Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : LENSA

Dongeng sebagai Sarana Pembentukan Kepribadian pada Era Disrupsi (Fairy Tales as a Means of Personality Formation in the Era of Disruption) Krisna Pebryawan; Luwiyanto Luwiyanto
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.438 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.1-14

Abstract

Era disrupsi membawa pengaruh yang kuat bagi perubahan kehidupan masyarakat. Inovasi teknologi yang terjadi di semua sektor membuat persaingan semakin ketat. Literasi lama seperti membaca, menulis, dan matematika tidak cukup untuk sekedar bertahan hidup. Dibutuhkan literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Sehingga tidak hanya intelegensinya yang perlu ditingkatkan, tetapi juga aspek manusianya juga perlu ditingkatkan supaya lebih manusiawi dan berbudaya. Oleh karenanya, dongeng sebagai warisan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal perlu diajarkan kepada generasi X dan Y untuk lebih arif memaknai era disrupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun data yang digunakan berupa kumpulan dongeng yang didapat dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa dongeng dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk kepribadian anak. Nilai yang bisa dipetik dari cerita dongeng adalah nilai religi, nilai sosial (kesetiawakanan), dan nilai budaya. Selain ketiga nilai tersebut, dongeng juga mengandung pendidikan seperti kerjasama, kerja keras, pantang menyerah dan kemandirian.Kata kunci: dongeng, kepribadian, disrupsiABSTRACTThe disruption era brings a strong influence on the changing lives of the people. Technological innovations that occur in all sectors make competition even tighter. Old literature such as reading, writing, and mathematics is not enough to just survive. Data literacy, technology literacy and human literacy are needed. So that not only the intelligence needs to be improved, but also the human aspect also needs to be improved so that it is more humane and cultured. Therefore, fairy tales as cultural heritage that have the value of local wisdom need to be taught to generations X and Y to be wiser in understanding the disruption era. The method used in this research is descriptive qualitative. The data used in the form of a collection of fairy tales obtained from various sources. Based on the results of the analysis conducted, it was found that fairy tales can be used as the formation of the child's personality. The values that can be taken from fairy tales are religious values, social values (kesetiawakanan), and cultural values. In addition to these three values, fairy tales also contain education such as cooperation, hard work, never give up and independence.