Niendyawati Niendyawati, Niendyawati
Badan Informasi Geospasial

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

WATERMARKING PADA PRODUK INFORMASI GEOSPASIAL VEKTOR Amhar, Fahmi; Sutisna, Sobar; Niendyawati, Niendyawati
GEOMATIKA Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.334 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2014.20-2.163

Abstract

Adanya UU No. 4 tahun 2011 diprediksi akan membuat produk informasi geospasial “booming”.  Tidak hanya BIG yang akan menjadi lebih terkenal sebagai sumber informasi geospasial dasar, namun juga industri geospasial tematik atau turunan akan ikut menikmatinya. Namun, fenomena ini suka tidak suka akan memunculkan “penumpang gelap”, yaitu pemalsuan dan pembajakan. Untuk mengatasinya, diperlukan metode dan teknologi yang disebut dengan “Watermarking”. Teknologi ini sudah lama digunakan pada uang kertas, juga pada produk fotografi, audio dan video.  Intinya adalah, agar orang semakin sulit menjual produk palsu, atau menggandakan produk asli untuk mendapatkan keuntungan secara ilegal. Pada makalah ini akan ditunjukkan beberapa metode watermarking yang sudah ada saat ini, yang dapat dicoba pada produk informasi geospasial vektor, seperti Peta Rupabumi Indonesia dan sejenisnya. Sebuah software akan memproduksi watermark untuk ditempelkan pada data, atau didaftarkan pada sebuah situs registrasi. Ketika orang mendapatkan suatu data, maka dia bisa mengujikan dengan software otentifikasi, untuk memastikan bahwa data itu asli, atau pemiliknya memang mendapatkannya secara legal. Beberapa keunggulan dan kelemahan setiap metode tersebut akan didiskusikan dalam makalah ini.Kata Kunci: tanda air, informasi geospasial, vektorABSTRACTThe existence of Law Number 4 / 2011 is predicted to create "booming" geospatial information products. Not only BIG will become more famous as a source of basic geospatial information, but also thematic or derived geospatial industry will come to enjoy it. However, like it or not this phenomenon will bring up the "dark passenger", namely falsification and piracy. To overcome this, required methods and technologies called "watermarking". This technology has been used on paper money, also in product photography, audio and video. The objective is, in order people are getting difficult to sell counterfeit products, or duplicate original product to get profit illegally. In this paper will be shown several watermarking methods that already exist today, which can be tried on the vector geospatial information products, such as Topographic Map of Indonesia and any kind of map. A software will produce a watermark to be attached to the data, or registered at a registration site. When people get the data, then he could be testing the authentication software, to ensure that the original data, or the owner did get it legally. Some of the advantages and disadvantages of each of these methods will be discussed in this paper.Key Words: watermarking, Geospatial Information, Vector
REVIEW ON A NATIONAL MANGROVE MAPPING Hartini, Sri; Saputro, Guridno Bintar; Suprajaka, Suprajaka; Niendyawati, Niendyawati
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.39 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-2.125

Abstract

Indonesia is the largest archipelagic country in the world with coastline span about 95,181 km. With such long coastline, coastal resources continuously support to the live of most Indonesian people. Mangroves are among the important coastal resources in terms of its economical and ecological functions. The mangroves have been severely deteriorated mostly due to the increasing exploitation as a result from the growing number of the population. Moreover, mangroves considered as a fragile ecosystem since it only grows in a unique area, which is in the tidal plain area. These problems have been discussed widely particularly to address how to preserve the functions of the mangroves. Planners and decision makers that concern on coastal resources and developments want to evaluate their changes overtime. Therefore, current data of the status of the mangroves nationally is highly demanded. This paper describes and evaluates the experience of the Center for Marine Resources Survey, Bakosurtanal in mapping mangroves Indonesia in 2009. Remote sensing approach had been used on the mangroves mapping. Remote sensing technique was considered as the most useful approach particularly due to the area that should be covered was very large. Besides that, mangroves can be easily recognized and delineated from most of satellite imageries. However, there are also some limitations on the application of remote sensing technology for mangroves mapping.Keywords: Mangrove, Remote Sensing, Mapping, Indonesia ABSTRAKIndonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai mencapai lebih dari 95.181 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, sumberdaya pesisir secara terus menerus menyokong kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Mangrove merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang penting baik dinilai secara ekonomi maupun secara ekologi. Sebagian dari mangrove tersebut mengalami kerusakan karena eksploitasi yang berlebihan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Disamping itu, mangrove juga merupakan ekosistem yang rapuh karena mangrove hanya bisa tumbuh di lingkungan yang khusus, yaitu sepanjang area pasang surut saja. Permasalahan ini telah banyak dibahas, khususnya untuk mencari solusi guna melindunginya. Para perencana dan pengambil keputusan selalu ingin mengevaluasi perubahannya dari waktu ke waktu. Dengan demikian, data mengenai keberadaan mangrove terkini selalu diharapkan ketersediaannya. Tulisan ini memaparkan dan mengulas tentang pemetaan mangrove Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut, Bakosurtanal pada tahun 2009. Teknik penginderaan jauh telah digunakan sebagai pendekatan dalam pemetaan mangrove tersebut. Pendekatan ini dianggap sebagai alat yang sangat berguna karena mangrove dapat dengan mudah dikenali dan didelineasi dari citra satelit penginderaan jauh. Namun demikian, dalam aplikasi teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan mangrove ini juga terdapat keterbatasan atau kekurangan.Kata kunci: Mangrove, Penginderaan Jauh, Pemetaan, Indonesia