Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kejadian Pernikahan Usia Dini Berdasarkan Karakteristik Dan Sosial Budaya Di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2014 Meiandayati, Rini; Nirmala, Sefita Aryati; Didah, Didah; Susanti, Ari Indra
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.963 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i2.18129

Abstract

Permasalahan pernikahan usia dini di masyarakat pada kenyataannya masih banyak terjadi di negara berkembang terutama di pelosok terpencil. Menikah usia dini menjadi pencetus terjadinya resiko pada kehamilan yang dapat meningkatkan kesakitan bahkan kematian bagi ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif dengan pendekatan Cross sectional. Waktu pembuatan penelitian dan tempat dilakukan di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang sejak Oktober 2013 sampai dengan Juli 2014. Jenis Pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 44 orang. Hasil penelitian pernikahan usia dini terbanyak terjadi pada usia 19−20 tahun (56,41%), pendidikan SMP (61,54%), pekerjaan responden saat menikah tidak bekerja (71,79%), pendapatan suami saat menikah ≤Rp.1.300.000 (92,31%), pendapatan responden saat menikah yaitu tidak ada pendapatan (71,79%), pendapatan orang tua responden ≤Rp.1.300.000 sebanyak (92,3%), perilaku sosial budaya dari faktor individu yang melakukan (61,54%), faktor keluarga (82,05%), dan faktor masyarakat lingkungan (64,10%). Kejadian pernikahan usia dini masih banyak terdapat di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Salah satu penyebab terjadinya pernikahan usia dini adalah perilaku sosial budaya yang meliputi faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan masyarakat.Kata Kunci : Pernikahan Usia Dini, Perilaku Sosial Budaya (Faktor Individu, Keluarga, Lingkungan Masyarakat).
Effect of Health Education Video on Knowledge about Stunting among Women in Childbearing Age Annisa Nuraini; Puspa Sari; Sri Astuti; Lani Gumilang; Didah Didah
Althea Medical Journal Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15850/amj.v8n1.2150

Abstract

Background: Toddlers aged 24-59 months are experiencing a very rapid growth process; however, they are also prone to have nutritional problems, including stunting. Stunting occurs mainly within the first 2 to 5 years of life. The main cause is a lack of knowledge on toddler’s nutritional intake among women of childbearing age. This study aimed to explore the effect of health education using video media on the knowledge about stunting among women of childbearing age.Methods: This was a quantitative, experimental study with one group pretest-posttest design conducted in July-November 2019 on women of childbearing age in the working area of Public Health Center (Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas) Jatinangor, West Java, Indonesia. Respondents were recruited using the Multistage Random Sampling according to the inclusion criteria. A pre-test was administered before the health education session on stunting and a post-test was administered afterwards. Data collected were then analyzed using the Wilcoxon Test.Results: In total, 211 women were included. Education video on stunting was proved to significantly increase the respondent's knowledge on stunting (p=0.000, r value=0.690).Conclusion: Health education video clearly increases knowledge on stunting among women of childbearing age. Thus, video medium can be used as a preferred method for disseminating knowledge on various health topics.
CADRES OF THE INTEGRATED HEALTH POST FOR ELDERLY AND THEIR SATISFACTION: HERZBERG THEORY APPROACH Nabila Ramadhania; Sharon Gondodiputro; Merry Wijaya; Didah Didah; Ariyati Mandiri
Sosiohumaniora Vol 22, No 3 (2020): SOSIOHUMANIORA, NOVEMBER 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v22i3.27259

Abstract

Integrated health post (posbindu) is a place for the elderly to obtain various health services to improve their quality of life.  The satisfaction of the health care volunteers (cadres) has an important role in the success of the posbindu. The higher the cadre’s satisfaction, the higher the performance in managing the posbindu. According to Herzberg, two factors that contributed to the work satisfaction, namely motivator factor and hygiene factor. Identifying these factors is important, so that cadres can remain active and satisfy in doing their work in the posbindu. The purpose of this study was to explore the components of cadres’ satisfaction in providing health services in the posbindu based on Herzberg’s factors A qualitative phenomenological study was conducted on 12 active and 6 inactive cadres in 16 posbindu, Bandung City, West Java, Indonesia. A purposive sampling was performed to select the posbindu and the cadres. Data collection was carried out by an in-depth interview to explore the work satisfaction factors based on the concept of the Herzberg theory. Triangulation was based on the result of active and inactive cadres interviews, as well as observation of the activities during the posbindu. This study discovered practicing religious teachings and social relations as two new components that can influence satisfaction in the workplace.
Elderly’s Expectations of Services in Integrated Health Post (Posbindu): A Qualitative Study Destyana Wulandari Azana; Sharon Gondodiputro; Didah Didah
Majalah Kedokteran Bandung Vol 51, No 4 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v51n4.1786

Abstract

Many factors influence the compliance of the elderly to visit the Integrated Health Post (Posbindu). One factor that needs to be explored is the expectation of the elderly on the services in this post. Expectations that are met with performance will create satisfaction, leading to a regular visit to the Posbindu. This study aimed to explore the expectations of the elderly towards services provided in the Posbindu. A qualitative phenomenology study using a in-depth interview was conducted to 8 elderly informants from 7 Posbindu from 7 public health centers (Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas) who were selected by purposive sampling in Bandung City. Posbindu and Puskesmas was selected in a simple random manner. The study was conducted from July to October 2018. Explored concepts were structure, process, and output of expectations. The collected data was processed by coding and categorization.This study discovered that the structural expectation covered three subthemes, namely accessibility, human resources, and facilities. The process expectation was formed by three subthemes: behavior and communication skills of the cadres; behavior and communication skills of the health providers; consultation and treatment. The output expectation was formed by three categories, including information about their illness, controlled disease, and the desire to stay healthy. This study discovered 3 new categories from several subthemes of the health care provided in the Posbindu, i.e. free services, attendance of a doctor, and medicine prescription. In conclusion, the expectation of the elderly towards the health services at the Posbindu has been identified. Ekspektasi Lansia terhadap Pelayanan di PosbinduBanyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan lansia untuk datang ke Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Salah satu faktor yang perlu digali adalah harapan para lansia. Harapan sesuai dengan kenyataan akan menciptakan kepuasan, yang mengarah ke kunjungan rutin ke Posbindu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi harapan para lansia terhadap layanan di Posbindu. Penelitian fenomenologis kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam kepada 8 informan lansia dari 7 Posbindu (dari 7 Puskesmas) yang dipilih secara purposive sampling di Kota Bandung. Pemilihan Posbindu dan Puskesmas dilakukan secara acak sederhana. Studi ini dilakukan dari Juli hingga Oktober 2018. Konsep yang dieksplorasi adalah struktur, proses, dan output dari harapan. Data yang dikumpulkan, diproses dengan pengkodean dan kategorisasi. Penelitian ini menemukan harapan struktural dicakup oleh tiga sub-tema, yaitu aksesibilitas, sumber daya manusia, dan fasilitas. Harapan proses dibentuk oleh tiga sub-tema, yaitu perilaku dan komunikasi kader; perilaku dan komunikasi tenaga kesehatan; konsultasi dan perawatan. Harapan masukan dibentuk oleh tiga kategori, termasuk informasi tentang penyakit mereka, penyakit terkendali, dan keinginan untuk tetap sehat. Studi ini menemukan 3 kategori baru dari beberapa subtema yaitu tidak perlu membayar , kehadiran dokter, dan pemberian obat. Simpulan, harapan lansia terhadap layanan kesehatan di Posbindu telah diidentifikasi.
Neonatal Care Education during Pregnancy Using Videos on the iPosyandu Application Fedri Ruluwedrata Rinawan; Ilma Dina Arrahmah; Didah Didah; Nelly Dameria Sinaga; Ari Indra Susanti; Rima Kusumah Dewi; Atriany Nilam Sari
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.734 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i3.8430

Abstract

Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 shows that the neonatal mortality rate (NMR) in Indonesia was 15 per 1,000 live births. A decrease in NMR to 12 per 1,000 live births can reduce the infant mortality rate (IMR). Purwakarta regency in 2019 ranked 14 out of 27 regencies and cities that contribute to the NMR in West Java. This research analyzes the knowledge of pregnant women about neonatal care before and after being given a combination of video animation and demonstration on the iPosyandu Parents application. The research method used was quantitative with one group pretest-posttest design, an interventional study without a control group. The sample size was 60 pregnant women in their third trimester. Samples that met the criteria were taken by purposive sampling technique and according to the midwife's instructions at the Pasawahan Public Health Center, Purwakarta regency. This research was conducted in May 2020. The knowledge data were collected using a questionnaire that was translated from previous studies. The questionnaire topic groups were adapted from the government's Maternal and Child Health book. The results showed differences in knowledge before and after being given health education using audiovisual media in 7 topic groups. They comprised general information on neonatal care, early breastfeeding initiation, breastfeeding, keeping babies warm, umbilical cord care, schedule of neonatal visits, and immunization. However, there was no difference in one topic group, namely the newborn danger critical signs.EDUKASI SELAMA KEHAMILAN TENTANG PERAWATAN NEONATUS MENGGUNAKAN VIDEO PADA APLIKASI iPOSYANDUAngka kematian neonatus (AKN) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 di Indonesia adalah 15 per 1.000 lahir hidup. Penurunan AKN hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dapat menekan angka kematian bayi (AKB). Kabupaten Purwakarta pada tahun 2019 menempati urutan ke-14 dari 27 kabupaten dan kota penyumbang AKN di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini menganalisis pengetahuan ibu hamil mengenai perawatan neonatus sebelum dan sesudah diberikan video kombinasi animasi dan demonstrasi pada aplikasi iPosyandu Orang Tua. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain one grup pretest-posttest yang merupakan penelitian intervensional tanpa kelompok kontrol. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 ibu hamil trimester III. Sampel yang memenuhi kriteria diambil dengan teknik purposive sampling sesuai dengan arahan dari bidan Puskesmas Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2020. Pengumpulan data pengetahuan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diterjemahkan dari penelitian sebelumnya. Kelompok topik kuesionernya disesuaikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual pada 7 kelompok topik. Topik tersebut terdiri atas informasi umum perawatan neonatus, inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI, menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, jadwal kunjungan neonatal, dan imunisasi. Akan tetapi, kelompok mengenai tanda bahaya bayi baru lahir tidak terdapat perbedaan.
Comparison of health education with videos and leaflets on the knowledge of young women about early detection of breast cancer In SMP Negeri 15 Bandung Wardah Fajriah; Ariyati Mandiri; Didah Didah; Astuti Dyah Bestari; Lani Gumilang
JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/jnki.2021.9(3).197-205

Abstract

Background: Breast cancer is a malignant tumor that grows in the breast tissue and is the most common cancer disease affecting women in Indonesia with an incidence of 42.1 per 100.000 population and an average death rate of 17 per 100.000 population. The increasing incidence of breast cancer in women as adolescents and young adults is due to several factors such as parity at a young age, family history, gene mutations, and poor lifestyle factors. Early detection of breast cancer through education on causative factors and how to prevent breast cancer and  breast self-examination technique will be very useful to reduce the incidence. Purpose: This study aimed to determine the comparison of breast cancer early detection health education with video and leaflets on the knowledge of young women about early detection of breast cancer. Methods: This study used a quasi experiment method with two control group design. Samples collected with consecutive sampling techniques. This study conducted for 7 days in December 2019 on young women at SMP Negeri 15 Bandung with 40 subjects in each group. The technique used to collect the data is questionnaire. The experimental group is given with Video and the control group is given with Leaflet. The bivariate data analysis used Paired T-Test and Non-paired T-test. Results: The results of this study showed that there was an increase in the knowledge before and after being given video (p = 0.000) and leaflet (0,003) with significant difference in young women who were given video compared to those given leaflets (p=0,000).Conclusion: there were differences in health education with videos and leaflets on the knowledge of young women about early detection of breast cancer.
Tingkat Pengetahuan dan Kemampuan Kader Posyandu dalam Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil Berbasis Kemandirian Masyarakat Lina Rahmiati; Merry Wijaya; Irna Kurnia Aprillani; Rikma Pramanik; Didah Didah
Jurnal Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia (Indonesian Journal of Education and Midwifery Care Vol 2, No 1 (2015): Maret
Publisher : Program Studi Magister Kebidanan FK UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijemc.v2i1.59

Abstract

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat milik masyarakat berfungsi dalam upaya meningkatkan ibu dan anak dan berkaitan dengan penurunan angka kesakitan dan kematian ibu. Berdasarkan hasil survey pendahuluan di Desa Citapen terdapat 9 Posyandu dengan jumlah kader yang aktif sekitar 40 orang, tetapi hanya beberapa kader yang mampu melaksanakan penyuluhan untuk ibu hamil, hal ini disebabkan para kader merasa kurang pengetahuan dan kemampuan. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah agar kader posyandu mampu memberikan penyuluhan yang efektif  kepada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil. Metode penelitian yang digunakan yang digunakan Pre-Experimental Design yaitu one-group pre-test post-. Pengambilan sampel dengan cara total sampling sesuai dengan kriteria inklusi yaitu sebesar 25 responden, instrument yang digunakan berupa kuesioner dan untuk pelatihan menggunakan modul pembelajaran. Analisis data untuk pengetahuan dengan Uji T sedangkan untuk keterampilan dengan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan data usia kader paling banyak antara 40 sampai dengan 50 tahun sejumlah 12 responden (48%) yang paling sedikit berusia <30 tahun hanya 1 orang (4%), pendidikan yang paling banyak tingkat SLTA sejumlah 13 orang (52,5%) dan paling sedikit tingkat perguruan tinggi 2 orang (8%), lama menjadi kader paling banyak antara 4 sampai dengan 6 tahun sejumlah 8 orang (32%). Rata-rata tingkat pengetahuan pretest 65,6 sedangkan posttest 81,2 (p<0,005) rata-rata keterampilan memberikan penyuluhan sebelum pelatihan 2,492 setelah pelatihan 3,136 (p<0,005). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil di Desa Citapen Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Rekomendasi untuk Puskesmas Pataruman dan Bidan Desa Citapen agar secara kontinu mendampingi kader memberikan penyuluhan sehingga kader dapat memberikan secara mandiri sesuai kebutuhan ibu hamil.
Survei Kualitas Gizi Makanan Sela Yang Dikonsumsi Siswi SMP Dan SMA Di Kecamatan Jatinangor Alifia Nanda Brillianty; Neneng Martini; Puspa Sari; Didah -; Sri Astuti
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 5, No 4 (2019): volume 5 Nomor 4 Oktober 2019
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v5i4.1982

Abstract

Latar Belakang: Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan, dan perkembangan baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Oleh karena itu, nutrisi yang dibutuhkan lebih tinggi. Remaja mempunyai kebiasaan makan diantara waktu makan baik berupa jajanan disekolah maupun diluar sekolah yang dikenal dengan makanan sela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kandungan gizi, kualitas gizi, banyaknya makanan sela serta pertimbangan memilih makanan sela yang dikonsumsi siswi SMP dan SMA di Kecamatan Jatinangor.Metode: Metode penelitian menggunakan survei deskriptif dengan data primer hasil wawancara 332 responden. Pengolahan data menggunakan nutri survey.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah baso goreng dengan 65 responden (19,57%), tidak ada makanan yang memenuhi seluruh angka kecukupan gizi, 295 responden (88,9%) mengonsumsi makanan sela yang tidak berkualitas, 187 responden (56,3%) memakan 3-5 jenis makanan, 222 responden (66,9%) memilih pertimbangan rasa yang enakKesimpulan: Makanan yang paling sering dikonsumsi adalah baso goreng dengan 65 responden (19,57%). tidak ada makanan yang memenuhi seluruh angka kecukupan gizi, 295 responden (88,9%) mengonsumsi makanan sela yang tidak berkualitas, 187 responden (56,3%) memakan 3-5 jenis makanan, 222 responden (66,9%) memilih pertimbangan rasa yang enak.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING Chika Apriana Widyaningsih; Didah Didah; Puspa Sari; Merry Wijaya; Fedri R Rinawan
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 7, No 2 (2021): Vol.7 No.2 April 2021
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v7i2.2854

Abstract

IDENTIFICATION OF STUNTING FACTORS  Background: The problem of short children (stunting) is one of the problems that exist in the world today.  Stunting is a condition of failure to achieve physical development measured by height according to age. Stunting in children is caused by several factors consisting of both direct and indirect factors. In 2017 globally 22.2% of children under five experienced stunting. In 2018, in Indonesia 30.8%, West Java Province 29.2% and Sumedang Regency 41%. Purpose Identifying factors for stunting in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency.Methods: This research is a descriptive study (univariate analysis) with a cross-sectional approach. The population in this study included all mothers who had stunting children aged 24-59 months in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency. The method of sampling is total sampling with a total sample of 56 respondents. Variables in this study include history of birth weight, history of exclusive breastfeeding, maternal age, history of married mother's age, education, occupation, income and parity. Data collection tools used were stature meters, WHO Child Grow Standards and questionnaires. This study tries to find out information about the factors  that influence the incidence of stunting in children aged 24-59 months in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency.Results: there were 56 toddlers stunted based on the sex of 24 boys (42.8%) and 32 girls (57.2%), LBW of 32 toddlers (57.2%), not given exclusive breastfeeding as many as 48 toddlers (85.7%), working mothers as many as 6 people (10.7%), high school education mothers as many as 3 people (5.3%), mothers aged 20-35 years as many as 39 people (69.6%) , the age of the first married mother age ≤20 years were 44 people (78.7%), parity 1-2 were 41 people (73.2%) and the income of parents <Rp.2,500,000 were 56 people (100%).Conclusion The most incidence of stunting in children under five in Cijeruk Village, Pamulihan District, Sumedang Regency was mostly due to the parent's income factorSuggestion The community, especially pregnant women and families with babies and children under 5 years of age, are advised to comply with and implement programs related to balanced nutrition by the government, regularly visit health services to get early detection of the health of themselves and their children and increase creativity in feeding their children. . Keywords: Stunting, factors causing stunting. ABSTRAK Latar Belakang  : Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan yang ada di dunia saat ini. Stunting merupakan salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Stunting pada anak disebabkan oleh beberapa faktor yang terdiri dari faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Tahun 2017 secara global 22,2% balita mengalami stunting. Pada tahun 2018, di Indonesia sebesar 30,8%, Provinsi Jawa Barat 29,2% dan Kabupaten Sumedang sebesar 41%.Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi faktor-faktor kejadian stunting di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (analisis univariat) dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini mencangkup seluruh ibu yang memiliki balita stunting dengan usia 24-59 bulan di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.Cara pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah sampel yaitu 56 responden.Variabel dalam penelitian ini meliputi riwayat berat badan lahir, riwayat pemberian ASI ekslusif, usia ibu, riwayat usia ibu menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan paritas. Alat pengumpulan data berupa stature meter, WHO Child Grow Standards dan kuesioner. Penelitian ini mencoba menggali informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.Hasil Penelitian : Didapatkan 56 balita mengalami stunting berdasarkan jenis kelamin laki-laki 24 balita (42,8%) dan perempuan sebanyak 32 balita (57,2%), BBLR sebanayak 32 balita (57,2%), tidak diberikan ASI Ekslusif sebanyak 48 balita (85,7%), ibu bekerja sebanyak 6 orang (10,7%), pendidikan ibu SMA sebanyak 3 orang (5,3%), usia ibu 20-35 tahun sebanyak 39 orang (69,6%), riwayat usia ibu menikah pertama ≤20 tahun sebanyak 44 orang (78,7%), paritas 1-2 sebanyak 41 orang (73,2%) dan pendapatan orangtua <Rp.2.500.000 sebanyak 56 orang (100%).Simpulan : Kejadian stunting pada balita di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang yang paling banyak dikarenakan faktor pendapatan orangtua. Saran : Masyarakat terutama ibu hamil dan keluarga yang memiliki bayi dan anak dibawah 5 tahun disarankan agar mematuhi dan melaksanakan program terkait dengan gizi seimbang oleh pemerintah, rutin berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk medapatkan deteksi dini tentang kesehatan diri dan anaknya serta menambah kreatifitas untuk pemberian konsumsi makan pada anaknya. Kata Kunci : Stunting, faktor penyebab stunting.   
Relationship between Predisposing Factors and the Incidence of Contraceptive Dropout in West Java Shiva Muaebah; Ari Indra Susanti; Didah Didah; Lani Gumilang; Neneng Martini; Dean Rosmawati
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/gmhc.v11i1.9848

Abstract

The incidence of contraceptive dropout in West Java is still high. Analyzing the reasons would help to improve programs. This study explores the relationship between predisposing factors and the incidence of contraceptive dropout in West Java. The research was cross-sectional and conducted from August to December 2021, and the dataset came from Program Performance and Accountability Survey (Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program, SKAP) 2019. The sample in the study were women of childbearing age 15–49 years with married status both ever and currently using contraception—a total of 338 samples with simple random sampling. This study used univariate, bivariate, and multiple logistic regression to analyze the discontinuation of contraception. A study has shown a relationship (p<0.05) between parity, education level, level of knowledge, and the incidence of contraceptive dropout. Furthermore, age and employment status did not affect them. In conclusion, a relationship exists between predisposing factors such as education, parity, knowledge, and contraceptive dropout. There is a need to emphasize the health promotion of contraception, especially for women of childbearing age with marital status, low education, fewer children than two, and inadequate knowledge level. In addition, contraceptive service standards should be implemented to prevent the incidence of contraceptive dropout.