Suwantika, Auliya A.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Penggunaan Suplemen Herbal sebagai Upaya Swamedikasi di Kota Bandung Destiani, Dika P.; Suwantika, Auliya A.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.92 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.1.71

Abstract

Swamedikasi menggunakan suplemen herbal di Indonesia belum terdokumentasi karena sebagian besar masyarakat yang mengonsumsinya tidak berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Penelitian retrospektif observasional ini dilakukan di salah satu pusat pelayanan kesehatan di Bandung pada tahun 2014 denganpengambilan data dari data penjualan suplemen herbal. Penjualan swamedikasi suplemen atau vitamin selama tahun 2014 mencapai 30.163 item dengan swamedikasi suplemen herbal untuk penyakit kronik dan degeneratif sebanyak 1.277 item. Berdasarkan kategori terapi, suplemen herbal yang paling banyak dikonsumsi adalah suplemen herbal untuk indikasi hiperlipidemia dengan kandungan bawang putih, lecithin, dan spirulina. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat tingginya angka penggunaan swamedikasi suplemen herbal, akan tetapi tidak diketahui apakah masyarakat sudah memperoleh informasi yang benar dari apoteker mengenai cara penggunaannya.Kata kunci: Bandung, herbal, observasional, suplemen, swamedikasiThe Use of Herbal Supplements as One of Self Medications in BandungThe use of herbal supplements as one of self medications in Indonesia has not yet been well-documented since many people used these supplements in absence of medical consultation with pharmacist. This retrospective observational study was conducted at one of healthcare service centers in Bandung. Data related to the sale of herbal supplements during 2014 period was collected and analyzed. We found that 30.163 items of herbal supplements were sold in 2014. Approximately 1.277 sold items were specific supplements for chronic and degenerative diseases. Based on the category of therapy, the most sold item was a herbal supplement for hyperlipidemia with three major ingredients: garlic, lecithin, and spirulina. Despite the huge number of the use of herbal supplements in Indonesia, medical information from pharmacist about the use of herbal supplements is still scarce.Key words: Bandung, herbal, observation, self medication, supplement
Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Psikotropika pada Pasien Remaja dengan Disabilitas Intelektual di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015–2017 Nur, Ice L.; Zakiyah, Neily; Suwantika, Auliya A.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.577 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.180

Abstract

Obat-obatan psikotropika merupakan obat-obatan yang paling banyak digunakan pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian farmakoekonomi pada topik ini penting dilakukan karena adanya peningkatan kebutuhan anggaran obat-obatan psikotropika sementara anggaran yang tersedia masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan psikotropika pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di rumah sakit tersebut pada kurun waktu tahun 2015–2017 dan untuk mengetahui biaya obat-obatan psikotropika yang paling rendah pada segmen drug utilization 90% (DU 90%) pada tahun-tahun tersebut. Studi observasional deskriptif secara retrospektif dan prospektif dilakukan untuk mengumpulkan data dari rekam medik. Metode Anatomical Therapeutic Chemical Classification with Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB) digunakan untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan dan untuk menganalisis biaya obat-obatan yang paling rendah selama kurun waktu tersebut. Pada penelitian ini, terdapat penggunaan 33 jenis obat psikotropika (19 jenis pada tahun 2015, 22 jenis pada tahun 2016 dan 29 jenis pada tahun 2017). Cost of DU 90% pada tahun 2015–2017 secara berurutan yaitu 55,11%, 68,73% dan 93,81%, sedangkan cost/DDD segmen DU 90% secara berurutan yaitu Rp6.258, Rp7.447, dan Rp8.803. Biaya obat-obatan psikotropika pada tahun 2015 merupakan biaya terendah selama 2015–2017.Kata kunci: Analisis minimalisasi biaya, disabilitas intelektual, psikotropika Cost-Minimization Analysis of Psychotropic Drug in Adolescent Patients with Intellectual Disability in Mental Hospital of West Java 2015–2017AbstractPsychotropic drugs were one of the the most widely used drugs in adolescent patients with intellectual disability in Mental Hospital of West Java. Pharmacoeconomic study on this topic is important because budget for psychotropic drugs need is increased while the available budget is still limited. The objective of this study was to analyze the utilization profile of psychotropic drugs in adolescents with intellectual disability during a time horizon of 2015–2017 and to investigate the lowest cost of psychotropic drugs in a segment of drug utilization 90% (DU 90%) during those years. Retrospective and prospective observational studies were applied to collect patients’ medical record data. The Anatomical Therapeutic Chemical Classification System with Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Cost Minimization Analysis (CMA) methods were applied to analyse the utilization profile of drugs and to investigate the lowest cost of drugs during the time horizon, respectively. In this study, there were 33 types of psychotropic drugs used (19 types in 2015, 22 types in 2016, and 29 types in 2017). The costs of DU 90% during 2015–2017 were estimated to be 55.11%, 68.73% and 93.81% in 2015, 2016 and 2017, respectively, while the costs per DDD in DU 90% segment were estimated to be IDR 6,258, IDR 7,447, and IDR 8,803, respectively. In particular, cost of psychotropic drugs in 2015 was considered to be the lowest cost during 2015–2017.Keywords: Cost-minimization analysis, intellectual disability, psychotropic drug