Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam Ratna M.; Bahaking Rama; Natsir Mahmud; A. Amiruddin
IQRA : JURNAL MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : IQRA : JURNAL MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Istilah "filsafat ilmu" digunakan untuk menggambarkan berbagai pandangan kritis tentang semua hal yang berkaitan dengan dasar ilmu dan bagaimana hal itu berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia. Setiap bidang ilmu memiliki bagian yang unik. Ilmuwan memiliki benda, pernyataan, proposisi, dan karakteristik. Keempat komponen tersebut difokuskan pada tiga landasan filsafat: epistemologi, aksiologi, dan ontologi.Penulis artikel ini membahas filosofi ontologi, epistemologi, dan aksiologi dengan menggunakan studi literatur atau penelitian dari berbagai karya ilmiah dan buku yang berkaitan dengan topik tersebut. Analisis menyatakan bahwa ontologis dasarnya berbicara tentang hakikat "yang ada". Ketika ilmu pengetahuan ditinjau dari perspektif ontologi, tujuannya adalah untuk membuktikan dan menelaah kebenarannya. Epistemologi membahas dasar, sumber, karakteristik, kebenaran, dan cara pengetahuan diperoleh. Epistemologi mempromosikan ilmu pengetahuan. Pembahasannya terfokus pada bagaimana para ilmuwan menggunakan sumber dan metode untuk mengembangkan pengetahuan. Dalam psikologi analitik, hubungan antara ilmu dan nilai sangat penting.Aksiologi memeriksa apakah sebuah ilmu pengetahuan layak atau tidak dikembangkan berdasarkan nilai.
MANUSIA DAN EKSISTENSINYA DALAM PANDANGAN FILSAFAT ISLAM Sitti Muthmainnah; Bahaking Rama; Moh Natsir Mahmud
REFERENSI ISLAMIKA: Jurnal Studi Islam Vol. 1 No. 2 (2023): Desember
Publisher : PT. Lontara Digitech Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61220/ri.v1i2.0238

Abstract

Tulisan berjudul Manusia dan eksistensinya dalam pandangan filsafat islam memberi gambaran bagaimana manusia dalam filsafat islam. Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui seperti apa definisi manusia dalam pandangan filsafat islam, kemudian memahami eksistensi manusia dan tahap-tahpanya dalam eksistensi filsafat islam serta memahami hubungan fitrah dengan pendidikan islam. Penulisan makalah ini merupakan kajian pustaka dengan menggunakan jenis metode kualitatif, adapun sumber-sumber yang dicantumkan adalah sumber yang kredibel berupa buku dan website resmi. Manusia adalah yang terdiri dari unsur jasad dan roh yang memiliki akal, budi pekerti yang membedakannya dengan makhluk yang lain seperti iblis, malaikat, binatang maupun tumbuhan. Eksistensi manusia bermakna keberadaan manusia sebagai sesuatu yang berada yang berbeda dengan keberdaan makhluk yang lain. Eksistensi dalam pengetahuan barat memiliki beberapa tahap yaitu tahap eksis, etis dan riligius. Sedangkan menurut filsafat pendidikan Islam : Jasad, roh, dan jiwa.Manusia dalam pandangan Islam adalah khalifah Allah di muka bumi. Sebagai duta Tuhan, dia memiliki karakteristik yang multidimensi, yakni pertama, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai kapasitasnya.
Biografi Para Khilafah dan Kegemilangan Peradaban Islam pada Masanya sampai Diruntuhkan oleh Bangsa Mongol Muhammad Ilham; Junarti Junarti; Aisyah Aisyah; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 2: Januari 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i2.2773

Abstract

Sejarah peradaban Islam sebagai studi tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah peradaban sudah tentu akan sangat bermanfaat terutama dalam rangka memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan peradaban. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui Biografi Para Khilafah Dan Kegemilangan Peradaban Islam Pada Masanya Sampai Diruntuhkan Oleh Bangsa Mongol . hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayyah. Nama Dinasti Abbasiyah diambil dari salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Abbas Ibn Abd Al-Muthalib Ibn Hasyim. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya. Para ahli sejarah membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 periode yang didasarkan pada kondisi politik pemerintahan(Mesriah Ria, 2017). Periode Pertama (tahun 750 – 847 M) Pada periode ini terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju, ilmu pengetahuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera. Periode kedua (tahun 847 –945 M) Bangsa Turki yang menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran(Mesriah Ria, 2017). Periode ketiga (tahun 945 – 1055 M) Pada masa Bani Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham syi’ah sedangkan Bani Abbasiyah berpaham Sunni. Periode keempat (tahun 1055 – 1199 M) periode ini ditandai dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni. Periode kelima (tahun 1199 – 1258 M) Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Biografi Usman Bin Affan, Kebijakan Politik yang di Jalankan dan Nepotisme dan Fitnatul Kubra Anita Anita; Wahida Octaviana; Selfina Selfina; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 2: Januari 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i2.2776

Abstract

Sejarah peradaban Islam sebagai studi tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah peradaban sudah tentu akan sangat bermanfaat terutama dalam rangka memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan peradaban. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui Biografi Usman Bi Affan kebijakan Politik Yang Di Jalankan Dan Nepotisme Dan Fitnatul Kubra, hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa Utsman bin Affan adalah Usman bin Affan lahir pada tahun 574 Masehi di Thaif, Jazirah Arab. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, salah satu klan terkemuka dari suku Quraisy. Nama ayahnya adalah Affan bin Abi al-As dan nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz. Setelah meninggalnya Umar bin Khattab pada 26 Dzulhijjah 23 Hijriah, terdapat kekosongan pada posisi pemimpin negara. Sehingga diadakan musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya, yang berakhir dengan dipilihnya Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga. Utsman menjadi khalifah selama 11 tahun 223 hari (24-36 Hijriah). Berikut beberapa kebijakan pada masa kepemimpinan Usman Bin Affan: kebijakan sosial, kebijakan ekonomi daan kebijakan politik Dalam Islam praktik Nepotisme disebut dengan Al musaba. Tindakan pemberian kekuasaan kepada kaum kerabat seperti yang dilakukan oleh Usman bin Affan belum pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw. Hingga masa Umar bin Khattab berakhir. Oleh karena tindakan Usman bin Affan memberikan kesempatan kepada kerabatnya sehingga menciptakan lahan yang cukup subur bagi munculnya kembali sifat ashabiyah (nepotisme) dikalangan bangsa Arab Muslim
Biografi Nabi Muhammad SAW Masa di Makkah dan Madinah Hingga Wafat Ifriani Ifriani; Misran Misran; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 3: Februari 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i3.2833

Abstract

In a time of political, economic, social, and religious turmoil in both the West and the East, a timeless figure was born who built the power of Islam between two great world empires, in the Arabian Peninsula as a mercy to all mankind, that is Prophet Muhammad SAW. It has been mentioned that the Arab society was filled with darkness, including those who worshipped idols of their own making. Prophet Muhammad was sent with a prophetic mission, teaching that there is no god but Allah, who knows all the actions of mankind and will reward or punish accordingly in the afterlife. The greatness of Prophet Muhammad and his companions is truly remarkable, and therefore, the author will present an article that contains the biography of Prophet Muhammad and the histories of developing, spreading, and advancing the Islamic religion. May the biography of Prophet Muhammad demonstrate the spirit of struggle possessed by him and his companions in upholding the faith.
Konsep Kepemimpinan dalam Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara Siti Munawira S; Ifriani Abdul Salam; Wahidah Oktaviana; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 3: Februari 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i3.2933

Abstract

Leadership is something that is quite dynamic and evolves over time. Many have put forward their ideas about leadership. One of them is the concept of leadership put forward by Ki Hadjar Dewantara which includes 3 aspects that are independent and interrelated. This management concept does not differentiate people based on their levels, but rather based on their roles. This role can be front, middle, and back. In the sense that the leader must be able to adapt to the situation, sometimes the leader's role is in front (leading, directing and directing), sometimes his role is in the middle (mediator, being neutral and impartial) and sometimes behind (to support, encourage and give freedom to members to be creative according to their respective talents). This article discusses the concept of leadership according to Ki Hadjar Dewantara, the influence and strategies that can be done in applying this concept.
Biografi Ali bin Abi Thalib Siti Munawira; Selvi Hamriani; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 5: April 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i5.3298

Abstract

Biografi dan sejarah peradaban Islam di masa Ali bin Abi Thalib merupakan sejarah yang banyak dikisahkan oleh banyak sejarawan Islam. Perjalanan Ali bin Abi Thalib dalam memperjuangkan Islam menorehkan sejarah yang dapat menjadikan pembaca mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahnya. Ali merupakan sepupu dan juga menantu Nabi Muhammad ﷺ, anak dari Abu Thalib dan Suami dari anak Nabi, Fatimah binti Muhammad. Dikenal dengan kecerdasan dan kefaqihannya dalam urusan Agama, satu diantara 10 sahabat yang dijamin masuk surga dan menjadi khalifah setelah wafatnya khalifah Utsman bin Affan (36-41 H/656-661 M). Di masa kekhalifaannya kondisi sosial dan politik tidak stabil pasca terjadinya pembunuhan khalifah Utsman yang dilakukan oleh demonstran yang mengakibatkan terjadinya perpecahan kaum muslimin hingga terjadi perang saudara yang kita kenal dengan perang Jamal antara Khalifah Ali dan Aisyah bersma dua orang sahabat dan perang Siffin antara Khalifah Ali dan Muawiyah bin Abi sofyan. Artikel ini memberikan wawasan singkat terkait biografi Ali bin Abi Thalib dan peradaban Islam di masa kekhalifahan Ali (gambaran kondisi politik dan sosial) dan peritiwa tahkim antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sofyan.
Visi Misi UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam Hubungannya dengan Evaluasi Pendidikan Ifriani Ifriani; Nur Rahmin Hamnar; Siti Munawira S; Bahaking Rama
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 3 No. 8: Juli 2024
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v3i8.4520

Abstract

Dalam meningkatkan kualifikasi akademik bagi guru SD sebenarnya sudah terwujud dan jelas dikemukakan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 yang terwujud dalam visi dan misi pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah “Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjwab tantangan zaman yang selalu berubah”. Visi tersebut terimplementasi dalam misi pendidkan nasional yang mencakup hal-hal berupa: 1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2) Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional. 3) Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global. 4) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangkamewujudkan masyarakat belajar. 4) Meningkatkan kesiapan masukkan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 5) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global. 6) Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasrakan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan republik Indonesia. Dengan adanya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun swasta. Satu hal lagi yang sangat menggembirakan dalam undang-undang ini adalah adanya 11 item Hak Guru yang tercantum pada pasal 14 adalah bentuk penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk indikator penghasilan guru PNS sudah diatur Pasal 15 ayat 1. Guru berhak untuk mendapatkan tunjangan, yaitu : Tunjangan profesi, Tunjangan Fungsional dan Tunjangan Khusus. Kompetensi yang harus di milki oleh seorang guru sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.