Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OUTCOME EKSTUBASI DI ICU RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Waladani, Barkah; Mediani, Henny Suzana; Anna, Anastasia
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 12, No 3 (2016): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.67 KB) | DOI: 10.26753/jikk.v12i3.165

Abstract

Management airways become one important part in an act of care in patients with critical conditions due to disease. One attempt to keep the airway is to intubate, is inserting a pipe into the upper respiratory tract. The main requirement that must be considered is to keep the airway is always free and breath can run smoothly and orderly. The final stage of intubation was extubated. The purpose of this study was to determine what factors are associated with outcome of extubation in ICU Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Hospital. This study is a cohort retrospective with  analytic correlational design.The sample in this study amounted to 96 people. Bivariate test results that there is a relationship between age (p = 0.000), tidal volume (p = 0.001), systolic blood pressure (p = 0.000), FiO2 (p = 0.007) and PEEP (p = 0.014) with outcome of extubation. There is no associated GCS (p = 0.358) with outcome of extubation. Therefore, nurses need to give special attention regarding the condition of the patient, such as age characteristics, the value of tidal volume, systolic blood pressure, FiO2 and PEEP before extubation. Keywords: outcome, extubation, ICU
Pemberdayaan Guru Sekolah dalam Deteksi Dini Tuberkulosis pada Anak Sekolah Ikeu Nurhidayah; Henny Suzana Mediani; Ai Mardhiyah
Media Karya Kesehatan Vol 1, No 2 (2018): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.705 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v1i2.17125

Abstract

 Saat ini angka kejadian tuberkulosis (TB) dewasa di Indonesia meningkat. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan penularan tuberkulosis pada anak, karena anak merupakan kelompok usia yang sangat rawan tertular TB dan hanya akan mendapatkan tuberkulosis dari orang dewasa. Saat ini Kabupaten Cirebon menjadi kabupaten ke-empat dengan jumlah penderita TB dewasa terbanyak di Jawa Barat, yang akan berimplikasi pada peningkatan jumlah anak yang menderita tuberkulosis. Angka penemuan kasus TB anak di Kabupaten Cirebon masih rendah, terutama pada anak sekolah, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas guru sekolah dalam melakukan deteksi dini TB pada anak sekolah. Kegiatan ini berupa pemberdayaan guru sekolah dasar dalam melakukan deteksi dini dan penemuan kasus tuberkulosis pada anak sekolah. Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah guru sekolah dasar di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon, yakni sejumlah 25 orang guru sekolah. Luaran kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor guru dalam melakukan deteksi dini TB pada anak. Metode kegiatan ini dilakukan dengan ceramah, simulasi, small group discussion dan praktikum. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan guru sebelum dilakukan kegiatan pemberdayaan adalah 46 (SD: 0,46), dan rata-rata skor pengetahuan guru setelah dilakukan kegiatan adalah 97,6 (SD: 0,21), dengan rata-rata peningkatan skor 50, 92 (SD: 0,45), dan kemampuan psikomotor peserta 100% dalam kategori baik. Hasil screening menunjukkan jumlah siswa yang dicurigai mengalami TB dan perlu pemeriksaan lebih lanjut adalah sebesar 52 siswa (8.5%) dari 612 siswa yang dilakukan screening. Hasil kegiatan ini merekomendasikan puskesmas untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan untuk meningkatkan capaian deteksi dini TB pada anak. Kata kunci: Anak sekolah, guru, pemberdayaan, tuberculosis.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Wound Dehiscence pada Pasien Post Laparatomi Tita Puspita Ningrum; Henny Suzana Mediani; Chandra Isabella H.P
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1320.7 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i2.455

Abstract

Wound dehiscence sering terjadi setelah pembedahan mayor abdomen menimbulkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Wound dehiscence dapat menimbulkan stress, eviserasi, reoperasi, gangguan citra tubuh, meningkatnya lama rawat dan biaya rawat, menurunkan kualitas hidup pasien serta kematian sehingga perlu menangani faktor yang mempengaruhi kejadian wound dehiscence. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wound dehiscence pada pasien dewasa post laparatomi di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan berjumlah 40 orang yang diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan kejadian wound dehiscence terjadi ketika perawatan di rumah (35%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara infeksi luka (p=0,0001), operasi emergensi (p = 0,020), hipoalbumin (p=0,037), anemia (p = 0,028), status nutrisi (0,010), dan adanya penyakit penyerta (p = 0,008) dengan kejadian wound dehiscence, serta tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor usia (p = 0,581) dan jenis kelamin (p= 0,604) dengan kejadian wound dehiscence. Penting bagi perawat untuk mengidentifikasi potensial faktor risiko wound dehiscence pada pasien yang dilakukan operasi laparatomi dan segera melakukan intervensi yang diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi wound dehiscence, diantaranya dengan melakukan discharge planning terkait perawatan luka dan pentingnya asupan protein yang adekuat supaya bisa dikenali ditahab mana terjadinya wound dehiscence.Kata kunci: Pasien, post laparatomi, wound dehiscence. Factors correlating of Wound Dehiscence in Patients after Laparatomi at Dr Hasan Sadikin General Hospital BandungAbsractWound dehiscence is often occurred after major abdominal surgery which impacts on morbidity and mortality rates and significantly contributes to prolonged hospital stays, implicit and explicit costs, associate with psychosocial stressor on patients, evisceration re-surgical operation, and may affect to quality of life patients. It is therefore necessary to identify factors affecting wound dehiscence. The aims of the study was to analyze factors correlating of post-operative wound dehiscence in adult patients at Dr Hasan Sadikin general hospital. Correlational analytic with cross sectional approach was used in this study. 40 patients were selected to be participated in this study by using consecutive sampling. Observations, interviews and study documents were conducted in data collection process. Univariate and Bivariate analysis with Chi Square were performed to analyze the data. Results of the study identified than wound dehiscence were occurred during patients at home (35%). Result of analysis bivariate showed that there was a significance correlation between wound infection (p=0, 0001), surgical emergency (p = 0,020), hypo albumin (p=0,037), anemia (p = 0,028), nutrition status (0,010), and other illness (p = 0,008) with wound dehiscence. Whereas, there was no correlation significantly between age factor (p = 0,581) and gender (p= 0,604) with wound dehiscence. It is important for nurses to identify potential risk factors of wound dehiscence in patients after post-operative laparotomy and prevent complication of wound dehiscence by doing discharge planning especially in term of wound care and the need of taking protein consumption adequately to avoid wound dehiscence.Key words: Adult patients, post-laparatomi, wound dehiscence.
THE IMPLEMENTATION OF THERAPEUTIC COMMUNICATION OF NURSES TO THE PARENTS OF PEDIATRIC PATIENTS IN PRE-OPERATIVE STAGE Fanny Adistie; Henny Suzana Mediani; Ikeu Nurhidayah; Sri Hendrawati
Belitung Nursing Journal Vol. 4 No. 4 (2018): July - August
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.97 KB) | DOI: 10.33546/bnj.439

Abstract

Background: The pre-operative care aims at preparing the patient and family to face the surgery. In providing nursing care to the pediatric patients, it is better and is recommended that the nurse demonstrate a therapeutic communication. Objective: This study aims to identify the implementation of the therapeutic communication by nurses to the parents of the pediatric patients who will undergo surgery in the pediatric surgical ward based on the perspective and expectation of the parents. Methods: The study used a mixed method, with the strategy of sequential explanatory. The quantitative study involved 101 respondents. The implementation of therapeutic communication is measured by using the questionnaire of therapeutic communication implementation. The qualitative study was conducted to six participants as samples, with analysis interactive model technique. Results: The result of quantitative study found that 53.5% identified poor therapeutic communication being implemented by nurses to the parents of the patients. The result of the qualitative study foundthat parents expect comprehensive therapeutic communication from nurses, both in terms of language or behavior in any delivery of information or actions to be performed. Conclusion: The result of this study is expected to be an input for the health care institutions, especially to make it as a reference for consideration in making the standard operating procedures on the implementation of therapeutic communication to improve the nurses’ quality of care.
Pemberdayaan Kader Kesehatan tentang Pencegahan Stunting pada Balita Henny Suzana Mediani; Ikeu Nurhidayah; Mamat Lukman
Media Karya Kesehatan Vol 3, No 1 (2020): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v3i1.26415

Abstract

Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang menjadi prioritas pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024. Kabupaten Karawang termasuk kedalam 100 kota/kabupaten prioritas untuk intervensi anak stunting di Indonesia. Fokus utama dalam penanganan stunting adalah 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dilaksanakan di Posyandu. Kader yang berperan penting dalam penggerak posyandu diharapkan mempunyai pengetahuan yang baik dan motivasi yang tinggi dalam upaya pencegahan stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah pemberdayaan kader kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi tentang pencegahan stunting. Sasaran kegiatan ini adalah kader yang berada di Kabupaten Karawang dengan jumlah peserta sebanyak 44 orang. Kegiatan pemberdayaan menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan sesi tanya jawab. Hasil kegiatan menunjukan sebanyak 77,55% kader mempunyai pengetahuan yang baik, dan sebanyak sebanyak 68,26% memiliki tingkat motivasi yang sedang. Diharapkan pemberdayaan kader kesehatan dapat dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan kinerja kader dalam pelayanan posyandu yang optimal. Kata kunci: Balita, kader-kesehatan, pemberdayaan, stunting. 
Pola Asuh Orang Tua yang Menitipkan Anak Prasekolah di Daycare Kota Bandung Shabarina, Adilla; Mediani, Henny Suzana; Mardiah, Wiwi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12344

Abstract

 ABSTRAK Latar belakang : Orang tua sebagai pendidik utama pada anak  harus memberikan pola asuh yang terbaik untuk menunjang proses perkembangan anak. Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya kesenjangan dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada anaknya yang dititipkan di daycare, adanya interaksi anak dengan orang yang kurang akrab dan ada masalah komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan gangguan perkembangan anak prasekolah  serta kesibukan orang tua yang bekerja sehingga perkembangan anak tidak terpantau secara optimal dan  memilih daycare sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua bekerja yang memiliki anak usia prasekolah yang dititipkan di daycare. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden 36 orang (salah satu orang tua anak antara ayah atau ibu yang menitipkan anak di daycare). Penelitian ini menggunakan instrumen Pola Asuh Anak Pada Usia Prasekolah yang diadaptasi dari teori Maccoby dan Martin (1983) dan dikembangkan oleh Chadijah (2009). Instrumen ini terdiri dari 2 dimensi dengan 53 item pernyataan yang memiliki nilai validitas 0,768 dan nilai reliabilitas 0,793. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan hasil ukur kategorisasi sehingga didapatkan hasil    bentuk pola asuh yang diterapkan. Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah penerapan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak usia prasekolah di Growing Tree Daycare and Preschool dan Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran adalah pola asuh authoritative (100%). Simpulan, pola asuh yang diberikan oleh orang tua sudah baik dan perlu dipertahankan karena pola asuh authoritative merupakan predictor dari bentuk pola asuh lainnya sehingga penerapan warmth dan control pada anak seimbang. ABSTRACTBackground : Parents as the main educator in children must certainly provide the best parenting for supporting children developmental process. The phenomenon that occurs at this time is the gap in parenting provided by the parents to their children who are raised in the daycare, the interaction of children with people who are less familiar and there are two-way communication problems that can improve the development disorders of preschoolers and busy working parents so that the child's development is not monitored optimally and choose daycare as a complement to parental care.The purpose of this study is to determine parenting style descriptions of working parents who have children of preschool age entrusted in daycare. Method : The method used in this study is quantitative descriptive with 36 respondents (father or mother who entrust their child in daycare). This study used Pediatric Parenting Instruments at Preschool adapted from Maccoby and Martin theory (1983) and developed by Chadijah (2009). This instrument consists of 2 dimensions with 53 statements that has validity value 0.768 and reliability value 0.793. Data was collected by distributing questionnaires. The collected data were analyzed by using the score value. Then, it will be categorized into the description of parenting style applied. Results : The result of this study showed that the parenting style applied by parents to their toddler at Growing Tree Daycare and Preschool and Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran were authoritative parenting (100%). Conclusion : The conclusion of this study, the parenting style given by parents is already good and need to be maintained because the authoritative parenting is a predictor of other parenting forms, so that warmth and control that applied on children is balanced.  
Correlation between Nutritional States with Hematological Toxicity in Children with Acute Lymphoblastic Leukemia Puspita, Eka; Mediani, Henny Suzana; Nurhidayah, Ikeu
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12339

Abstract

ABSTRAKStatus gizi pada anak dengan acute lymphoblastic acute (ALL) diketahui dapat mempengaruhi efek samping yang mungkin timbul setelah dilakukan kemoterapi. Salah satu efek samping yang sering terjadi pada anak dengan ALL pasca kemoterapi adalah hematological toxicity. Hematological toxicity adalah efek toksik yang ditimbulkan dari obat kemoterapi yang menyebabkan gangguan pada sel darah yang bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian. Hematological toxicity sering terjadi pada anak ALL pasca kemoterapi namun belum menjadi perhatian tenaga kesehatan terutama perawat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL yang sedang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2016 dengan metode penelitian korelasi dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan pada 198 responden yang diambil dari catatan rekam medis bulan Januari-Juli 2016 dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian didapatkan 13 dari 17 responden berstatus gizi sangat kurus mengalami hematological toxicity dan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL (p=0,015) dengan korelasi yang sangat lemah (r=-0,172). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pasca kemoterapi pada anak LLA yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, pentingnya pengkajian status gizi dan monitoring tanda-tanda hematological toxicity untuk mencegah terjadinya efek buruk akibat dari pengobatan kemoterapi pada anak dengan ALL. ABSTRACTAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children and one of the leading causes of death in children. Many factors affect the prognosis of acute lymphoblastic leukemia, one of which is the nutritional status. Nutrition status in children with acute lymphoblastic acute is known to affect side effects that arise after chemotherapy. One of the side effects which often occur in children with ALL post chemotherapy was hematological toxicity. Hematological toxicity was one of the side effect chemotherapy if not treated properly can caused death. The aimed of this research was to analyze the correlation of nutritional status with hematological toxicity on children with ALL in chemotherapy. This study was done in Hasan Sadikin General Hospital in Bandung in December 2016 with correlational research was performed with retrospective approach. 198 respondents were selected using purposive sampling taken from medical records during January-July in 2016. Data was analyzed using Spearman Rank Correlation Test (Rho). The study showed that 17 children with ALL were categorized in very thin (86,7%) suffered from hematological toxicity thus discovered significant correlation between nutritional status pre chemotherapy and hematological toxicity post chemotherapy in children with ALL (p=0,015) for a very weak correlation (r=-0,172). The conclusion in this study researched was that nutritional stated chemotherapy was correlated with hematological toxicity after chemotherapy in children with ALL. Therefore, assessment of nutritional status in children with acute lymphoblastic leukemia should be done especially when chemotherapy treatment is being taken to minimize the occurrence of hematological toxicity 
Factors Affecting Low Back Pain among ICU Nurses Dadang Rochman; Henny Suzana Mediani; Aan Nur’aeni
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.233 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v6i3.395

Abstract

Low back pain is a pain syndrome that is often felt in the lower back region accompanied by spreading to the legs. It is often associated with work-related musculoskeletal disorders. This condition is often experienced by the Intensive Care Unit (ICU) nurses, from mild to severe LBP, which may affect the productivity of work and physic of the nurses. Aim to analyze and explore the factors that affected the number of low back pain incidents in ICU nurses in hospitals in the Banten Province. This study used the correlational analytic method with a crosssectional approach. The study sample was 82 ICU nurses, obtained by total sampling. Data collection used the LKQ questionnaire (Low back pain Knowledge Questions) and observation sheets. Data analysis used the Chisquare and multiple logistic regression analysis with a prediction model.   Knowledge factor p (0.001), height p (0.021), night shift frequency p (0.003), and weight with a p-value (0.021) had a significant relationship with low back pain, whereas the ICU space environment factor p (0.668), work period p (0.462), and age p (0.079) did not have a significant relationship with low back pain. From related factors, knowledge had the most significant relationship with low back pain incident (OR = 38.62). This study has significantly proven that knowledge, height, weight, and frequency of night shifts affected the low back pain in ICU nurses. The nurse’s knowledge factor is the most influential factor of low back pain incident in ICU nurses. Increasing the ICU nurse’s knowledge about body biomechanics by following training  and developing  standard operating procedures. It is suggested to reduce the amount of excessive night shift burden ICU nurses, select and setting criteria for nurses working in the ICU.
Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup Penderita Leukemia Usia Sekolah Dewi Umu Kulsum; Henny Suzana Mediani; Argi Virgona Bangun
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1327.865 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i2.449

Abstract

Di Indonesia ALL menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak yang menyebabkan kematian. Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan jangka waktu yang lama dan paling sering dilakukan, dimana dapat menyebabkan efek samping yang mengganggu fungsi fisik dan fungsi psikososial. Fenomena di Rumah Cinta Anak Kanker Bandung pun menggambarkan dimana angka kejadian penderita leukemia pada anak cenderung meningkat dan berfokus pada conservative therapy. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh swedish massage therapy terhadap tingkat kualitas hidup penderita leukemia usia sekolah di Rumah Cinta Anak Kanker Bandung. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan nonequivalent control group design with pretest and posttest. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang berjumlah 34 orang (masing–masing grup 17 orang) dengan menggunakan consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan PedsQL general score dan cancer module yang berstandar internasional. Prosedur yang digunakan pada penelitian ini adalah tindakan swedish massage therapy yang dilakukan langsung oleh peneliti. Analisis data yang digunakan adalah paired t-test dan independent t-test.Hasil penelitian menggambarkan terdapat perbedaan kualitas hidup pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan swedish massage therapy (p = 0,000 pada α = 5). Hasil penelitian merekomendasikan bahwa swedish massage therapy bisa dipakai sebagai metode alternatif dalam meningkatkan kualitas hidup penderita leukemia usia sekolah.Kata kunci: Kualitas hidup, leukemia, swedish massage therapy.
Development of Team Cohesiveness Measurement Instruments in Interprofessional Collaborative Practice in Health Care francisca sri susilaningsih; Henny Suzana Mediani; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1449.435 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v6i1.623

Abstract

AbstractHealth care management has an obligation to always provide safe, sustainable, comprehensive, quality and satisfactory health care for both the service user and care provider. The management and culture are built through the Interprofessional Health Care Collaborative Practice Model (MPIPK), which are implemented through four model components, i.e. the clinical pathway of patient management, team management of patients, patient care integrated documentation, and interdisciplinary patient problem solving through interdisciplinary case conference forums. In order to realize interprofessional collaboration practices, a cohesive climate is required that supports group functions and performances, and an instrument is needed to measure the team cohesiveness of this model. This research was conducted to develop a team cohesiveness measurement instrument in the interprofessional collaboration of health care. The instrumentation research design was carried out through the following steps: 1) Preparations of the instrument design commenced from the synthesis theory related to collective culture and individual culture on four components of the model; 2) Validation of the contents of the instrument with related experts; 3) Construct validation with 237 healthcare practitioners in an accredited hospital setting. Expert judgment results on instrument relevance (CVI) ranged from 0.77 to 0.91, the essence of instrument contents (CVR) was in range (+) 0.27 - 0.63, CVI and CVR scores indicated the relevant and essential content of the instrument. Test results of all constructed items were valid (0.283 - 0.847) and reliable, α Cronbach on 4 components (0.792 - 0.963) so, it is feasible to be used to measure the team cohesiveness.
Co-Authors Aan Nuraeni Aan Nur’aeni Ahmad Yamin Ai Mardhiyah Ai Mardhiyah Ai Mardhiyah AI MARDHIYAH, AI Akbar, M. Agung Alifa Rufaida Anastasia Anna Anita Setyawati Anita Tiara Anjani Fikri Annita Olo Argi Virgona Bangun Audi Siti Sarah Avicena Farhan Ramadhan Azzahra Salsabila Bambang Aditya Nugraha Bhekti Imansari Cecep Eli Kosasih Cecep Eli Kosasih Cecep Eli Kosasih Cecep Eli Kosasih Cecep Eli Kosasih Cecep Eli Kosasih Chandra Isabella H.P Chatarina Surya Chatarina Suryaningsih Dadang Purnama Dadang Rochman DaiIa DahIia Rojabani Dewi Umu Kulsum Dwi Ningsih Handayani Setianing Budi Eka Puspita Etika Emaliyawati Evi Nurjanah Fanny Adistie Fanny Adistie Fauziah Rudhiati Fitria, Nita francisca sri susilaningsih Furkon Nurhakim Furkon Nurhakim Furkon Nurhakim Gusgus Ghraha Ramdhanie Helmy Hazmi Iceu Amira DA Ihsar, Aini Hayati Iin Inayah Ike Sintia Suci Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Inni Zakiyah Iqra S Iyus Yosep Juniarti, Neti Laili Rahayuwati Lesmana, Sena Lilis Lusiani Lilis Mamuroh Linlin Lindayani Madiuw, Devita Mamat Lukman Maya Atikasuri Mega Nurrahmatiani Meri Anggryni Muntiq Jannatunna’im Murtiningsih Murtiningsih Nadia Amelia Rindiarti Nenden Nur Asriyani Maryam Nita Fitria Novi Novianti Novita Marcelina Kana Wadu Noviyanti Noviyanti Nuraziza Fatturahmi Firdianty Nurul Taopik Maulud Olga Sandrela Mahendra Padila Padila Rai Nurussakinah Raisa Adila Ratu Nurafni Riezky Fajri Septiani Rifda Nur Achriyana Arif Riska Fauziah Nurmala Rizka Muliani Rusna Tahir Santi MuIyani Selly Amalia Nurhasanah Setiawati Setiawati Shabarina, Adilla Sherly Manurung Sifa Nur Afriani Sifa Nuraini Sifva Fauziah Sinta Dwi Ananda Siti Fatimah Siti Yuyun Rahayu Siti Yuyun Rahayu Fitri Sonia Dwiastuti Pratiwi Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Purnama Alam Sukmawati Sukmawati Sukmawati Sukmawati Sulastini, Sulastini Tejaningsih, Oktaviani Tetti Solehati Tetti Solehati Tetti Solehati Tetti Solehati Tita Puspita Ningrum Titis Kurniawan Valencia Trie Millenika Vera Rosaria Indah Wahib Abdul Rahman Wahyu Ilahi Waladani, Barkah Windy Rakhmawati Wiwi Mardiah Wiwi Mardiah Wiwi Mardiah, Wiwi Yanti Hermayanti Yanti Hermayanti Yayat Suryati Zabidah Putit