Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

RESISTENSI ATAS PENGENDALIAN TEMBAKAU TERHADAP HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KALANGAN PETANI SRINTHIL Khanifa, Nurma Khusna
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 5, No 1 (2018): Wahan Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v5i1.2562

Abstract

AbstractThe World Health Organization (WHO) has indeed adopted the Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) in the 56th World Health Assembly in 2003. The FCTC provides reference to the importance of worldwide tobacco control. The impact of this resistance is the tobacco farmers of Temanggung Regency. Tobacco planted on the slopes of Sindoro and Sumbing mountains, Temanggung Regency, is the number one tobacco producer of tobacco srinthil. Srinthil Tobacco has been listed as Geographical Indication No. ID G 000 000 027 at the Directorate General of Intellectual Property. Srinthil is located in the village of Legokari Tlogomulyo District has a high quality has placed it as a green gold title. Cultural heritage has left the custom of ritual in obtaining the quality of tobacco. But behind the success of tobacco as one of the commodities that have a large contribution to state revenues, the government actually issued several policies against the development of marketing. The government’s appreciation of the tobacco leaf lately seems half-hearted. For farmers, tobacco is not just a commodity. Tobacco is an important part of the spiritual life. Elements of tobacco in the form of chopping, clove or cigarettes in offerings that symbolize fire, water, air and soil. Thus tobacco is considered as a balance between man and nature. The way to see the tobacco issue from a health standpoint by negating this other perspective is not only inappropriate but rather misleading. The reason is that tobacco is a legal and superior commodity that has a vital role with the linkage of economic, social and cultural interests. Therefore, the government can not yet accommodate the human rights of economic, social and cultural rights.AbstrakWorld Health Organization (WHO) memang telah mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-56 pada 2003. FCTC ini memberikan rujukan tentang betapa pentingnya pengendalian tembakau di seluruh dunia. Dampak yang dirasakan adanya resistensi ini ialah petani tembakau Kabupaten Temanggung. Tembakau yang ditanam di lereng gunung Sindoro dan Sumbing, Kabupaten Temanggung, sebagian adalah penghasil tembakau kualitas nomor satu, yakni tembakau srinthil. Tembakau Srinthil telah terdaftar sebagai Indikasi Geografis No. ID G 000 000 027 di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Srinthil berada di Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo ini memiliki berkualitas tinggi telah menempatkannya sebagai sebutan emas hijau. Warisan budaya telah meninggalkan adat berupa ritual dalam mendapatkan mutu tembakau. Tetapi dibalik kesuksesan tembakau sebagai salah satu komoditas yang memiliki sumbangsih besar terhadap penerimaan negara, pemerintah justru mengeluarkan beberapa kebijakan yang menentang terhadap perkembangan pemasaran. Apresiasi pemerintah terhadap daun tembakau belakangan nampak setengah hati. Bagi para petani, tembakau memang tak sekedar komoditi. Tembakau menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual. Unsur tembakau berupa rajang, kretek atau rokok dalam sesaji yang melambangkan api, air, udara dan tanahal. Dengan demikian tembakau dianggap sebagai penyeimbang antara manusia dan alam. Cara melihat persoalan tembakau dari sudut pandang kesehatan dengan meniadakan perspektif lainnya ini bukan hanya tidak tepat melainkan justru menyesatkan. Alasannya, tembakau adalah barang legal dan komoditi unggulan yang mempunyai peran vital dengan pertautan kepentingan ekonomi, sosial dan budaya. Oleh sebab itu pemerintah belum bisa menjadi mengakomodir hak-hak manusia (human rights) hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
RESISTENSI ATAS PENGENDALIAN TEMBAKAU TERHADAP HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KALANGAN PETANI SRINTHIL Khanifa, Nurma Khusna
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 5, No 1 (2018): Wahan Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v5i1.2562

Abstract

AbstractThe World Health Organization (WHO) has indeed adopted the Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) in the 56th World Health Assembly in 2003. The FCTC provides reference to the importance of worldwide tobacco control. The impact of this resistance is the tobacco farmers of Temanggung Regency. Tobacco planted on the slopes of Sindoro and Sumbing mountains, Temanggung Regency, is the number one tobacco producer of tobacco srinthil. Srinthil Tobacco has been listed as Geographical Indication No. ID G 000 000 027 at the Directorate General of Intellectual Property. Srinthil is located in the village of Legokari Tlogomulyo District has a high quality has placed it as a green gold title. Cultural heritage has left the custom of ritual in obtaining the quality of tobacco. But behind the success of tobacco as one of the commodities that have a large contribution to state revenues, the government actually issued several policies against the development of marketing. The government’s appreciation of the tobacco leaf lately seems half-hearted. For farmers, tobacco is not just a commodity. Tobacco is an important part of the spiritual life. Elements of tobacco in the form of chopping, clove or cigarettes in offerings that symbolize fire, water, air and soil. Thus tobacco is considered as a balance between man and nature. The way to see the tobacco issue from a health standpoint by negating this other perspective is not only inappropriate but rather misleading. The reason is that tobacco is a legal and superior commodity that has a vital role with the linkage of economic, social and cultural interests. Therefore, the government can not yet accommodate the human rights of economic, social and cultural rights.AbstrakWorld Health Organization (WHO) memang telah mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-56 pada 2003. FCTC ini memberikan rujukan tentang betapa pentingnya pengendalian tembakau di seluruh dunia. Dampak yang dirasakan adanya resistensi ini ialah petani tembakau Kabupaten Temanggung. Tembakau yang ditanam di lereng gunung Sindoro dan Sumbing, Kabupaten Temanggung, sebagian adalah penghasil tembakau kualitas nomor satu, yakni tembakau srinthil. Tembakau Srinthil telah terdaftar sebagai Indikasi Geografis No. ID G 000 000 027 di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Srinthil berada di Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo ini memiliki berkualitas tinggi telah menempatkannya sebagai sebutan emas hijau. Warisan budaya telah meninggalkan adat berupa ritual dalam mendapatkan mutu tembakau. Tetapi dibalik kesuksesan tembakau sebagai salah satu komoditas yang memiliki sumbangsih besar terhadap penerimaan negara, pemerintah justru mengeluarkan beberapa kebijakan yang menentang terhadap perkembangan pemasaran. Apresiasi pemerintah terhadap daun tembakau belakangan nampak setengah hati. Bagi para petani, tembakau memang tak sekedar komoditi. Tembakau menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual. Unsur tembakau berupa rajang, kretek atau rokok dalam sesaji yang melambangkan api, air, udara dan tanahal. Dengan demikian tembakau dianggap sebagai penyeimbang antara manusia dan alam. Cara melihat persoalan tembakau dari sudut pandang kesehatan dengan meniadakan perspektif lainnya ini bukan hanya tidak tepat melainkan justru menyesatkan. Alasannya, tembakau adalah barang legal dan komoditi unggulan yang mempunyai peran vital dengan pertautan kepentingan ekonomi, sosial dan budaya. Oleh sebab itu pemerintah belum bisa menjadi mengakomodir hak-hak manusia (human rights) hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
KAJIAN HADIS-HADIS TENTANG KOMODIFIKASI AIR PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MAQȦŜIDỊ AL-SYẬṪIBỊ Khanifa, Nurma Khusna; Sawaun, Sawaun
Al-Fath Vol 15 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v15i2.5046

Abstract

In the classical Islamic legal tradition (fiqh), water is widely discussed from the point of view as an instrument for purification (thaharah) and also as a material consumed, either by humans or livestock. This seems to be inseparable from the existence of hadith texts that prohibit making water as a traded commodity contained in various hadith master books. This prohibition arises because water is considered a basic need that is not allowed to be owned by certain individuals or groups. In fact, nowadays, water has become a commodity that has a very high selling value. This can be seen from the proliferation of mineral water brands on the market. In the perspective of al-Syibị's hermeneutics, water is an emergency need for dharûriyyah which is something essential and must exist for the realization of human welfare, both spiritually and materially. However, within certain limits, the commodification of water can still be allowed on the condition that the water source is included in a private area, even if in an emergency, access to water must be granted to everyone. According to al-Syibị the main purpose of the provisions of religious law is for the benefit of humans, both in the present life (world) and the life to come (the hereafter). Therefore, the determination of the law contained in the texts of the Qur'an and Sunnah is always based on ta`lịl, both globally and in detail.
RESISTENSI ATAS PENGENDALIAN TEMBAKAU TERHADAP HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KALANGAN PETANI SRINTHIL Nurma Khusna Khanifa
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 5, No 1 (2018): Wahan Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v5i1.2562

Abstract

AbstractThe World Health Organization (WHO) has indeed adopted the Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) in the 56th World Health Assembly in 2003. The FCTC provides reference to the importance of worldwide tobacco control. The impact of this resistance is the tobacco farmers of Temanggung Regency. Tobacco planted on the slopes of Sindoro and Sumbing mountains, Temanggung Regency, is the number one tobacco producer of tobacco srinthil. Srinthil Tobacco has been listed as Geographical Indication No. ID G 000 000 027 at the Directorate General of Intellectual Property. Srinthil is located in the village of Legokari Tlogomulyo District has a high quality has placed it as a green gold title. Cultural heritage has left the custom of ritual in obtaining the quality of tobacco. But behind the success of tobacco as one of the commodities that have a large contribution to state revenues, the government actually issued several policies against the development of marketing. The government’s appreciation of the tobacco leaf lately seems half-hearted. For farmers, tobacco is not just a commodity. Tobacco is an important part of the spiritual life. Elements of tobacco in the form of chopping, clove or cigarettes in offerings that symbolize fire, water, air and soil. Thus tobacco is considered as a balance between man and nature. The way to see the tobacco issue from a health standpoint by negating this other perspective is not only inappropriate but rather misleading. The reason is that tobacco is a legal and superior commodity that has a vital role with the linkage of economic, social and cultural interests. Therefore, the government can not yet accommodate the human rights of economic, social and cultural rights.AbstrakWorld Health Organization (WHO) memang telah mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-56 pada 2003. FCTC ini memberikan rujukan tentang betapa pentingnya pengendalian tembakau di seluruh dunia. Dampak yang dirasakan adanya resistensi ini ialah petani tembakau Kabupaten Temanggung. Tembakau yang ditanam di lereng gunung Sindoro dan Sumbing, Kabupaten Temanggung, sebagian adalah penghasil tembakau kualitas nomor satu, yakni tembakau srinthil. Tembakau Srinthil telah terdaftar sebagai Indikasi Geografis No. ID G 000 000 027 di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Srinthil berada di Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo ini memiliki berkualitas tinggi telah menempatkannya sebagai sebutan emas hijau. Warisan budaya telah meninggalkan adat berupa ritual dalam mendapatkan mutu tembakau. Tetapi dibalik kesuksesan tembakau sebagai salah satu komoditas yang memiliki sumbangsih besar terhadap penerimaan negara, pemerintah justru mengeluarkan beberapa kebijakan yang menentang terhadap perkembangan pemasaran. Apresiasi pemerintah terhadap daun tembakau belakangan nampak setengah hati. Bagi para petani, tembakau memang tak sekedar komoditi. Tembakau menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual. Unsur tembakau berupa rajang, kretek atau rokok dalam sesaji yang melambangkan api, air, udara dan tanahal. Dengan demikian tembakau dianggap sebagai penyeimbang antara manusia dan alam. Cara melihat persoalan tembakau dari sudut pandang kesehatan dengan meniadakan perspektif lainnya ini bukan hanya tidak tepat melainkan justru menyesatkan. Alasannya, tembakau adalah barang legal dan komoditi unggulan yang mempunyai peran vital dengan pertautan kepentingan ekonomi, sosial dan budaya. Oleh sebab itu pemerintah belum bisa menjadi mengakomodir hak-hak manusia (human rights) hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
PENDAMPINGAN PUBLIKASI ILMIAH GURU SMA N 1 MOJOTENGAH, WONOSOBO, JAWA TENGAH Ahmad Khoiri; Marwiati Marwiati; Achmad Affandi; Kurniawati Mutmainah; Nurma Khusna Khanifa
Jubaedah : Jurnal Pengabdian dan Edukasi Sekolah (Indonesian Journal of Community Services and School Education) Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian dan Edukasi Sekolah (Jubaedah)
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46306/jub.v2i1.62

Abstract

Scientific publications for teachers are very important to contribute in solving student problems in school. PKMTN goal is to increase the motivation and culture of writing teacher scientific publications at SMA N 1 Mojotengah Wonosobo. The method of service carried out with the principle of "service mastery" is identification of teachers targeted for scientific publications, preparation of articles according to the scope and guideline of the journal, assistance in submitting and reviewing journals and assisting publications. The study subject consisted of 26 high school teachers N 1 Mojotengah from a variety of different subjects. The results of the service activities showed that 65.7% of the program was carried out and the level of understanding of teachers in scientific publications in the medium category of scientific publications. The output produced is only 40% of teachers who are able to publish articles to the national scientific journal ISSN and the national journal accredited SINTA. The obstacles faced in the form of lack of teacher references in writing habits, writing articles only for the benefit of increasing the rank of saj
Jaminan Akad Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah Kajian Hukum Perdata azzarqa azzarqa; Nurma Khusna Khanifa
Az-Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol 7, No 2 (2015): Az-Zarqa'
Publisher : Sharia and Law Faculty of Sunan Kalijaga Islamic State University Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/azzarqa.v7i2.1505

Abstract

Murabahah merupakan perjanjian yang lazim terjadi di lembaga keuangan syariah sebagai pernyataan kehendak para pihak menjadi ijab dan kabul karena adanya rukun akad. Murabahah masuk dalam kategori penggunaan prinsip-prinsip syariah, akan tetapi dapat dikaji melalui Burgerlijk Wetboek yang ada di Indonesia lebih dikenal menjadi hukum perdata. Dengan demikian menjalankan bisnis dengan memakai prinsip syariah bisa disandingkan dengan hukum perdata yang notabenya saling melengkapi adanya jaminan dalam perjanjian.
Etika Bisnis Sebagai Kiblat Mutlak Pelaku Usaha, Implikasi Ekonomi Islam azzarqa azzarqa; Nurma Khusna Khanifa
Az-Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol 6, No 2 (2014): Az-Zarqa'
Publisher : Sharia and Law Faculty of Sunan Kalijaga Islamic State University Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/azzarqa.v6i2.1323

Abstract

Etika bisnis merupakan kajian ilmu normatif dalam khazanah keilmuan ekonomi, terlebih ekonomi Islam, etika bisnis dalam implementasinya memiliki enam pilar antara lain tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, keadilan dan kejujuran, sebagai solusi dalam melaksanakan kegiatan bisnis baik untuk pelaku usaha, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Fungsi etika bisnis menjadikan cermin bagi perusahaan menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Penguatan Peran Ziswaf dalam Menyongsong Era SDGs: Kajian Filantropi BMT Tamzis Wonosobo Nurma Khusna Khanifa
Cakrawala: Jurnal Studi Islam Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.469 KB) | DOI: 10.31603/cakrawala.v13i2.2329

Abstract

The way to alleviate the poverty in the community, family, and individuals to prosperous condition and to alleviate the burden of daily living needs is a real practice of philanthropy. This is the relevance between the objectives of zakat, infaq, shadaqah, and waqf (ziswaf) and Sustainable Development Goals (SDGs) towards the achievement of development goals. The movement focuses on 6 issues including: without poverty, without hunger, quality education, decent work and economic growth, reduced inequality, and environmental cleanliness. It means that ziswaf is a pressure on the existence of community assets. As an effort to fund to distribute (social function), as well as control function. In order to have a practical and valuable impact, Islamic philanthropy must have a relationship between the purpose and essence of the Shari'a in the form of maqashid syarîah to encourage social welfare and the economy. As the inherent institution of Baitul Mal Tamzis, the concept of a creative philanthropy approach is used to increase the scope and sustainability of institutional impacts and provide institutional specific roles with specific institutions and target communities both consumptive and productive
INTER-DISIPLINARITASNALAREKONOFISIKA DI PASAR MODALTERHADAP OPSI SAHAM SEBAGAI SIASAT INVESTASI Nurma Khusna Khanifa Nurma Khusna Khanifa
JURNAL SPEKTRA Vol 4, No 1 (2018): SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika, FITK, UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/spektra.v4i1.47

Abstract

Saham adalah instrumen investasi yang sampai saat ini masih menjadi primadona investor pasar modal. Kegiatan investasi saham berkaitan dengan jual beli jangka pendek (short selling). Kegiatan short selling bagian yang tidak terpisahkan dari unsur spekulasi.Ini artinya saat demi saat di pasar modal hanyalah spekulasidemi spekulasi. Spekulasi tidak sepenuhnya merupakan permainan judi,dimana tidak ada sama sekali ukuran-ukuran untuk menilainya.Pada gilirannya, apabila ukuran-ukuran itu bisa dihitungsecara tepat (eksak) maka akan membuat semakin matangsebuah pengambilan keputusan dalam penanaman modal,sehingga seorang pemodal tidak perlu harus swarga nunutneraka katut pada pemodal lain.Ranah kajian semacam ini di ?sika merupakan bagian dariekono?sika (econophysics). Beberapa yang lain menyebutkajian seperti ini dengan istilah ?sika keuangan (phynance).Di sini dapat melihat sinergi yang sangat menarik keterkaitan antara fisika dan ekonomi. Saham dikenal dengan investasi yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga memiliki risiko tinggi.Melalui analisis inter-disiplinaritas ekonofisika seorang investor bisa mempertimbangkan high risk-high returndi pasar modal.
PENERAPAN BASEL ACCORD MELALUI PERHITUNGAN EKONOFISIKA DALAM MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN Nurma khusna khanifa
JURNAL SPEKTRA Vol 5, No 1 (2019): SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika, FITK, UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/spektra.v5i1.89

Abstract

Dalam membantu menangani stabilitas reformasi sektor keuangan global di tengah kondisi ekonomi sedang mengalami perlambatan seperti sekarang ini di Indonesia perlu adanya gaya baru dalam mengelola risiko. Sampai saat ini perbankan dalam mengatasi risiko menggunakan basel accord bermula dari basel I, II, III. Di awal 2019 ini semua perbankan harus sukses menjalankan basel III. Akselerasi semacam itu telah menyebabkan bank-bank meningkatkan metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengukur dan mengelola risikonya. Betapapun hebatnya pengawasan yang digariskan Basel, haruslah disadari bahwa itu merupakan produk dari hegemoni paham neo-liberal, yang tentu tak selalu cocok untuk diterapkan di setiap negara, termasuk di Indonesia. Terilhami dari hal itu maka berimbas kepada sektor perbankan untuk menerapkan manajemen risiko. Dari sini muncul konsep baru melalui kolaborasi keilmuan antara ekonomi dan fisika. Kebutuhan akan fisikawan dalam bidang ekonomi dan keuangan ini sudah menjadi sesuatu yang tidak terelakan. Demi terciptanya bank yang sehat ekonofisika bersandar pada fakta empirik pada analisis risiko. Hal ini menunjukkan senantiasa berkembangnya ilmu manajemen risiko pada sistem perbankan di tanah air.