Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Bahasa Rupa Kartun Konpopilan Pada Koran Kompas Tahun 2016 Nuriarta, I Wayan; Bayu Artha, I Gede Agus Indram
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 5 (2017): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.28 KB) | DOI: 10.31091/sw.v5i0.191

Abstract

Untuk menghadirkan humor ataupun kritik sosial, sebuah kartun pada koran biasanya memanfaatkan dua teks yaitu teks visual dan teks verbal. Kedua teks tersebut sangat diperlukan karena saling membutuhkan satu sama yang lainnya. Sementara kartun Konpopilan yang hadir pada Koran Kompas Minggu justru berbeda. Kartun ini dengan tegas menyatakan ‘dirinya’ adalah sebuah karya komunikasi visual yang hanya menggunakan teks visual tanpa teks verbal. Latar belakang tersebut menjadikan penelitian ini dilakukan dengan tujuan; (a) Untuk mendeskripsikan bahasa rupa kartun Konpopilan pada Koran Kompas tahun 2016, (b) Untuk mendeskripsikan makna denotasi dan makna konotasi kartun Konpopilan pada Koran Kompas tahun 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahasa rupa kartun Konpopilan berisi Isi wimba berupa manusia bercaping dan berbagai satwa, Cara Wimbanya menggunakan ukuran very long shot, long shot, medium long shot, Tata Ungkap Dalam memanfaatkan cara wimbanya dengan sudut pengambilan wajar, Tata Ungkap Luar tidak terdapat pada kartun dengan gaya ungkap 1 panil, namun terjadi pada penggambaran strips yang memanfaatkan lebih dari 1 panil. Makna denotasinya adalah sebuah narasi seorang manusia bercaping bersama para satwa yang hadir pada tiap panil dengan makna konotasi sebagai sebuah kartun kritik terhadap manusia dalam menjaga lingkungan.To bring humor or social criticism, a cartoon on newspapers usually uses two kinds of text, such as visual text and verbal text. Both of them are reinforcing the message that delivered by the cartoonist, either humor or criticism. If one of these texts does not exist, the message will be very difficult to understand as they need each other.  Konpopilan cartoon is published in Kompas newspaper every Sunday is different. This cartoon firmly states 'itself' is a work of visual communication. That background study brought this research has some objectives, such as; (a) To describe the visual language that the Konpopilan cartoons were published in Kompas Newspaper in 2016, (b) To describe the meaning of denotation and connotation of Konpopilan cartoons in Kompas newspaper in 2016. This research used Qualitative research. Konpopilan cartoon uses visual language, such as; Isi Wimba that presented by a person who wears a traditional woven bamboo hat and animals, Cara Wimba uses very long shot, long shot, and medium long shot, Tata Ungkap Dalam uses normal perspective, Tata Ungkap Luar is not presented in 1 frame cartoon style but presented by strip comics which uses more than one frame. Denotation meaning of this cartoon is described by the person who wears a traditional woven bamboo hat and some animals that has connotation meaning as a cartoon focusing on social criticsm; how human being should take care of the environment.
Elemen Desain Komunikasi Visual Dalam Merchandise Iklan Politik Pasangan Dharmanegara Pada Pilkada Kota Denpasar 2014 Wirawan, I Gusti Ngurah; Nuriarta, I Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3130.032 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.356

Abstract

Iklan politik, menjadi perhatian utama dalam mekanisme industri citra yang dihadirkan sekedar menjadi alat bantu untuk mendekatkan gagasan dan karya nyata sang caleg pada masyarakat calon pemilih. Biasanya berwujud : rontek, spanduk, poster, stiker, baliho caleg, dan bendera parpol yang ditebarkan di ruang publik. Pada kenyataannya dalam pilkada 2014, keberadaan iklan politik menjadi salah kaprah, para caleg berkampanye hanya mengandalkan pemasangan alat peraga kampanye berbentuk iklan ruang. Alat peraga kampanye cenderung menjadi sampah visual. Berbeda halnya dengan pasangan DharmaNegara, selain mengandalkan alat peraga kampanye iklan ruang, pasangan ini menggunakan merchandise sebagai media kampanye. Merchandise yang digunakan berupa mug lengkap dengan packagingnya dan T-Shirt. Menariknya lagi, didalamnya mengkombinasikan gaya visual WPAP dengan elemen desain komunikasi visual. WPAP sendiri merupakan salah satu jenis konsep vektor yang bertekstur bidang yang saling silang-bersilang dengan perbedaan dan pemilihan warna yang khusus tanpa menghilangkan karakter dari objek tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat dikaji lebih dalam lagi sesuai dengan keilmuan desain komunikasi visual. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif. Data dalam bentuk primer dan sekunder dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi dan internet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, estetika dan makna yang terkandung dalam elemen desain komunikasi visual pada merchandise  iklan politik pasangan DharmaNegara pilkada Kota Denpasar tahun 2014.Political advertising is a major concern in the mechanism of the image industry presented simply to be a tool to bring the ideas and concrete works of the candidates to the community of prospective voters. Usually tangibles, banners, posters, stickers, billboards, and flags of political parties are spread in public spaces. In fact, in the 2014 election, the existence of political advertisements became misguided, the legislative candidates only rely on the installation of campaign props in the form of ad space. The campaign props tend to be visual garbage. Unlike the case with DharmaNegara couples, in addition to relying on advertising space campaign props, these couples use merchandise as a campaign. Merchandise used in the form of mugs complete with packaging and T-Shirt. Interestingly, it combines the visual style of WPAP with visual communication design elements. WPAP is one kind of vector concept that is textured in a field that crisscross each other with distinction and special color selection without losing the character of the object. It becomes the main attraction to be studied more deeply in accordance with the science of visual communication design. This research uses qualitative descriptive approach. Informations in primary and secondary forms were collected through observation, interview, literature, documentation and internet techniques. The purpose of this study to knowing the form, aesthetics and the meaning contained in the visual communication design elements on the merchandise of political advertising partner DharmaNegara Election Denpasar in 2014.
Kajian Semiotika Kartun Majalah Tempo Tahun 2019 Nuriarta, I Wayan
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.372 KB)

Abstract

Di Indonesia, tahun 2019 disebut juga sebagai tahun politik karena berlangsungnya pemilihan eksekutif dan legislatif secara bersamaan pada 17 April 2019. Memasuki awal tahun ini, berbagai peristiwa politik selalu menjadi pemberitaan utama media massa seperti Majalah Tempo. Selain berita, opini-opini yang dihadirkan majalah Tempo dikenal masyarakat sebagai opini yang kritis termasuk opininya menggunakan kartun. Kartun Majalah Tempo adalah kartun editorial yaitu sebuah karya visual yang hadir untuk memberikan opini atau kritik terhadap peristiwa sosial-politik. Sejalan dengan hal tersebut, tahun 2019 menjadi ladang yang ‘subur’ bagi kartun Majalah Tempo untuk menyampaikan opini tentang peristiwa politik dengan memanfaatkan teks visual dan teks verbal. Latar belakang tersebut menjadikan penelitian ini dilakukan dengan tujuan; (a) Untuk mendeskripsikan teks visual dan teks verbal kartun Majalah Tempo tahun 2019, (b) Untuk mendeskripsikan makna denotasi dan makna konotasi kartun Majalah Tempo tahun 2019. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan teks visual yang menghadirkan manusia dan teks verbal kartun yang menghadirkan tulisan-tulisan sebagai pendukung pesan yang disampaikan. Makna denotasinya adalah sebuah narasi figur-figur manusia yang menjadi tanda untuk merepresentasikan peristiwa, dan dengan makna konotasi sebagai sebuah kartun kritik terhadap persoalan yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan.
Nilai-Nilai Tradisi dan Modernitas Pada Karya Nyoman Gunarsa Nuriarta, I Wayan; Wijna Bratanatyam, I Bagus
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.639 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.551

Abstract

Dalam lukisannya, Gunarsa melakukan penggalian nilai dan spirit yang terkandung dalam entitas budaya dan seni tradisional Bali. Pada konteks ini, Gunarsa juga menyerap tradisi seni modern yaitu; fine art (seni murni) melalui bangku akademis. Gunarsa melahirkan estetika ”baru” dari penggabungan kaidah-kaidah modern dengan nilai-nilai tradisi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam bentuk kajian akademis terhadap karya-karya Nyoman Gunarsa yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Seni Lata Mahosadhi ISI Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengumpulkan, menyaring dan menganalisis data. Teori kritik seni Feldman digunakan dalam kajian terhadap karya-karya Nyoman Gunarsa dimulai dengan deskripsi dan analisis formal terhadap aspek-aspek formal, dilanjutkan dengan interpretasi terhadap keterkaitan aspek formal tersebut dengan representasi nilai-nilai tradisi dan modernitas dan terakhir evaluasi. Data tersebut dijabarkan secara deskriptif untuk mendapatkan hasil yang jelas terhadap masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Setelah semua data dianalisis dan dibahas secara mendalam, langkah terakhir adalah menyimpulkan temuan-temuan yang diperoleh sesuai dengan data yang ada, yang didasarkan pada ruang lingkup permasalahan yang dikaji.In his painting, Gunarsa explores the values and spirit contained in artistic entities and Balinese traditional culture. In this context, Gunarsa also absorbs modern art traditions, named; fine art through formal studies. Gunarsa has founded a “new” aesthetic of paintings by combining the modern principles with Balinese traditional values. This study aims to increase knowledge in the form of academic studies on the works of Nyoman Gunarsa stored in the Lata Mahosadhi Art Documentation Center, ISI Denpasar. This study uses a qualitative research design to collect, filter and analyze the data. Feldman’s art criticism theory used in this study of Nyoman Gunarsa’s works. It begins with a formal description and analysis of the formal aspects, followed by an interpretation of the relationship between the formal aspects and the representation of traditional values and its modernity, and then the evaluation. The data is described descriptively to get clear results on the problems proposed in this study. After all the data are analyzed and discussed deeply, then the final step is to conclude the finding items from the available data, which is based on the scope of the problem being examined. 
Bentuk, Fungsi Dan Makna Ornamen Pada Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu Di Pusat Dokumentasi Seni Institut Seni Indonesia Denpasar Agus Indram Bayu Artha, I Gede; Nuriarta, I Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 2 (2019): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1755.817 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i2.819

Abstract

Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Ornamen pada suatu benda maupun produk diharapkan memiliki penampilan yang lebih baik, menarik, memiliki nilai estetis dan mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Di dalam ornamen ada yang disebut dengan istilah motif dan pola ornamen. Motif merupakan unsur pokok ornamen, Selanjutnya pola merupakan bentuk pengulangan dari motif. Motif dan pola ornamen yang dituangkan ke-dalam benda maupun produk, nantinya dapat dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari, keagamaan, seni, dan budaya. Di Bali penggunaan ornamen juga digunakan pada alat upacara keagamaan, benda-benda seni dan budaya, misalnya pada gamelan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mengambil objek tentang ornamaen yang ada pada salah satu gamelan bali, yaitu ornamen pada gamelan semar pegulingan saih pitu yang ada di pusat dokumentasi (PUSDOK) seni Institut Seni Indonesia Denpasar (ISI Denpasar). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, fungsi dan makna ornamen pada gamelan semar pagulingan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Hasil Penelitian menunjukan bentuk ornamen, fungsi estetis, simbolis dan konstruksi, serta memunculkan makna denotatif dan konotatif pada cerita arjuna wiwaha dalam ornamen tersebut.
Kajian Komik Kartun Panji Koming Di Tahun Politik Nuriarta, I Wayan; Wirawan, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 2 (2019): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.697 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i2.821

Abstract

Kartun-kartun panji Koming yang hadir pada Koran Kompas Minggu saat tahun politik adalah sebuah kartun kritik. Kartun ini unik karena cara berceritanya menggunakan komik strip dengan narasi kisah di zaman Majapahit, namun selalu memiliki konteks kekinian. Secara visual Kartun Panji Koming sangat menarik untuk dibongkar karena cara berceritanya menggunakan gaya ungkap komik yang berarti adanya pemanfaatan panel-panel serta kombinasi kata dan gambar dalam menyampaikan pesan. Selanjutnya pesan yang dihadirkan melalui kombinasi gambar dan kata juga menarik untuk diungkap karena; pertama, kartun ini bukan saja dikenal kritis, melainkan juga keras. Kedua, bahwa seri kartun Panji Koming dimuat di Koran Kompas yang merupakan Koran dengan jumlah oplah yang besar, yang terutama memang beredar dikalangan kelas menengah yang diandaikan juga sebagai pembaca yang kritis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kartun Panji Koming sangat penting untuk dikaji terkait transisi panelnya serta pemanfaatan kata dalam panel untuk mengungkap makna. Kajian komik menggunakan teori komik McCloud dan penafsiran maknanya akan dibedah menggunakan teori semiotika Barthes tentang makna denotasi dan makna konotasi. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam bentuk kajian akademis terhadap komik kartun Panji Koming pada Koran Kompas. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif untuk mengumpulkan, menyaring dan menganalisis data. Objek penelitian ini difokuskan pada analisis pilihan momen, pilihan bingkai, pilihan citra, pilihan kata, pilihan alur serta makna denotasi dan makna konotasi. Objek penelitian tersebut didasarkan pada analisis teori komik yang dikembangkan oleh McCloud dan makna denotasi dan makna konotasi dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes.
KAJIAN VISUAL KARTUN KONPOPILAN Nuriarta, I Wayan
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol 12, No 02 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.139 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v12i02.13922

Abstract

To bring humor or social criticism, a cartoon on newspapers usually uses two kinds of text, such as visual text and verbal text. Both of them are reinforcing the message that delivered by the cartoonist, either humor or criticism. If one of these texts does not exist, the message will be very difficult to understand as they need each other.  Konpopilan cartoon is published in Kompas newspaper every Sunday is different. This cartoon firmly states ‘itself’ is a work of visual communication. That background study brought this research has some objectives, such as; (a) To describe the visual language that the Konpopilan cartoons were published in Kompas Newspaper in 2016, (b) To describe the meaning of denotation and connotation of Konpopilan cartoons in Kompas newspaper in 2016. This research used Qualitative research. The results of this research shown that the visualization of Kompopilan cartoons are a man who wears traditional woven bamboo hat and animals. This research uses visual language as it mean discussion. Cara Wimba uses very long shot, long shot, and medium long shot, Tata Ungkap Dalam uses normal perspective, Tata Ungkap Luar is not presented in 1 frame cartoon style but presented by strip comic that uses more than one frame. Denotation meaning of this cartoon is described by the person who wears a traditional woven bamboo hat and some animals that has connotation meaning as a cartoon focusing on social criticsm; how human being should take care of the environment and anti corruption.
POSTER SEBAGAI MEDIA REPRESENTATIF DALAM PENCITRAAN IDENTITAS BUDAYA BALI PADA MASA KOLONIAL (BELANDA) Nuriarta, I Wayan -
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol 11, No 01 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.812 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v11i01.10974

Abstract

ABSTRACT The poster is a type of media which  shows the Balinese culture during the colonial (Dutch) period.  It  aims to express the exoticness of Bali during the Dutch era. The significance of each sign on the poster depends on how one sees the culture. Posters as a visual communication medium expresses the meaning of the details and images through the viewpoint of semiotics. The discussion in this study will use a method of semiotic analysis conducted in understanding and reading of a masterpiece of visual communication design. The results of semiotic analysis in this article essentially can be described that the  poster in the colonial period refers to Balinese culture representing women as the main object. The significance of this Balinese woman is exotic, honest, and innocent. Plants, meru, and mountains also  on the poster show the beauty of Bali. The poster clearly shows that Bali is a paradise island.Key words: poster, colonial, significanceABSTRAK  Kajian poster sebagai media representatif dalam pencitraan identitas budaya Bali pada masa kolonial (Belanda) bertujuan untuk mengungkap tanda pada poster Bali di masa kolonial Belanda yang mampu menjadi media publikasi tentang keeksotikan Bali, dan bagaimana makna setiap tanda pada poster yang acap bertumpu pada konsep pemikiran budaya. Poster sebagai sebuah media komunikasi visual diungkap makna atas tanda yang muncul didalamnya melalui sudut pandang semiotika. Pembahasan dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis semiotika yang dilakukan dalam pemahaman dan pembacaan terhadap sebuah karya desain komunikasi visual. Hasil analisis semiotika dalam artikel ini dapat dideskripsikan bahwa pada hakekatnya poster Bali pada masa kolonial mengacu pada konsep kebudayaan dengan menghadirkan perempuan Bali sebagai obyek utama poster. Perempuan Bali ini memiliki makna eksotik, jujur dan polos. Pada poster juga dihadirkan tumbuhan, meru dan pegunungan yang memperlihatkan keindahan Bali. Dengan menunjukan gambaran seperti ini, tentu bertujuan untuk memperlihatkan Bali sebagai ‘pulau surga’. Poster Bali pada masa kolonial memiliki peranan yang sangat penting dalam mengkonstruksi citra identitas buadaya Bali sebagai pulau surga.Kata Kunci: Poster, Kolonial, Makna
Komunikasi Visual Kartun Sompret Karya I Wayan Sadha Nuriarta, I Wayan; Indram Bayu Artha, I Gede Agus; Pramesti, Ni Putu Dhea; Sastra Wibawa, Pande Putu
Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya Vol 16, No 2 (2021): SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Hindu Dharma Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/wd.v16i2.2886

Abstract

This paper was written to read visual signs and verbal marks contained in the cartoon Sompret by I Wayan Sadha. I Wayan Sadha's Sompret cartoon has its uniqueness as a work of visual communication. The uniqueness is that the visual communication of this cartoon presents illustrations, typography, and layouts with a deep appreciation of Balinese culture. The illustration presents a Balinese wearing a headdress is a representation of a Balinese in traditional culture. The illustration of a Balinese without a headdress is a representation of a Balinese who is in the modern culture. The typography used utilizes the display font to present the conversation and clarify the description of the image. The letters are used to explain the issue raised as Sadha's opinion and point of view on the Bali issues. Sadha's Sompret Cartoons only use lines, no color, so his works appeared as black and white cartoons. Sompret cartoons used the symmetrical balance composition and hidden balance layout, the perspective of human eye level, and the perspective of a bird's eye. This research uses descriptive qualitative research method. Semiotic theory is used in this research and focus on denotation and connotation meaning. Denotationally, the Sompret cartoon of Sadha presents a narrative of events based on the issue raised related to Balinese traditional culture and the flow of globalization. The work is created in a one-panel cartoon. The story of this cartoon sometimes with conversations of several characters or only illustrations of the characters without any conversation. With the narrative being built, the meaning of the connotation can be read. The connotations meaning of Sompret cartoons as opinion cartoons is showing the flow of globalization or modern culture in the middle of the strength of the Balinese traditional culture. Connotatively this cartoon can be read as a development of globalization in Bali.
ANALISIS VISUAL GAMBAR ANAK PADA MASA PRA-SKEMATIK Nuriarta, I Wayan; Krisna Ari, Ida Ayu Dwita; Suryawan, I Gde
PRATAMA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pw.v6i2.2930

Abstract

This article aims to read visual signs and verbal signs by utilizing the children's drawings during the pre-schematic stage. The reading of the signs will be used to describe the elements of fine arts in the children's drawing.  Four works of kindergarten children were chosen and observed. The four works are entitled "Mother", "Brother", "Zoo" and "Tree". These have been selected as the subjects of the study. These four works were chosen because these works were created by using different media, such as pencil on paper, watercolors on paper, and digital media. The object of this study is focused on visual analysis of the children's drawings on the elements of art, such as points, lines, shape, spaces, and colors. The pre-schematic stage is characterized by the appearance of circular images with lines that seem to indicate human or animal figures. During this stage, the scheme (the visual idea) is developed. The drawing shows what the child considers most important about the subject. There is a little understanding of space - objects are placed randomly throughout the image. The use of color is more emotional than logical. The elements of fine art are shown in the drawings can be described as the result of the observation 1) The lines have been controlled so has formed the image. 2) The shape of the object described has been identified as representing the object that the child wants to describe. 3) The colors used to fill the shapes are based on the child's imagination and desires except the color used to fill the shape of the tree.  The colors of nature are the same as in real life, such as green leaves, blue sky, and green grass. In general, the image or drawing presented by the child is an illustration