Las cladding merupakan  aplikasi  teknologi  las  untuk mengurangi biaya material sehingga untuk mendapatkan hasil las cladding yang optimal perlu dilakukan penelitian pengaruh voltase dan jarak nosel terhadap  laju korosi. Voltase dan jarak nosel akan mempengaruhi dilusi sehingga akan menyebabkan variasi  komposisi  kimia  logam  lasan  yang  akan  berpengaruh langsung terhadap laju korosi. Dalam penelitian ini las cladding dilakukan dengan proses Submerged Arc Welding pada logam induk plat baja A 516 dengan tebal 15 mm dengan elektroda stainless steel 316 L berdiameter 3 mm.Parameter las yang digunakan adalah variasi jarak nozel (26,30, 34 dan 38 mm) pada masukan panas (heat input) yang konstan yaitu 171,125 J/cm (36 V, 225 A dan 40 em/mn) dan 143,4375 J/cm (30 V, 225 A dan 40 cm/min).  Masukan  panas yang  konstan dan variasi jarak nozzle, menghasilkan dilusi yang berbeda-beda.  Dilusi tertinggi  (>35%)  dihasilkan  dari  masukan  panas  sebesar  171,125J/cm dengan jarak  nozzle 26 dan 30  mm. Dilusi yang tinggi  tidak menghasilkan lapisan cladding yang optimal (0-2% ferit), namun ternyata  jarak  nozzle  38  mm menghasilkan  lapisan  cladding yang optimal (± 5% ferit). Pada masukan panas sebesar  143,4375 J/cm, jarak  nozzle  26,  30,  34,  38  mm seluruhnya  dapat  menghasilkan lapisan cladding yang optimal (± 5% ferit).Laju korosi pitting dan korosi intergranular yang optimal terjadi pada jarak nosel 34 mm (36 V, 225 A dan 40 cm/min) dan 30 mm (30 V, 225 A dan 40 cm/min) dengan laju korosi pitting  sebesar  9,72 mm/tahun dan 6,48 mm/tahun dan laju korosi inergranular  sebesar 184,56 mm/year dan 194,64 mm/year. Hal ini disebabkan dilusi yang dimiliki  oleh  spesimen  tersebut  sangat  rendah  «25%).   Dengan semakin  rendah  dilusi  suatu  material  maka  korosi  yang  terjadi semakin kecil. Kata kunci  : Cladding, korosi intergranular, nosel