Potensi perikanan di Provinsi Lampung cukup berlimpah dengan luas perairan laut (12 mil) 24.820 km2 (41,2% dari total luas keseluruhan) termasuk didalamnya luas perairan pesisir 16.625,3 km2. Namun, potensi perikanan yang cukup besar itu belum dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat khususnya nelayan karena belum terkelola dengan baik. Kandungan klorofil-a di perairan dapat dijadikan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan lokasi zona penangkapan ikan berdasarkan sebaran klorofil-a. Penentuan sebaran klorofil-a untuk penentuan zona potensi penangkapan ikan menggunakan data penginderaan jauh citra SPOT-4 dengan daerah kajian penelitian di perairan laut Provinsi Lampung. Pemilihan kanal citra yang sesuai untuk mengembangkan model algoritma dilakukan dengan cara meregresikan data digital dari kanal tunggal yang potensial, kemudian menduga konsentrasi klorofil dengan hasil pengukuran insitu dari parameter kualitas air tersebut. Berdasarkan hasil klasifikasi yang telah dilakukan, daerah Lampung memiliki jenis klorofil-a dengan klasifikasi konsentrasi tinggi dan sangat tinggi. Untuk konsentrasi tinggi memiliki luas area sebesar 48.897 Ha sementara konsentrasi sangat tinggi memiliki luas sebesar 30.313,04 Ha. Secara keseluruhan, sebaran klorofil-a di perairan Lampung lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah di perairan lepas pantai. Lokasi perairan dengan kandungan klorofil-a tinggi dapat diindikasikan di perairan tersebut kaya dengan ikan. Plankton yang mengandung klorofil-a tersebut merupakan indikator ketersediaan pangan bagi ikan di laut.Kata kunci: zona potensi penangkapan ikan, klorofil-a, penginderaan jauhABSTRACTPotential fisheries in the province of Lampung is quite abundant with sea area (12 miles) 24.820 km2 (41,2% of the total area) including 16.625,3 km2 area of coastal waters. However, the fisheries potential is large enough can not provide a great benefit to the community, especially fishermen because it is not managed properly. The content of chlorophyll-a in the water can be used as a measure of the amount of phytoplankton in certain waters and can be used as a guide marine productivity. This study was conducted to determine the location of fishing zones based on distribution of chlorophyll-a. Determining the distribution of chlorophyll-a for the determination of potential fishing zones using remote sensing imagery SPOT-4 with the area of research studies on marine waters Lampung Province. The selection of the appropriate channels to develop the image of a model algorithm was done by regressing digital data of a single channel potential, suspected chlorophyll concentration in situ measurement results of the water quality parameters. Based on the results of the classification has been done the area of Lampung have a kind of chlorophyll-A with the classification of high and very high concentrations. For high concentration has an area of 48.897 hectares while the very high concentration has an area of 30.313,04 hectares. Overall, the distribution of chlorophyll-A in the waters of Lampung higher concentrations in coastal waters, as well as low in offshore waters. Location waters with a high content of chlorophyll-a may be indicated in these waters rich with fish. Plankton containing chlorophyll-a is an indicator of the availability of food for the fish in the seaKeywords: potential fishing zones, chlorophyll-a, remote sensing