Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PRELIMINARY STUDY ON BURIAL CHARACTERISTICS OF HARINGEN Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Naditira Widya Vol 5, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i1.101

Abstract

The archaeological remains discovered in a site reflect past human behavior attemptingto adjust oneself with ones surrounding environment. Thus, there should have been a closerelationship between choosing a prospective activity location and humans strategy to fulfill onesbasic needs. Among the sites in the central region of Kalimantan, which indicate the potency todepict the occurrence of a persisting religious-based-tradition of past civilization, is Haringen. Untilnow, one of the traditions which still show the continuity of old culture is burial. In regard to thisresearch, the effort to identify the characteristics of Haringen burial was carried out by using ethnoarchaeologicalapproach. Based on analogical analysis on ethnographic data of the Maanyancommunities who reside in Haringen today, the discussion was foussed on past human behavior inHaringen concerning death management, both involving tangible and intangible features. Therefore,I assume the Haringen burial characteristic is an implementation of the concept of Kaharinganbelief, which is principally, founded from religious concepts occurred in prehistoric period; a periodwhen the concept of ancestor worship was initially developed and elaborated with the concept ofaxis mundi, which is materialized in form of terraced structures.
CULTURAL DEVELOPMENT: THE ARCHAEOLOGY OF KALIMANTAN TENGAH AND KALIMANTAN SELATAN Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Naditira Widya Vol 6, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v6i2.89

Abstract

Abstrak. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN: ARKEOLOGI KALIMANTAN TENGAH DAN KALIMANTANSELATAN. Selama 1993-2010, lebih dari tujuh puluh lima situs arkeologi di Provinsi Kalimantan Tengah danProvinsi Kalimantan Selatan telah diteliti. Bukti-bukti arkeologi memberikan informasi penting tentang okupasiprasejarah, diaspora Austronesia dan tradisi penguburan, perkembangan kebudayaan India dan Cina, daerahaliran sungai dan pemukiman rawa, arsitektur Islam dan kolonial, perencanaan kota dan pemakaman, sistembenteng kolonial, perdagangan keramik, tradisi pembuatan tembikar dan logam, serta arkeologi bawah air. Namundemikian, karakteristik arkeologis masing-masing daerah tersebut menunjukkan kekhasan; Arkeologi KalimantanTengah menyajikan informasi tentang kontinuitas tradisi pemakaman prasejarah, sedangkan Arkeologi KalimantanSelatan berkaitan dengan perkembangan kebudayaan Islam di bawah hegemoni Kesultanan Banjar dan okupasiBelanda.
WARISAN MULAVARMMAN: MAKNA DAN KEBIJAKAN STRATEGIS Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Naditira Widya Vol 2, No 2 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13405.778 KB) | DOI: 10.24832/nw.v2i2.349

Abstract

Every individual who has attended a 12-years-elementary education must be familiar with the lndic influenced name of "MOiavarmman", which marked the commencement of the historical era of the Indonesian Archipelago in early 4th Century. The written evidence of MOiavarmman's existence is inscribed on six of the seven yOpa of Muara Kaman. Besides the seven yOpa, archaeological traces of Hinduism are also discovered in settlement pouches along the Mahakam River Basin up to the upper river in the west and north. Nevertheless, the relationship among those material cultures is still a mystery; whether they can be identified as Oiavarmman's heritage is a question which needs further meticulous analysis for liable answers. Despite the present mystery, this article will discuss a glimpse of cultural occurrences in the eastern region of Kalimantan based on local narratives, the archaeological evidences of Hinduism on the Mahakam River Basin and their significance, and the strategic policy to accomplish the preservation-based benefiting from archaeological resources.
TIWAH: THE ART OF DEATH IN SOUTHERN KALIMANTAN Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Naditira Widya Vol 1, No 2 (2007): Naditira Widya Volume 1 Nomor 2 Tahun 2007
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5182.532 KB) | DOI: 10.24832/nw.v1i1.344

Abstract

Kelompok etnis Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah masih memelihara adat mengelola kematian, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kepercayaan Kaharingan. Kelompok etnis Dayak Ngaju (or Ngaju) terbagi lagi menjadi beberapa sub-kelompok keci/. Praktek mengelola kematian menekankan gagasan tentang hubungan kehidupan di alam maya dan alam baka yang dapat mempengaruhi kesejahteraaan manusia yang masih hidup. Fokus pengelolaan kematian ini adalah upacara kematian Tiwah. Kegiatan pengelolaan kematian merupakan suatu karya manusia sebagai realisasi pemenuhan aspek spiritual kepada yang lebih berkuasa atas hidup man usia dan aspek sosial kepada sesama manusia dan lingkungan di sekitarnya. Artikel ini akan membahas kosmologi dan praktek Tiwah di salah satu sub-kelompok kecil ini mendiami daerah Pendahara pada Sungai Katingan. Tujuan pembahasan terse but adalah agar dapat mengerti bentuk karya, representasi dari karya, dan konteks sosial karya tersebut.
SAPUNDU: MORTUARY POST ON THE SERANAU AND CEMPAGA RIVER BASINS Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti
Naditira Widya Vol 1, No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13866.161 KB) | DOI: 10.24832/nw.v1i1.365

Abstract

Sifat sosial manusia dalam lingkup kegiatan kematian secara umum adalah upaya mengingat orang yang meninggal. Salah satu cara adalah membuat tanda-tanda yang mencirikan atau mengingatkan 'yang masih hidup' akan si mati. Salah satu contoh nyata pembuatan tanda-tanda kematian dilakukan oleh masyarakat Ngaju di Kalimantan Tengah yang masih memiliki keyakinan Kaharingan yang kuat dengan upacara kematiannya, Tiwah. Pada masyarakat Ngaju di Oaerah A/iran Sungai Seranau dan Cempaga, kegiatan kematian selalu diiringi dengan pendirian sapundu. Fungsi utama sapundu adalah tiang penambat binatang yang akan dikurbankan dalam Tiwah. Namun, ternyata sapundu memiliki makna sosial-religius yang lebih luas daripada fungsi teknisnya sebagai sekedar tiang tambat kurban. Terdapat beberapa jenis, fungsi dan makna sapundu yang dapat diidentifikasi berdasarkan sifat, orientasi dan lokasi penempatan sapundu. Tulisan ini akan membahas karakteristik sapundu pada Daerah  Aliran Seranau dan Cempaga yang ditinjau dari aspek dimensi, pose, gender dan ornamen, serta orientasi.
NEOLITHIC OCCUPATIONS ON THE SOUTHERN SLOPE OF THE MÜLLER MOUNTAINS: NANGA BALANG AND MUARA JOLOI (OKUPASI NEOLITIK DI LERENG SELATAN PEGUNUNGAN MÜLLER: NANGA BALANG DAN MUARA JOLOI) Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti; Oktrivia, Ulce
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2644.578 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.37

Abstract

 A neolithic occupation in Kalimantan is marked by an open space near the water source and biodiversity which are potential for cultivation. Other characteristics of a neolithic occupation are the presence of archaeological items that suggest a sedentary lifestyle such as pottery, stone adzes, bark-cloth-beaters, and an indication of the arrival of the Austronesia-language-speaking people. Of the sites examined so far, there are two sites indicating open occupations in the southern slope of the Müller Mountains from around 3000-2000 years ago, the Nanga Balang and Muolo Joloi. Both sites are practically located in the heart of Kalimantan in the dense interior of the tropical rainforest. This research discusses the characteristic of Neolithic culture in Nanga Balang and MuaraJoloi to understand their variabilities. The research method used here is descriptive-comparative approach. The result of this research provides information on human strategies in interacting with the natural environment of the tropical rainforest.Keywords: Kalimantan, tropical rainforests, Neolithic occupation, radiocarbon dating, occupation characteristic, human survival.Okupasi neolitik di Kalimantan ditandai oleh ruang terbuka dekat sumber air dan keanekaragaman hayati yang potensial untuk perladangan. Karakteristik lain dari okupasi neolitik adalah keberadaan benda-benda arkeologi yang menunjukkan gaya hidup menetap seperti tembikar, adu batu, pemukul kulit kayu, dan indikasi kedatangan orang-orang berbahasa Austronesia. Dari situs yang diteliti sejauh ini, ada dua situs yang menunjukkan okupasi terbuka di lereng selatan Pegunungan Müller dari sekitar 3000-2000 tahun yang lalu, Nanga Balang dan Muara Joloi. Kedua lokasi tersebut praktis terletak di jantung Kalimantan di pedalaman hutan hujan tropis yang lebat. Penelitian ini membahas karakteristik budaya neolitik di Nanga Balang dan Muara Joloi untuk memahami variasinya. Metode penelitian yang digunakan di sini adalah pendekatan deskriptif-komparatif. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang strategi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan alam hutan hujan tropis pada masa lalu.Kata kunci: Kalimantan, hutan hujan tropis, okupasi neolitik, pertanggalan radiokarbon, karakteristik okupasi, kelangsungan hidup manusia