Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki pada Pasien Lanjut Usia di Rumah Sakit Umum Surabaya Herawati, Fauna; Utomo, Andri
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.815 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.2.98

Abstract

Orang lanjut usia memiliki risiko tujuh kali lebih besar mengalami Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit di Irlandia melaporkan bahwa kejadian ROTD pada pasien lanjut usia sebesar 26%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat risiko ROTD dan jenis obat yang digunakan pada pasien lanjut usia rawat inap di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya Periode November–Desember 2014 dengan alat Gerontonet Score dan kriteria Screening Tool of Older People’s Prescriptions (STOPP). Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah responden 42 orang. Gerontonet score dan kriteria STOPP digunakan untuk melihat tingkat risiko dan jenis obat yang dapat meningkatkan ROTD. Gerontonet score terdiri dari 6 variabel (≥4 comorbid, gagal jantung, gangguan liver, jumlah obat, riwayat ROTD, dan gangguan ginjal); skor ≥4 menunjukkan pasien yang berisiko tinggi mengalami ROTD. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang paling banyak menentukan skor adalah GFR ≤60 mL/menit/1,73 m2 dan jumlah obat yang diterima pasien; 15 orang memiliki risiko tinggi (skor ≥4) mengalami ROTD; dan 9,7% (6/62) jenis obat yang termasuk dalam kriteria STOPP, yaitu: furosemid, aspirin, digoksin, dan golongan OAINS (diklofenak, ketoprofen, dan meloksikam). Jadi, GFR ≤60 mL/menit/1,73 m2 dan jumlah obat merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan ROTD.Kata kunci: Gerontonet score, kriteria STOPP, lanjut usia, ROTD Analysis of the Risk of Adverse Drug Reaction on Elderly Patients in General Hospital Surabaya Abstract Elderly people have the risk of adverse drug reaction (ADR) seven times as high as the adult ones. A research conducted in one of the hospitals in Ireland reported that the incident of ADR was 26%. The objective of this study was to find out the level of ADR risk and types of drugs used to treat elderly inpatients in Dr. Moh. Soewandhi General Hospital Surabaya for the period of November–Desember 2014 utilizing gerontonet score and Screening Tool of Older People’s Prescriptions (STOPP) criteria. The method of this research is cross sectional with a total of 42 participants. In this study, gerontonet score and STOPP criteria was used to analyze the data in order to determine the level of risk and types of drugs. Gerontonet score consists of 6 variables (>4 comorbid, heart failure, liver disorder, amount of drug, history of ADR, and kidney failure); score of ≥4 at presentation identified that the patient is at high risk of ADR. The result of this study showed the variables that mostly determine score was GFR ≤60 mL/min/1,73 m2; 15 participant at high risk of ADR (≥4); and amount of drugs used for treatments; and 9,7% (6/62) kind of drugs used for treatments was included in STOPP criteria: furosemide, aspirin, digoxin, and NSAID (diclofenac, ketoprofen, and meloxicam). The conclusion of this study showed GFR ≤60 mL/min/1,73 m2 and amount of drugs used for treatments increased the risk of ADR.Key words: ADR, elderly, Gerontonet score, STOPP criteria
Evaluasi Penggunaan Antibiotik dan Profil Kuman pada Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasuruan Yulia, Rika; Herawati, Fauna; Jaelani, Abdul K.; Anggraini, Wirda
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.967 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.2.69

Abstract

Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah salah satu komplikasi pembedahan yang paling umum terjadi di dunia, terutama di negara berkembang. Penggunaan antibiotik profilaksis sebelum operasi yang tepat dapat mengurangi ILO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik dan kesesuaian penggunaan antibiotik pada seksio sesarea dengan peta kuman rumah sakit, Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) 2016, Formularium Rumah Sakit (RS), Formularium Nasional (Fornas), serta mengidentifikasi profil kuman penyebab ILO pada luka pasien. Metode penelitian menggunakan metode cohort prospective melalui penelusuran data terhadap rekam medik pasien yang menjalani tindakan operasi seksio sesarea di salah satu rumah sakit di Kabupaten Pasuruan periode Maret–Mei 2017, yaitu data penggunaan antibiotik (jenis antibiotik, dosis, waktu pemberian) dan data peta kuman bulan Januari–Maret 2017 terkait resistensi antibiotik. Analisis data berupa deskripsi profil penggunaan antibiotik, kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien seksio sesarea dengan pedoman, dan profil kuman penyebab ILO. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien seksio sesarea adalah ampisilin/sulbaktam 37%, sefuroksim 34%, seftriakson 24%, sefazolin 5%, metronidazol 1%, dan gentamisin 1%. Kesesuaian berdasarkan jenis antibiotik secara berturut-turut 5% berdasarkan PPAB, 100% berdasarkan Formularium RS dan 63% berdasarkan Fornas. Hal ini disebabkan oleh pola sensitivitas sefazolin berdasarkan peta kuman bulan Januari–Maret 2017 semakin menurun. Kesesuaian berdasarkan dosis antibiotik 100% sesuai berdasarkan PPAB, Formularium RS dan Fornas. Kesesuaian berdasarkan dosis antibiotik dan waktu pemberian 92% sesuai berdasarkan PPAB. Kuman yang ditemukan pada luka pasien adalah bakteri Hafnia alvei.Kata kunci: Antibiotik profilaksis, Infeksi Luka Operasi, seksio sesarea Evaluation of Antibiotics Use and Bacteria Profile of Caesarean Section at Regional General Hospital, PasuruanAbstractSurgical Site Infection (SSI) is one of the most common surgical complications in the world, especially in developing countries. Proper use of prophylaxis antibiotics in appropriate intraoperative procedures may reduce SSI. The aim of this study was to determine the profile of antibiotic used and the adherence of antibiotic in caesarean section to Hospital Guideline 2016, Hospital Formulary, National Formulary, bacteria profile that cause SSI on the patient’s wound. Method used in this study was cohort prospective study design using record data of patients who underwent caesarean section surgery at Regional General Hospital of Pasuruan from March–May 2017, i.e. antibiotics usage data (type, dosage and time of delivery) and microbial pattern data about antibiotic resistance from January–March 2017. Data analysis was description of the profile of antibiotic use, adherence use of antibiotic of caesarean section inpatients to the guidelines, and profile of bacteria that cause SSI. The results showed that the use of antibiotics in caesarean section patients was ampicillin/sulbactam 37%, cefuroxime 34%, ceftriaxone 24%, cefazolin 5%, metronidazole 1%, and gentamycin 1%. Adherence by type of antibiotics was 5% based on Hospital Guideline, 100% based on Hospital Formulary and 63% based on National Formulary. This was due to a decrease of cefazolin sensitivity pattern from 20% to 0% in January–March 2017 period. Adherence of antibiotic dosage was 100% based on Hospital Guideline, Hospital Formulary and National Formulary. Adherence of time of delivery 92% was based on Hospital Guideline. Bacteria found in the wounds of patients was Hafnia alvei.Keywords: Caesarean section, prophylaxis antibiotic, surgical site infection
Tingkat kesepahaman masalah terkait obat antara dokter dan apoteker di apotik Herawati, Fauna; Astrini, Ni Nyoman Yuni; Wirasuta, I Made Agus Gelgel
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4287.556 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v9i1.549

Abstract

ABSTRAK: Kolaborasi antar tenaga kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien. Kolaborasi antar tenaga kesehatan didefinisikan sebagai profesional tenaga kesehatan dengan peran yang saling melengkapi dan kooperatif bekerja sama, berbagi tanggung jawab untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk merumuskan dan melaksanakan rencana perawatan pasien; demikian pula dalam kolaborasi dokter dan apoteker, diperlukan kesepahaman tentang masalah terkait obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesepahaman dokter-apoteker di klinik pada periode September-Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dan dilakukan di salah satu apotek di Bali yang bekerja sama dengan dokter spesialis penyakit dalam. Sampel penelitian adalah resep dokter spesialis penyakit dalam dan pengambilan resep dilakukan secara consecutive sampling. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh berjumlah 102 lembar resep pasien diabetes melitus rawat jalan yang akan di analisis melalui 3 tahap dengan menggunakan elemen MTM, PCNE versi 6.2, dan kappa agreement. Hasil analisis menunjukkan tingkat kesepahaman (κ) sebesar  0,84. Kesepahaman antara dokter dan apoteker tentang masalah terkait obat cukup tinggi (95% sepaham); ketidaksepahaman terutama terkait aspek farmasetik, oleh karena itu apoteker perlu meningkatkan pengetahuan agar dapat berkontribusi dalam kolaborasi tersebut. Apoteker dalam kolaborasi interprofesional dapat berperan dalam pengaturan dosis, identifikasi efek samping, rekonsialiasi pengobatan, dan memberikan rekomendasi terapi berbasis bukti.
Tingkat kesepahaman masalah terkait obat antara dokter dan apoteker di apotik Herawati, Fauna; Astrini, Ni Nyoman Yuni; Wirasuta, I Made Agus Gelgel
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4287.556 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v9i1.549

Abstract

ABSTRAK: Kolaborasi antar tenaga kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien. Kolaborasi antar tenaga kesehatan didefinisikan sebagai profesional tenaga kesehatan dengan peran yang saling melengkapi dan kooperatif bekerja sama, berbagi tanggung jawab untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk merumuskan dan melaksanakan rencana perawatan pasien; demikian pula dalam kolaborasi dokter dan apoteker, diperlukan kesepahaman tentang masalah terkait obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesepahaman dokter-apoteker di klinik pada periode September-Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dan dilakukan di salah satu apotek di Bali yang bekerja sama dengan dokter spesialis penyakit dalam. Sampel penelitian adalah resep dokter spesialis penyakit dalam dan pengambilan resep dilakukan secara consecutive sampling. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh berjumlah 102 lembar resep pasien diabetes melitus rawat jalan yang akan di analisis melalui 3 tahap dengan menggunakan elemen MTM, PCNE versi 6.2, dan kappa agreement. Hasil analisis menunjukkan tingkat kesepahaman (κ) sebesar  0,84. Kesepahaman antara dokter dan apoteker tentang masalah terkait obat cukup tinggi (95% sepaham); ketidaksepahaman terutama terkait aspek farmasetik, oleh karena itu apoteker perlu meningkatkan pengetahuan agar dapat berkontribusi dalam kolaborasi tersebut. Apoteker dalam kolaborasi interprofesional dapat berperan dalam pengaturan dosis, identifikasi efek samping, rekonsialiasi pengobatan, dan memberikan rekomendasi terapi berbasis bukti.
Influence of historical use of antibiotics toward antibiotic resistance Alkindi, Fawandi Fuad; Yulia, Rika; Herawati, Fauna; Jaelani, Abdul Kadir
Farmasains : Jurnal Farmasi dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 1 (2019): April
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.669 KB) | DOI: 10.22219/farmasains.v4i1.7901

Abstract

A WHO’s Global Surveillance of Antibiotic Resistance showed there is an increase of antimicrobial resistance in Asia between 2013 until 2014. Many studies showed that there is a correlation between prior antibiotic use with antimicrobial resistance case. The primary objective of this study is to analyze the relationship between prior antibiotic use with antimicrobial resistance. İt was a retrospective and descriptive study conducted at Bangil Regional General Hospital. The data collected from the medical record and microbiological test from the patient at the internal ward. Chi-square analysis used for the statistic. This study showed that prior antibiotic use increased 0,399 bigger for antimicrobial resistance rate (p=0,001). 
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TULUNGAGUNG Ilmi, Tsamrotul; Yulia, Rika; Herawati, Fauna
Jurnal Inovasi Farmasi Indonesia (JAFI) Vol 1, No 2 (2020): Vol. 1 No. 2 Juni 2020
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jafi.v1i2.903

Abstract

Pneumonia adalah infeksi jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau parasit. Antibiotik merupakan terapi utama pada pneumonia oleh bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan kesesuaian atau ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Tulungagung periode Januari-Juni 2017. Metode penelitian observasional, data diambil secara retrospektif dari rekam medis pasien dan data penggunaan antibiotik dari Instalasi Farmasi, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan jenis antibiotik terbanyak yang digunakan pada 130 pasien pneumonia unspecified rawat inap non ICU di Ruang Pulmonary adalah levofloxacin iv (62,71%), ceftriaxone (27,21%), dan  cefotaxim (5,67%). Kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan pedoman terapi berupa Panduan Praktik Klinik RSUD Dr. Iskak Tulungagung SM Paru 2014, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2014), Infections Diseases Sociaty of America/American Thoracis Consensus  Guidelines on the Managemen of Community-Acquired Pneumonia in Adult (IDSA/ATS, 2014) dan Drug Information Handbook (DIH, 2011) didapatkan hasil penelitian bahwa yang tepat jenis antibiotik 85,38%, tepat dosis 100%, tepat frekuensi 100% dan tepat lama pemberian 42,34%. Penilaian ketepatan penggunaan antibiotik yang rasional berdasarkan rata-rata kriteria 4 tepat adalah sebesar 81, 93%.
Persepsi Tenaga Kesehatan dalam Praktik Kolaborasi Interprofesional di Rumah Sakit di Banyuwangi Kusuma, Meradiana Widya; Herawati, Fauna; Setiasih, Setiasih; Yulia, Rika
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 20, No 2 (2021): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.20.2.106-113

Abstract

Latar belakang: Pelayanan multidisiplin dapat menimbulkan konflik personal dan pelayanan kesehatan menjadi lambat. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang tepat serta meningkatkan kualitas mutu layanan kesehatan maka perlu dilakukan praktik kolaborasi interprofesional yang efektif. Penilaian obyektif dari praktik kolaborasi dapat dilihat dari persepsi tenaga kesehatan dengan menggunakan instrumen yang valid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi tenaga kesehatan dalam praktik kolaborasi interprofesional di rumah sakit.Metode: Penelitian ini cross-sectional menggunakan kuesioner Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) kepada tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi. Pengumpulan data melalui google form dilakukan selama bulan Oktober-November 2020. Kuesioner CPAT terdiri dari 53 pernyataan dan 8 domain, yaitu hubungan antar anggota; hambatan tim dalam kolaborasi; hubungan tim dengan masyarakat; koordinasi dan pembagian peran; pembuatan keputusan dan manajemen konflik; kepemimpinan; misi, tujuan dan sasaran; serta keterlibatan pasien. Reliabilitas kuesioner CPAT baik, Cronbach’s alpha sebesar 0,977. Nilai kuesioner dihitung menggunakan skala likert-5-poin dan dianalisis deskriptif lebih lanjut menggunakan SPSS 21.Hasil: Penelitian ini melibatkan 109 responden tenaga kesehatan. Tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) menurut jenis kelamin, usia dan lama pengalaman kerja. Ditinjau dari masing-masing profesi, terdapat perbedaan bermakna pada domain koordinasi dan pembagian peran (p=0,013). Hasil penelitian ini menunjukkan dokter/dokter spesialis memiliki nilai rata-rata pada domain tersebut lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain. Ini membuktikan mereka kurang memahami peran diri sendiri maupun tenaga kesehatan lain dalam melakukan praktik kolaborasi interprofesional.Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi oleh dokter/dokter spesialis terkait koordinasi dan pembagian peran dalam menjalankan praktik kolaborasi interprofesional.
Profil Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah di Salah Satu RS Swata Kota Surabaya Octavianty, Clara; Yulia, Rika; Herawati, Fauna; Wijono, Heru
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 20, No 3 (2021): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.20.3.168-172

Abstract

Latar belakang: Masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi masalah internasional, jika tidak segera ditangani maka dapat merugikan masyarakat di seluruh dunia dari segi kesehatan dan ekonomi Data Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN) memperkirakan pada tahun 2018 kematian akibat Antimicrobial Resistant (AMR) sekitar 700.000 jiwa dan diperkirakan juga pada tahun 2050, AMR menyebabkan kematian 10 juta jiwa/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode DDD/100 patient-days dan profil Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada pasien bedah di salah satu RS Swasta Kota Surabaya periode Januari-Juni 2019.Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif terhadap data rekam medik sampel penelitian. Subyek penelitian adalah pasien bedah periode Januari-Juni 2019 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 241 sampel penelitian, lalu dihitung dengan menggunakan metode DDD/100 patient-days.Hasil: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu kuantitas penggunaan antibiotik periode Januari-Juni 2019 didominasi oleh antibiotik ceftriaxone (J01DD04) dengan nilai total DDD/100 patient-days pada pre operasi yaitu 17,95, on operasi 23,57, dan post operasi 23,22.Simpulan: Konsumsi antibiotik terbanyak pada pre, on, dan post bedah didapatkan pada antibiotik ceftriaxone.Kata kunci: Kuantitas antibiotik, pasien bedah, antibiotik profilaksis ABSTRACT Title: Usage Profile Prophylactic Antibiotics in Surgery Patient in A Private Hospital in SurabayaBackground: The problem of bacterial resistance to antibiotics has become an international problem, if it does not act immediately it can harm people around the world in terms of health and economy. Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN) data is estimated that in 2018 the death due to Antimicrobial Resistant (AMR) is around 700,000 people and assumptions too by 2050, AMR causes the death of 10 million people / year. This research aims to determine the quantity of antibiotic usage profiles based on the DDD/100 patient-days method and as well as Surgical Site Infection (SSI) profiles in surgical patients in the Private Hospital in Surabaya in the January-June 2019 period. Then calculate using the DDD/100 patient-days method.Method: This research use descriptive research design method with retrospective data retrieval against medical records as research samples. The research subjects were surgical patients from January to June 2019 who met the inclusion criteria, which were 241 research samples.Result: The results obtained from this research were the quantity of antibiotic used in the January-June 2019 which dominated by the antibiotic ceftriaxone (J01DD04) with a total DDD/100 patient-days value in pre-surgery that was 17,95, ion isurgery 23,57, and post surgery 23,22.Conclusion: The most antibiotic consumption in pre, on, and post surgery was found in ceftriaxone antibiotics.Keywords: Quantity of antibiotics, surgical patients, antibiotics prophylaxis Â