Sugita, I Wayan
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH LANJUTAN ATAS KEAKRABAN GURU-MURID DENGAN KARYA SASTRA Sugita, I Wayan
Kalangwan: Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.276 KB)

Abstract

The high school is the last level in the framework of basic education, which prepares students to continue their education or to college, or to the largest number work in the society. Especially if we remember this second possibility, that possibility can not be avoided by the majority of high school graduates as a result of the state of our education today, then we should be really concerned. These concerns are not just demanding to pitch our chest, but and even more demanding of ourselves efforts to bridge the gaps between reality and expectations of education
WACANA KESENIAN GENJEK Sugita, I Wayan
Kalangwan: Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.938 KB)

Abstract

Kesenian genjek ini tergolong jenis kesenian tradisional Bali yang memadukan antara seni suara dengan seni musik tradisional Bali yang dapat digolongkan sebagai etnomusikologi. Genjek sebagai salah satu kesenian tradisional yang memadukan antara kesenian musik tradisional dengan seni suara ini juga mempunyai ekspresi, nilai, dan pesan yang ingin disampaikan lewat syairsyair lagu yang dinyanyikan itu. Nilai dan pesan itu dapat berupa kritik sosial, percintaan, nasihat, dan bahkan mungkin ada yang bersifat religius. Dalam tulisan ini dicoba untuk mengkaji bentuk, fungsi, dan makna pada wacana kesenian genjek dengan menggunakan teori ethnography speaking oleh Dell Hymes (1972). Adapun sumber data tulisan ini adalah data lisan yang telah direkam dalam bentuk kaset rekaman dan telah banyak diperjualbelikan di toko-toko kaset. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa bentuk wacana kesenian genjek di Bali ini berupa syair lagu yang dikemas dengan menggunakan bahasa Bali. Pemilihan bentuk bahasanya disesuikan dengan pesan nilai yang ingin disampaikan. Fungsi wacana kesenian genjek ini selain sebagai hiburan, juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan terhadap gejala kemasyarakatan yang sedang berkembang.Makna wacana kesenian genjek ini adalah untuk memperoleh kesadaran warga masyarakat dan dapat melakukan introspeksi diri dalam berperilaku sosial.
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER Sugita, I Wayan
GUNA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN HINDU Vol 5, No 2 (2018): Guna Widya : Jurnal Pendidikan Hindu
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1083.86 KB)

Abstract

Pendidikan nasional Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai masalah. Capaian hasil pendidikan masih belum memenuhi hasil yang diharapkan. Pembelajaran di sekolah belum mampu membentuk secara utuh pribadi lulusan yang mencerminkan karakter dan budaya bangsa. Proses pendidikan masih menitikberatkan dan memfokuskan capaiannya secara kognitif. Sementara, aspek afektif pada diri peserta didik yang merupakan bekal kuat untuk hidup di masyarakat belum dikembangkan secara optimal. Karena itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa merupakan seatu keniscayaan untuk dikembangkan di sekolah. Sekolah sebagai pusat perubahan perlu mengupayakan secara sungguh-sungguh pendidikan yang berbasis karakter dan budaya bangsa. Karakter dan budaya bangsa yang dikembangkan di sekolah harus diselaraskan dengan karakter dan budaya lokal, regional, dan nasional. Untuk itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa perlu dikembangkan berdasarkan kearifan lokal.
GEGURITAN NALADAMAYANTI ANALISIS PENOKOHAN Sugita, I Wayan
GUNA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN HINDU Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.187 KB)

Abstract

Tokoh utama (protagonis) diduduki oleh Raja Nala, sedangkan tokoh antagonis diperankan oleh Dewi Damayanti. Penokohan Raja Nala mengalami perubahan atau dilukiskan secara dinamis, secara fisik, semula tampan, kemudian berubah menjadi cacat, kurus, dan kotor, akhirnya kembali tampan sesuai dengan rangkaian peristiwa yang dialaminya. Raja Nala secara psikologis diceritakan berwatak jujur, adil, bijaksana, dan setia. Perilaku Raja Nala didorong oleh faktor kekuasaan dan seks, yakni ia berusaha merebut kembali cinta kasihnya dengan Dewi Damayanti yang telah ditinggalkannya di tengah hutan. Beliau mengalami kesedihan dan kesengsaraan karena tidak mampu mengendalikan pikirannya dan mengingkari kesetiaannya kepada Dewi Damayanti. Pernikahan dengan Raja Nala merupakan pertemuan jodoh yang serasi, harmonis, dan sangat setia. Kesetiaan Dewi Damayanti diuji oleh Catur Dewata.Kata Kunci: Penokohan