Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Penanganan Covid-19 dalam Semangat Diakonia Gereja Keuskupan Ruteng Max Regus; Marianus Mantovanny Tapung
BERDAYA: Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2020)
Publisher : LPMP Imperium

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36407/berdaya.v2i2.175

Abstract

Covid-19 is a non-natural disaster that is not only related to health issues but also has links to economic, psycho-social, and even social-political problems. As an institution that takes care of the safety of body and soul, the Catholic Church of the Ruteng Archdiocese, as one of the socio-religious institutions, responds to this problem by directly forming the Covid-19 solidarity movement, which is later institutionalized as the Gugus Tanggap Cluster Covid-19 Church Ruteng Diocese and Covid-19. As academics by involving in this task, authors consider the formation of an “ad hoc” institution as part of the attention and responsibility of the Local (religious) Church in dealing with the social problems of the community/community, both in local, national and global contexts. This action is the contextualization of the praxis of service (deaconess) of the Church for the lives of people, more specifically in the field of health. In carrying out its governance, the Covid-19 Group applies the stages of methods and implementation consisting of the activities of Coordination, Action (promotion, prevention, education, social assistance), Evaluation, and Follow-up Plans. The real impact of the work of the Covid-19 Cluster, the people/communities returning to the enthusiasm and have optimism in running life, while; hoping that the Covid-19 pandemic will soon pass its life. Keywords: Covid-19, Religion, Church, Solidarity, Command Post
MENGGAGAS ULANG TRANSFORMASI PENDIDIKAN YANG BERKESADARAN HUMANIS, DIALOGIS, KRITIS, LIBERATIF DAN EKOLOGIS Marianus Mantovanny Tapung
Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.623 KB) | DOI: 10.15408/sd.v4i1.5920

Abstract

ABSTRACT The development of today's world is a challenge for education. Obviously, the development of emerging from and in education. However, developments on the other side could have an impact on the disorientation of the meaning and practice of education. Education should ideally be a vehicle for the establishment of a human into a more humane, just disoriented meaning and praxis. The existence of facts and experience degradation, disparity, discrepancy, dehumanization, and the ecological damage suggests that the failure of education, in terms of both concept and practice. To be able to restore the sense and understanding of education as a human being human activity make the necessary efforts to restore the concept and praxis of real education. The initial step is an effort to re-define and re-orientation of transformative education. Today, initiated the re-education of character transformative become very urgent and relevant in order to reposition the image of humanity that is eroded by the effects of negative developments.  ABSTRAK Perkembangan dunia dewasa ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Sudah jelas, perkembangan muncul dari dan dalam pendidikan. Namun perkembangan pada sisi lain bisa berdampak pada disorientasi terhadap makna dan praksis pendidikan. Pendidikan yang idealnya menjadi wahana pembentukan manusia menjadi lebih manusiawi, justru mengalami disorientasi makna dan praksisnya. Adanya fakta dan pengalaman degradasi, disparitas, diskrepansi, dehumanisasi, dan kerusakan ekologis memberi kesimpulan bahwa pendidikan  mengalami kegagalan, baik dari segi konsep maupun prakteknya. Untuk bisa mengembalikan pengertian dan pemahaman pendidikan sebagai aktivitas membuat manusia menjadi manusiawi maka perlu berbagai upaya mengembalikan konsep dan praksis pendidikan yang sebenarnya. Langkah awal adalah upaya definisi ulang dan orientasi kembali pendidikan yang transformatif. Dewasa ini, menggagas ulang pendidikan yang berkarakter transformatif menjadi sangat penting dan relevan demi memposisikan kembali citra kemanusiaan yang tergerus akibat berbagai dampak perkembangan yang negatif.  Pengutipan: Arsyad, Ardi Muhamad. (2017). Identifikasi Kesadaran Masyarakat terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4(1), 2017, 92-100. doi:10.15408/sd.v4i1.5920.Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v4i1.5920
PEMIKIRAN FILSAFAT PERENIALISME TENTANG NILAI DAN DAMPAKNYA BAGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS DALAM PENDIDIKAN Marianus Mantovanny Tapung
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 7 No. 1 (2015): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.33 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v7i1.27

Abstract

Pemikiran filsafat tentang bagaimana manusia mampu berhadapan dengan perubahan dunia yang begitu pesat sudah ada sejak lama, salah satunya adalah aliran perenialisme. Aliran filsafat ini menekankan tentang nilai baik yang ada dalam diri manusia, karena manusia dilahirkan selalu dalam kondisi ‘baik’. Potensi baik inilah yang mengharuskan manusia untuk selalu berpikir, bersikap, dan berbuat secara baik pula. Oleh karena itu, dewasa ini berbagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas ‘baik’ dalam diri manusia menjadi sangat penting. Salah satu di antaranya adalah dengan kegiatan pengembangan kreativitas. Kegiatan pengembangan kreativitas manusia didik dalam segala dimensinya menjadi hal yang mutlak untuk bisa eksis di abad 21. Pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk memampukannya menghadapi berbagai masalah dan tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Untuk itu pengembangan kreativitas siswa sekarang ini lebih dirasakan sebagai suatu kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, generasi-generasi yang akan datang adalah generasi yang memiliki karakter kreatif, mandiri, tangguh dan unggul dalam dalam menghadapi dan memecahkan berbagai masalah kehidupan.
URGENSI CONCEPT BUILDING DALAM PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA SOSIAL-SPASIAL Marianus Mantovanny Tapung
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 8 No. 1 (2016): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.78 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v8i1.72

Abstract

Dunia yang senantiasa berubah dan memiliki kompleksitas ide, benda dan manusia menuntut seseorang untuk memiliki konsistensi dan koherensi dalam berpikir, yang hanya mungkin bila berdasarkan pada konsep yang tepat, valid, eviden, benar, dan bermanfaat. Konsep merupakan suatu kegiatan akal budi yang ditandai dengan melakukan refleksi/abstraksi terhadap fakta/data, atribut dan pengalaman nyata. Konsep yang kuat, akurat dan benar merupakan keberlanjutan yang utuh antara sensasi dan refleksi, yang akan menentukan kualitas berpengetahuan, bersikap dan berketerampilan seseorang. Dalam dunia pembelajaran, konsep yang matang dan jelas akan menentukan kemampuan untuk penguasaan dan pengembangan materi yang baik bagi guru dan siswa, yang berakibat pada tingkat capaian hasil belajarnya. Lebih dari itu, penguasaan dan penguatan konsep yang baik pada diri siswa akan membantu pembelajaran yang lebih bermakna spasial, di mana dapat membantu menumbuhkan kesadaran dan kepekaan siswa dalam melakukan interaksi, interrelasi dan interdependensi dengan sesama dan alam lingkungannya. Konsep yang baik tentang diri, sesama dan alam lingkungan akan menentukan cara siswa memposisikan diri dalam ruang lingkungan alam.
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN BERBASIS BERPIKIR KRITIS (PBBK) DALAM MENYIKAPI PERMASALAHAN SOSIAL AKIBAT PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Marianus Mantovanny Tapung; Marselus Ruben Payong
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 11 No. 2 (2019): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3106.873 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v11i2.152

Abstract

Dari sisi negatif, perkembangan teknologi informasi telah menciptakan permasalahan sosial yang cukup tinggi di kalangan orang muda Indonesia. Hal ini terjadi, selain karena tingkat literasi media yang masih rendah, juga disebabkan karena fasilitas pendidikan yang berbasis berpikir kritis belum terintegrasi secara baik. Padahal, salah satu potensi yang dimiliki oleh orang muda termasuk siswa sekolah menengah pertama adalah kemampuan untuk berpikir kritis. Mengingat hal ini, dengan belajar dari negara-negara maju, salah satu cara untuk menghindari siswa dan masyarakat dari dampak buruk penggunaan media sosial adalah upaya mengintegrasikan pendidikan berbasis berpikir kritis dalam kurikulum sekolah menengah. Dengan adanya pendidikan berbasis berpikir kritis siswa dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial, yang salah satu disebabkan karena penggunaan media sosial yang tidak kritis. Banyak penelitian menegaskan tentang pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis ini untuk diintegrasikan ke dalam sistem kurikulum, konten materi, dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk membantu pemangku kepentingan pendidikan dalam mengintegrasikannya, maka perlu rekonstruksi gagasan tentang pendidikan berbasis berpikir kritis ini. Adapun metode rekonstruksi gagasan, selain didasarkan pada kenyataan faktual mengenai kondisi riil pembelajaran di tengah perkembangan teknologi informasi digital, juga berdasarkan pada hasil penelusuran terhadap berbagai literatur yang berkaitan erat dengan pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN RELEVANSINYA BAGI PENGUATAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA Marianus Mantovanny Tapung
Wawasan Kesehatan Vol 1 No 1 (2016): JURNAL WAWASAN KESEHATAN
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.281 KB)

Abstract

Perubahan dan perkembangan adalah sebuah keniscayaan untuk semua masyarakat bangsa, termasuk masyarakat Indonesia yang berkarakter multikultur. Perubahan dan perkembangan dapat meningkatkan dan mengembangkan kehidupan, tetapi pada pihak lain justru berpotensi memudarnya semangat dan rasa kebangsaan (nasionalisme), munculnya ambiguitas, anomali, konflik, desintegrasi, separatisme dan rasialisme, yang menghambat pembangunan dan pengembangan bangsa. Untuk mengantisipasinya dibutuhkan Pendidikan Multikultural sebagai pendekatan dan instrumen strategis demi membangun dan menguatkan kembali rasa dan semangat kebangsaan, persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan instrumen rekayasa sosial yang dinamis, fleksibel, progresif, transformasif dan holistik untuk menanamkan kembali kesadaran nasionalisme, solidaritas, toleransi dan tenggang rasa serta dapat bekerjasama dalam kemajemukan. Pendidikan Multikultural menjadi sangat relevan dalam konteks Indonesia sebagai manifestasi kesadaran tentang keanekaragaman kultural, demokrasi, HAM dan mereduksi kecenderungan berpikir, bersikap dan bertindak diskriminatif, prasangka, dan stereotip. Pendidikan multikultural mengarahkan masyarakat didik untuk peka menghadapi arus perputaran globalisasi, perkembangan demokrasi, dan bersikap kritis terhadap berbagai model doktrinasi monokulturalisme, radikalisme dan fundamentalisme
Pendidikan Politik: Problematika Mendulang Legitimasi Masyarakat Adat Demi Politik Elektoral Pada Pemilu Langsung di Manggarai (Studi Kritik Sosial terhadap Idealitas Politik ‘Social Welfare’) Marianus Mantovanny Tapung; Mohammad Liwa Irrubai
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 10 No. 1 (2021): Schemata: Jurnal Pascasarjana UIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.709 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v10i1.3497

Abstract

The Manggarai indigenous people have a strategic role in building geopolitical conduciveness and regional and national development. Because of this strategic role, many political actors try to gain support and legitimacy to carry out research and political penetration. The purpose of penetration and penetration is to be elected (again) as national and local public officials. However, some politicians try to gain support and legitimacy from the Manggarai indigenous people by playing rotten politics in the form of money politics, black campaigns, identity politics, SARA issues, and politics of reciprocation. By playing these rotten politics, political dignity and meaning as a means of creating social welfare are degraded. Observing this phenomenon, the author makes social critical research that aims to examine political ideals and their application in society. Furthermore, the authors analyze the facts and symptoms of the exploitation of indigenous peoples as a political command for the pragmatic interests of power. The benefit of this paper is that the families of indigenous peoples, political actors, and other Manggarai communities emancipate their critical awareness so that they can apply ethical politics, to create social welfare for the Manggarai community in general, and the Manggarai indigenous people in particular. Keywords: Manggarai indigenous peoples, political legitimacy, electoral politics, direct elections Masyarakat adat Manggarai memiliki peran strategis dalam membangun kondusivitas geopolitik dan pembangunan daerah dan nasional. Karena peran strategis ini, maka banyak pelaku politik yang berusaha mendapatkan dukungan dan legitimasi dengan melakukan konsolidasi dan penetrasi politik. Tujuan konsolidasi dan penetrasi ini, agar bisa terpilih (lagi) sebagai pejabat publik nasional maupun lokal. Namun, ada beberapa politisi yang berusaha mendapat dukungan dan legitimasi masyarakat adat Manggarai dengan memainkan politik busuk berupa politik uang, kampanye hitam, politik identitas,isu SARA, dan politik balas budi. Dengan memainkan politik busuk ini, martabat dan makna politik sebagai sarana menciptakan kesejahteraan sosial mengalami degradasi. Mencermati fenomena ini, penulis membuat riset kritis sosialyang bertujuan untuk menelaah ideal politik dan praksis penerapannya di masyarakat. Selanjutnya penulis menganalisis fakta dan gejala eksploitasi masyarakat adat sebagai komoditas politik demi kepentingan pragmatis kekuasaan. Manfaat tulisan ini, supaya masyarakat adat, para pelaku politik dan masyarakat Manggarai lainnya, diemansipasi kesadaran kitisnya agar bisa menerapkan politik etis, demi menciptakan kesejahteraan sosial masyarakat Manggarai umumnya, dan masyarakat adat Manggarai khususnya. Kata kunci: Pendidikan Politik, Masyarakat Adat Manggarai, Legitimasi Politik, Politik Elektoral, Pemilihan Langsung
Potensi munculnya kerentanan sosial akibat transmisi covid-19 pada upacara adat dan urgensi pendidikan kritis-higienik Marianus Mantovanny Tapung; Marianus Supar Jelahut
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 8, No 2 (2022): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020221339

Abstract

This phenomenological research aims to examine the potential for the spread of Covid-19 at every traditional ceremony, and the emergence of escalations that have an impact on social vulnerability in Manggarai. In addition, this study aims to examine the urgency of critical hygiene education for the community so that they are wiser and wiser when participating in social activities, and have critical awareness to apply health protocols and behave in a healthy and clean life. This study uses a critical phenomenological method with the stages of exploring the experiences or social actions experienced by the Manggarai people when they are in a Covid-19 pandemic situation, especially related to clean and healthy living behavior, then analyzing the causes. The conclusion in this study is that although traditional ceremonies remain an inseparable part of the lives of the Manggarai people because of their various noble goals, the form of crowds during the Covid-19 pandemic has the potential to accelerate the transmission of the virus. Corona virus transmission can be through contact with body parts, saliva splashes, cutlery and drinking utensils, animal victims, dowry items, etc. For this reason, it is the duty and responsibility of the local government and the community to always make the public aware by making rules, socialization, promotion of dissemination and critical-hygienic education about the dangers of Covid-19 and the importance of following health protocols, such as reducing crowds, maintaining distance, wearing masks, and washing hands.
Critical Discourse on Press Contribution to NTT Good Local Governance Yonas Klemens Gregorius Dori Gobang; Adrianus Nabung; Marianus Mantovanny Tapung
Jurnal ASPIKOM - Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24329/aspikom.v7i2.1169

Abstract

The contribution of local media in articulating its control function to restore people’s rights and encourage the implementation of good local governance cannot be separated from the professionalism and critical support of the media crew. This is because the relationship between local media and regional authorities is still prone to conflict, complex, and bound by certain emotional-cultural aspects. Using critical discourse analysis, this study examines specifically the editorial texts of two local mainstream newspapers, Flores Pos and Pos Kupang, related to some strategic issues, especially corruption issues, within the Provincial Government of NTT. The study found that the reality of local media can be co-opted by the interests of media owners and local governments. It also confirms that local media are not absolutely neutral or interest-free. The neutrality of local mass media is also influenced by the dominance of media owners who have power relations with regional authorities.
Potensi munculnya kerentanan sosial akibat transmisi covid-19 pada upacara adat dan urgensi pendidikan kritis-higienik Marianus Mantovanny Tapung; Marianus Supar Jelahut
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 8, No 2 (2022): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020221339

Abstract

This phenomenological research aims to examine the potential for the spread of Covid-19 at every traditional ceremony, and the emergence of escalations that have an impact on social vulnerability in Manggarai. In addition, this study aims to examine the urgency of critical hygiene education for the community so that they are wiser and wiser when participating in social activities, and have critical awareness to apply health protocols and behave in a healthy and clean life. This study uses a critical phenomenological method with the stages of exploring the experiences or social actions experienced by the Manggarai people when they are in a Covid-19 pandemic situation, especially related to clean and healthy living behavior, then analyzing the causes. The conclusion in this study is that although traditional ceremonies remain an inseparable part of the lives of the Manggarai people because of their various noble goals, the form of crowds during the Covid-19 pandemic has the potential to accelerate the transmission of the virus. Corona virus transmission can be through contact with body parts, saliva splashes, cutlery and drinking utensils, animal victims, dowry items, etc. For this reason, it is the duty and responsibility of the local government and the community to always make the public aware by making rules, socialization, promotion of dissemination and critical-hygienic education about the dangers of Covid-19 and the importance of following health protocols, such as reducing crowds, maintaining distance, wearing masks, and washing hands.