Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Karakteristik Budaya Indonesia pada Karakter Komik Nusa V Aditia, Patra
Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan (Demandia) Vol 5 No 01 (2020): Vol 05, No 01 (Maret 2020) demandia - Jurnal Desain Komunikasi Visual, Manajemen
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/demandia.v5i01.2202

Abstract

The development of Indonesian comics since the 1990s also raises questions about Indonesian identity itself. There are comics that prioritize the Indonesian side in terms of characterization, setting, theme, or terminology. One of the Indonesian comics that is quite interesting in this contemporary era is Nusa V. Nusa V by Sweta Kartika featuring five figures namely Rangga Wira Prakoso, Rimba Kala Manthana, George Saa, Kanaya Meuthia, and Renata Mokoginta. With Roland Barthes's semiotic theory approach which is aimed at examining the protagonists and the terms in the Nusa V universe, it can be concluded that Nusa V was created with the intention to create an Indonesian superhero that prioritizes local values ??but can still be accepted by global public. This is done by not making visualizations that are not too associated with local (Indonesian) values, but rather in a universal direction; Nusa V retains local values ??through the names of its protagonists, along with the terms of the terminology attached to them; Nusa V wants readers to be more interested in this comic based on Indonesian values ??and not referring to visual representation alone, and Nusa V wants to show the Archipelago aspect through terms derived from Sanskrit that are familiar with Hindu tradition in Indonesia. Keywords: Comics, Nusa V, Semiotics, Nusantara
TUR PARIWISATA DI MASA PANDEMI (ANALISIS PENGALAMAN VIRTUAL MELALUI PENDEKATAN AWARE-NESS) Patra Aditia; Atria Nuraini Fadilla
Jurnal Budaya Nusantara Vol 4 No 1 (2020): NUSANTARA & RUANG VIRTUAL
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol4.no1.a3259

Abstract

Tur virtual adalah cara bagi industri pariwisata untuk bertahan dari pandemi. Melalui tur virtual, pengguna tetap dapat menjelajahi tempat-tempat wisata di seluruh dunia, melalui pengalaman virtual yang menempatkan pengguna dalam realitas virtual. Salah satu situs yang menyediakan layanan tur virtual ini adalah artsandculture.google.com, yang penggunanya sangat tinggi, karena orang cenderung jarang bepergian di tengah pandemi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengalaman virtual dalam tur pariwisata, mengakomodir keinginan travelling konsumen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, studi pustaka, dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan empat orang yang dipilih melalui kriteria purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tur virtual memenuhi elemen kesadaran dalam persepsi, terkait dengan kehadiran audio yang ditandai daripada visual, kemampuan pengguna untuk membayangkan bahwa realitas virtual juga realitas nyata, dan hubungan antara pengalaman virtual dan pengguna nyata. pengalaman. Selain itu, virtual tour juga dapat meningkatkan industri pariwisata, bahkan setelah pandemi, karena murah terutama dalam hal akomodasi, transportasi, dan biaya masuk tempat wisata, serta dapat menghindari risiko tertentu, terutama terkait situs yang sifatnya tidak dapat diprediksi.
STORYTELLING DALAM KEMASAN KOPI JANJI JIWA Atria Nuraini Fadilla; Patra Aditia
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol 8, No 01 (2022): March 2022
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/andharupa.v8i01.4154

Abstract

AbstrakIndonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengkonsumsi kopi terbesar di dunia. Salah satu brand yang berhasil menguasai pasar kopi di Indonesia adalah kopi Janji Jiwa. Janji Jiwa mengetahui pentingnya membangun sebuah brand image. Salah satu pendekatan kreatif yang dilakukan oleh Janji jiwa adalah dengan storytelling yang diperkuat juga dengan copywriting dan tipografi. Lewat teknik pengumpulan data melalui observasi, studi literatur, dan wawancara mendalam terhadap sejumlah informan, yang kemudian dikaitkan dengan teori semiotika, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa storytelling memperkuat brand image kopi Janji Jiwa dengan memberi kesan bahwa Janji Jiwa dimitoskan dengan peristiwa-peristiwa keseharian, seperti misalnya; pertemuan dengan sahabat, masa-masa kurang beruntung, ataupun perselisihan dengan rekan kerja.  Selain itu, makna yang terbentuk dari konten kreatif kopi Janji Jiwa adalah mitos tentang teks-teks yang dapat mengisi waktu luang, punya kemampuan untuk menimbulkan pikiran yang reflektif, punya pendekatan yang baik dan ramah, serta niat yang tulus.  Kata kunci: brand image, kopi janji jiwa, semiotik, storytelling  AbstractIndonesia is one of the largest coffee producers and consumers in the world. One of the brands that has succeeded in dominating coffee market in Indonesia is Janji Jiwa Coffee. Janji Jiwa knows the importance of building a brand image. One of the creative approaches used by Janji Jiwa is storytelling which is also reinforced by copywriting and typography. Data collection techniques were gathered through observation, literature study, and in-depth interviews with several informants, which linked to semiotic theory. The results of this study indicate that storytelling strengthens the brand image of Janji Jiwa coffee by giving the impression that Janji Jiwa is associated with daily events, for example, meetings with friends, unfortunate moments, or disputes with coworkers. In addition, the meaning of content creative development of Janji Jiwa coffee is a myth about texts that can fill spare time, have the ability to generate reflective thoughts, have a kind and friendly approach, and have sincere intentions.  Keywords: brand image, storytelling, semiotics, janji jiwa coffee
MEMBANGUN IDENTITAS VISUAL UNTUK MEDIA PROMOSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH Riztama Prawita; Wirania Swasty; Patra Aditia
Jurnal Sosioteknologi Vol. 16 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2017.16.1.3

Abstract

Seperti kebanyakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), J-Project belum memiliki identitas visual dan media promosi yang tepat. Ini menyebabkan sulitnya membangun kesadaran merek serta mempromosikan UMKM tersebut. Untuk meningkatkan daya saing industri, perancangan identitas visual dan media promosi yang tepat sangat diperlukan. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, observasi dengan mengamati persaingan industri, kuesioner yang disebar kepada 100 orang komunitas sepeda di Bandung, serta wawancara pada pelaku bisnis. Landasan teori yang digunakan adalah teori pemasaran, teori merek, teori perancangan visual dan teori identitas perusahaan. Bentuk perancangannya meliputi identitas visual (logogram) dan beberapa media promosi untuk menunjang daya saing J-Project seperti poster, brosur, x-banner, website, dan media sosial lainnya. Logogram memiliki makna bahwa J-Project merupakan UMKM yang ingin tumbuh dan berkembang bersama komunitas dengan semangat dan sportifitas yang tinggi. Dengan identitas visual yang baru, J-Project ingin menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa bersepeda merupakan salah satu alternatif olah raga yang cukup murah dan mudah.           Kata Kunci: Sepeda, Jersey, Identitas Visual, Logo, Media Promosi
HIBRIDITAS DALAM KULINER BANDUNG: CITARASA RAMEN Patra Aditia; Amaliatun Saleha; Elly Setiawan Sutawikara
KalaTanda Vol 1 No 2 (2016): Kalatanda
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/kalatanda.v1i2.1380

Abstract

Sudah umum diketahui orang bahwa Kota Bandung adalah surga bagi pecinta kuliner. Meski demikian, dalam keragaman tersebut, sulit jika mengatakan bahwa kuliner-kuliner tersebut murni berasal dari Bandung, termasuk ramen. Di Bandung, restoran ramen semakin banyak. Diantaranya yang terkenal adalah Jigoku Ramen, Mie Reman, Ramen House, Nobu Ramen, Udin Ramen, Shifu Ramen, Ramen Cemen, Kuma Ramen, hingga yang dijual di restoran Jepang umum seperti Gokkana Tepan, Suki Soba Restaurant dan Marugame Udon. Berdasarkan observasi, wawancara mendalam, dan studi literatur terhadap sejumlah restoran ramen di Bandung, maka dapat diperoleh simpulan bahwa “Ramen Bandung” mempunyai pertimbangannya sendiri dalam hal citarasa, terkait dengan selera masyarakat di Kota Bandung pada umumnya yang tidak mengonsumsi daging babi dan tidak terlalu bisa menyesuaikan diri dengan rasa makanan Jepang yang asli. Sehingga dibuat berbagai variasi yang menjauhi rasa “ramen Jepang” yang asli. Selain itu, “Ramen Bandung” mempertahankan hibriditas dalam persoalan estetika restoran dan nama-nama pada menu, dengan cara mempertahankan aspek ke-Jepang-an. Hal tersebut menunjukkan bahwa hal-hal terkait Jepang, di mata masyarakat Kota Bandung, masih merupakan hal yang tinggi, menarik, sekaligus juga berkarakter. Secara estetika, masyarakat tidak perlu bersusah payah untuk mengenali sebuah unsur kebudayaan yang berasal dari Jepang
BUKU PANDUAN WISATA BUDAYA KABUPATEN KLATEN Eko Cahyo Kusumo Wibowo; Patra Aditia; Wirania Swasty
KalaTanda Vol 1 No 1 (2016): Kalatanda
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/kalatanda.v1i1.1368

Abstract

Klaten sebagai kabupaten sangat kaya potensi budaya. Potensi harus mampu membuat Klaten menjadi salah satu tujuan wisata budaya selain Solo dan Yogyakarta. Informasi tentang potensi pariwisata budaya kurang disajikan, sehingga banyak informasi menjadi kurang menarik bagi wisatawan. Hal ini tentu mempengaruhi penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan potensi wisata baik warisan budaya maupun kerajinan. Selain itu, minat masyarakat tentang potensi budaya masih rendah dilihat dari wisatawan yang berkunjung ke wisata budaya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang buku panduan wisata yang dapat meningkatkan daya tarik Klaten yang memiliki potensi budaya lokal yang lebih menarik bagi publik. Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan menggunakan metode observasi lapangan, studi literatur, dan wawancara terkait sumber. Setelah mengumpulkan data, penulis merancang buku panduan budaya dan media yang mendukung buku panduan mencakup peta wisata, belly binding, kartu pos, dan kemasan buku. Mudah-mudahan, hal ini akan dapat membantu Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klaten dalam memperkuat citra pariwisata serta merancang media yang tepat untuk menyampaikan informasi untuk menarik kesadaran masyarakat terhadap keberadaan pariwisata budaya.
KARAKTERISTIK BUDAYA NUSANTARA PADA TOKOH DAN SEMESTA KOMIK NUSA V Patra Aditia; Bijaksana Prabawa
Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan (Demandia) Vol 5 No 01 (2020): Vol 05, No 01 (Maret 2020) demandia - Jurnal Desain Komunikasi Visual, Manajemen
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/demandia.v5i01.2720

Abstract

Perkembangan komik dengan tema Nusantara sejak tahun 1990-an menimbulkan pertanyaan tentang identitas ke-Nusantara-an itu sendiri. Komik-komik tersebut ada yang mengedepankan sisi ke-Nusantara-an dari segi penokohan, latar, tema, ataupun peristilahan. Salah satu komik Indonesia yang cukup menarik perhatian di era kontemporer ini adalah Nusa V. Nusa V karya Sweta Kartika menampilkan lima tokoh yaitu Rangga Wira Prakoso, Rimba Kala Manthana, George Saa, Kanaya Meuthia, dan Renata Mokoginta. Dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes yang ditujukan bagi penelaahan tokoh-tokoh protagonis beserta istilah-istilah yang ada dalam semesta Nusa V, maka dapat diperoleh simpulan yaitu Nusa V dibuat dengan intensi untuk menciptakan superhero Nusantara yang mengedepankan nilai-nilai lokal namun masih bisa diterima oleh publik global. Hal itu dilakukan dengan cara tidak membuat visualisasi yang tidak terlalu terasosiasikan pada nilai-nilai kelokalan (Nusantara), melainkan lebih pada arah yang universal; Nusa V tetap mempertahankan nilai lokal melalui nama-nama para tokoh protagonisnya, beserta aspek-aspek peristilahan yang melekat padanya; Nusa V ingin agar para pembaca lebih meminati komik ini berdasarkan nilai-nilai ke-Nusantara-an dan bukan mengacu pada representasi visual semata, dan Nusa V ingin menunjukkan aspek ke-Nusantara-an lewat istilah-istilah yang diturunkan dari bahasa Sansekerta yang akrab dengan tradisi Hindu di Nusantara. Kata kunci: Komik, Nusa V, Semiotik, Nusantara, Lokal
KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARYA KAWS x UNIQLO TAHUN 2019 Rendy Pandita Bastari; Patra Aditia; I Dewa Alit Dwija Putra
Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan (Demandia) Vol 5 No 2 (2020): demandia - Jurnal Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/demandia.v5i2.2660

Abstract

Saluran seniman untuk mempublikasikan karyanya pada sekarang ini sangat beragam, dari mulai ruang galeri, media sosial, pameran kolaborasi hingga produk derivatif yang kerap berkolaborasi dengan merk tertentu. Media derivatif ini adalah hasil kerja sama antara seniman dan merk tertentu yang menghasilkan produk yang terjangkau oleh masyarakat luas. Ini merupakan salah satu strategi publikasi seorang seniman sekaligus strategi pemasaran sebuah merk. Uniqlo sudah memulai kolaborasi dengan seniman-seniman besar lainnya, seperti Basquiat, Keith Harring, dan Sol Lewitt. Untuk cakupan seniman Indonesia, uniqlo sudah berkolaborasi dengan Yellow Dino. Tentu ada kecenderungan visual tertentu pada media derivatif. Dengan menitik beratkan studi dan analisis terhadap pembacaan karya pada media derivatif, penulis berharap melihat kecendenrungan karya yang diimpelementasikan pada media kolaborasi. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan untuk usaha sejenis atau seniman dalam membuat sebuah produk atau objek seni. Kata Kunci : media derivatif, semiotika, Kaws, Uniqlo
Relasi Popularitas Jeans dan Musik Rendy Pandita Bastari; Patra Aditia; Atria Nuraini Fadilla
JURNAL RUPA Vol 4 No 2 (2019): Open Issue
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/rupa.v4i2.2311

Abstract

In the 19th century jeans were popular among the lower classes, this transmitted to the upper classes that made jeans as a commodity. The social class shift made Jeans as part of popular culture which was then consumed in Indonesia along with television shows, magazines and films. The process of data collecting and field observations was carried out at two popular shopping malls in the city of Bandung, Cihampeas Walk and Paris Van Java. These observations strengthened by sub-cultural and musical analysis and popular culture in Indonesia. The findings of this study are that music has influenced the popularity of jeans models for decades, music lovers and popular culture constitute the majority who have an ideology about a goal that forms their own aesthetics. This finding is closely related to the position of Bandung which has always been known as a trendsetter city in Indonesia.
Story of a Boy, a Mother, and a Mountain Patra Aditia
JURNAL RUPA Vol 6 No 2 (2021): Open Issue
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/rupa.v6i2.2934

Abstract

Comics, although they were heavily debated in relation to their position in the fine arts discourse, in the end, they were increasingly accepted, especially since the 1960s. Since then, comic characteristics have been identified and it has been found that the representations presented in comics tend to be more particular, specific, and contextual so that they are often used to represent certain cultural contexts. The comic titled Story of A Boy, A Mother, and A Mountain, which was exhibited at the 2018 Indonesian Art Award (IAA), did not try not relate to a particular cultural context - at least not explicitly -. But for readers who understand the context, and have knowledge of the myths of Mount Tangkuban Parahu or the Legend of Sangkuriang, they will most likely link in that direction based on their background, plot, and symbolic representation. Tangkuban Parahu Mountain itself is a mountain located in West Java and its existence is closely related to Sundanese traditions and culture. Behind the existence of the mountain which is one of the important tourist attractions in West Java, there is a widely known myth, often called the Legend of Sangkuriang. The myth of the Sangkuriang legend is retold in the form of comics without narrative text, without face visualization, and uses more panels that are fluid and dynamic. The reason behind the aesthetic consideration is the emphasis on the unconscious aspect as an expression of the concept of the "Oedipus complex" in Sigmund Freud's psychoanalysis, the emphasis of the work not on the narrative, but on its sensations and passions, as the Nietzsche's Dionysian concept, as well as the historical-cultural aspects of comic artists who want to present comics and stories that fit their personal background, also expect an authenticity that emerges from West Javanese culture and Sundanese traditions.