/at.v2i03.193

Abstract

Dalam perspektif Islam, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan alamini untuk ber-khidmah (melayani kepentingan) manusia. Dalam rangkamenyelenggarakan kekhalifahan di muka bumi, Allah telahmenundukkan alam semesta demi kemaslahatan manusia dan demikemudahan mereka dalam menjalankan peran besarnya, khilafah filardh.Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk yang telahAllah istimewakan dari seluruh makhluk yang ada. Konsekwensinya,Allah Ta'ala tidaklah menciptakan manusia dan mengutamakannya dariseluruh makhluk yang ada kecuali untuk sebuah tujuan yang besar danmisi yang agung. Tentang hal ini, al-Qur'an telah menginformasikannyadengan sangat jelas: “Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dariyat: 56). Artikel inihendak mendeskripsikan dengan lebih terinci bagaimanakah hakikatibadah dalam Islam dan bagaimana mengimplementasikan ibadahtersebut dalam kehidupan seorang Muslim. Keyword: Tujuan hidup, ibadah, khilafah fil ardh
INTERPRETASI TERM RIJAL DALAM AL-QUR’AN Triana, Rumba; Ramadhan, Fachmi; Bafadhol, Ibrahim
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 01 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.171 KB) | DOI: 10.30868/at.v5i01.820

Abstract

Di dalam Al-Qur?an kata laki-laki disebutkan dengan beberapa cara yaitu pertama, dengan kalimat umum yang mencakup laki-laki dan perempuan seperti wahai manusia, wahai orang-orang yang beriman dan lain-lain. Kedua, mengunakan kata yang menunjukan nama laki-laki seperti Sulaiman, Ibrahim, Nuh dan lain-lain. Ketiga, menggunakan kata yang menunjukan laki-laki itu sendiri seperti rij?lun dan dzakarun. Pada penelitian ini menitikberatkan kajian karakter Rijal dalam Al-Qur?an. Penulis memilih enam ayat yang penulis anggap sudah mewakili 57 ayat yang terdapat kata Rij?l dan derivasinya dalam Al-Qur?an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dimana yang menjadi sumber primer adalah kitab-kitab tafsir seperti: dari Tafsir Al-Thabari, Tafsir Fathul Qadir, Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur?an Al-Sa?di dan Tafsir Al-Aisar. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode maudhu?i  guna mendapatkan hasil yang lengkap dan luas. Maka Disimpulkan bahwa karakter Rij?l dalam Al-Qur?an adalah untuk  menggambarkan laki-laki yang memiliki jiwa kepemimpinan, tawakal, gemar mensucikan diri, tidak terlalaikan dengan perniagaan, menepati janji, dan semngat berjuang di jalan Allah.