Yulendra, Lalu
Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PEMANFAATAN KULIT PISANG UNTUK PEMBUATAN BROKUPIS (BROWNIES KULIT PISANG) Yulendra, Lalu; Ali, Muharis
MEDIA BINA ILMIAH Vol 12, No 12: JULI 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.17 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v12i12.133

Abstract

Pisang merupakan pohon yang dari akar hingga buahnya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai bagian dari upaya diversifikasi produk kuliner dan pemanfaatan limbah kulit pisang agar berdayaguna, maka dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian melalui metode eksperimen tentang teknik pembuatan brownies berbahan dasar kulit pisang (Brokupis). Untuk mengurangi takaran penggunaan tepung terigu ini, maka brownies dimodifikasi dengan bahan pangan alternatif  yaitu kulit pisang. Usaha pengolahan brokupis ini jika ditekuni dengan serius  akan bernilai ekonomis tinggi  dengan pertimbangan mudah dibuat, bahan dasarnya murah, tidak memerlukan peralatan yang berteknologi tinggi, dan memiliki pangsa pasar yang luas. Namun sayang, bisnis  ini belum mampu menarik minat masyarakat untuk menekuni karena factor pencetusnya  yaitu belum menemukan cara yang tepat untuk mengolah kulit pisang sebagai brownis. Jenis penelitian  yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Cara pengumpulan data melalui observasi, studi literature, serta metode eksperimen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dan eksperimen dalam pembuatan brownies kulit pisang mencakup peralatan yang digunakan, bahan, proses produksi, dan pengemasan. Brownies dikemas dalam kemasan plastik, kemudian disegel dengan rapat. Brownies tahan selama 3 hari dalam suhu ruang dan selama 5-7 hari dalam lemari es, serta 4-6 bulan dalam freezer. Setelah melakukan dua kali percobaan yaitu percobaan I brownies berbahan dasar terigu, dan percobaan II brownies berbahan dasar kulit pisang, penulis mendapatkan data bahwa sifat-sifat dari hasil olahan brokupis antara lain: pembuatan brokupis dapat dilakukan secara sederhana dengan bahan dasar kulit pisang yang mudah didapat, brownis yang dihasilkan memiliki rasa yang lebih enak karena terdapat rasa pisang, tekstur yang dihasilkan menjadi lebih lembut dibandingkan dengan brownies berbahan dasar terigu saja, hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk ini adalah ketelitian dan perpaduan kadar zat yang harus sesuai agar menghasilkan produk yang baik. Kunci utama dari kesuksesan pembuatan brownies yaitu terletak pada pemilihan bahan, proses pencampuran bahan, serta pemanggangan. 
PENANAMAN PRILAKU SEHAT DIKALANGAN ANAK USIA DINI Damayanti, Siluh Putu; Bagiastra, I Ketut; Yulendra, Lalu
MEDIA BINA ILMIAH Vol 14, No 6: Januari 2020
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.14 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v14i6.421

Abstract

Banyak orang yang menginginkan kesehatan namun dalam berpola hidupnya tidak di perhatikan.Pengenalan  sapta pesona dapat dilakukan melalui pembiasaan yang dilakukan di sekolah maupun dirumah Penerapan gaya hidup sehat memang seharusnya dilakukan sejak dini. Ini agar kebiasaan dalam menerapkan gaya hidup yang sehat dapat terus dilakukan hingga dewasa. Dengan kebiasaan yang ditanamkan sejak usia anak-anak, tidak akan sulit untuk mempertahankannya saat anak sudah dewasa nanti. Ini penting karena pengenalan sapta pesona pariwista sejak dini akan menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan dunia pariwisata kedepan gaya hidup sehat akan membawa kita pada keadaan tubuh yang sehat. Hal ini disebabkan karena usia anak-anak membutuhkan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak dikemudian hari,bahkan ada yang berpendapat bahwa usia dini adalah usia emas (golden age ) yang hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia. Metode dan pendekatan yang ada perlu diketahui bahwa kita harus memahami benar metode atau pendekatan yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan pengenalan prilaku sehat di kalangan anak usia dini .Metode yang digunakan sangatlah bervariasi diantaranya  bercerita , bernyanyi, bersajak dan karya wisata.dan paling penting adalah dengan metode role playing dan pembiasan prilaku  hidup sehat
PANDUAN PROSES PENGOLAHAN JAHE MENJADI JAHE SERBUK INSTAN sri susanty; lalu Yulendra
MEDIA BINA ILMIAH Vol 12, No 6: JANUARI 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.758 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v12i6.18

Abstract

Jahe sangat bermanfaat untuk mengobati batuk, sakit kepala, anti mual saat perjalanan, penghilang rasa sakit, keseleo, bengkak serta masuk angin. Untuk alasan praktis dan efisien dalam penggunaannya, maka rimpang jahe harus diolah dalam bentuk serbuk instan. Kelebihan lain dari serbuk minuman instan yaitu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena telah melalui proses pengawetan alamiah berupa kristalisasi atau pemanasan hingga berbentuk kristal. Mengingat besarnya kandungan nutrisi dari jahe dan manfaatnya yang besar bagi kesehatan, maka perlu inovasi dalam pengolahan jahe dengan menggunakan teknologi tepat guna yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Namun sayangnya hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum memahami tentang pemanfaatan dan pengawetan jahe menjadi produk unggulan yang dapat menambah nilai ekonomis keluarga dan peningkatan derajat kesehatan keluarga dengan menggunakan bahan dan alat yang sangat sederhanaJ enis penelitian  yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi literature, dan eksperimental.  Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Dapur STP Mataram.   Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif. Proses pembuatan jahe instan dalam penelitian ini menggunakan metode konvensional yaitu ekstrak jahe diperoleh dengan cara pemanasan dan penambahan gula pasir sehingga terbentuk bubuk kristal. Adapun panduan proses pengolahan jahe yang dilakukan secara konvensional meliputi panduan bahan baku yang diperlukan, panduan alat yang dipergunakan dan panduan proses produksi. Adapun proses produksi meliputi persiapan bahan baku, ekstraksi (pemerasan), pemasakan, pengayakan, dan pengemasan dan pelabelan.
DIVERSIFIKASI PRODUK KOLANG KALING PADA KELOMPOK USAHA BERIUK ANGENI DI DESA LEMBAH SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT Lalu Yulendra; I Putu Gede; Syech Idrus
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 1: AGUSTUS 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.642 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v13i1.148

Abstract

Program Ipteks bagi Masyarakat di Desa Lembah Sari, Batu Layar Kabupaten Lombok Barat ditujukan untuk memberdayakan potensi yang ada pada kelompok usaha kolang kaling sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendukung pengembangan destinasi wisata dan ekonomi kreatif dalam menyangga pembangunan pariwisata di kabupaten Lombok Barat mempunyai peran dan fungsi sangat strategis. Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat pada produk kolang kaling ini lebih ditekankan pada penganekaragamannya (diversifikasi), menjadi beberapa produk, seperti; kerupuk kolang kaling, es kolang kaling, manisan dan dodol kolang kaling dengan maksud agar secara teknis proses pembuatan kolang kaling dalam diversifikasi produk olahan camilan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berteknologi kekinian, karena adanya temuan bahwa dalam proses pengolahan masih dilakukan secara tradisional dan kurang memperhatikan aspek hyginitas, demikian juga dalam pemasaran pun masih sederhana karena dijanjakan dilapak-lapak pasar dan sekolah. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dari kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini, dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut; a) melakukan sosialisasi, b) menyusun rencana program, c) melak-sanakan program Ipteks bagi Masyarakat, d) melakukan monitoring, evaluasi dan menyusun laporan. Hasil kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini, antara lain; a) terlaksananya penyuluhan tentang pentingnya pemeliharaan tanaman Enao atau Aren sebagai bahan baku kolang kaling dan meyakinkan pengusaha/masyarakat bahwa camilan kolang kaling dapat dijadikan sebagai salah satu paket wisata kuliner dan wisata agro, b) terlaksananya pelatihan dalam proses pembuatan produk olahan camilan kolang kaling sehat dengan kemasan yang vareatif agar memiliki nilai jual kompetitif, c) terlaksananya kegiatan bimbingan untuk memperluas jangkauan pemasaran dengan memanfaat media sosial.
PELATIHAN PENGOLAHAN KULINER SEAFOOD PADA MASYARAKAT PENGELOLA HUTAN MANGROVE BAGEK KEMBAR DESA SEKOTONG LOMBOK BARAT Lalu Yulendra; Sri Susanty
MEDIA BINA ILMIAH Vol 12, No 12: JULI 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.17 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v12i12.111

Abstract

Aktivitas kunjungan wisatawan di Hutan Mangrove Bagek Kembar semakin meningkat. Salah satu peluang yang bisa dioptimalkan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat adalah menjual hasil biota laut seperti kepiting, rajang, dan kerang yang banyak hidup di area hutan mangrove. Selama ini, masyarakat menjual hasil tangkapan mereka yang masih hidup kepada wisatawan dengan harga yang murah. Untuk meningkatkan daya jual aneka seafood tersebut, mereka ingin menjualnya dalam bentuk kuliner yang telah diolah. Namun masyarakat memiliki keterbatasan dalam kemampuan mengolah aneka kuliner seafood. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dicarikan solusi mengenai permasalahan mitra tentang rendahnya kemampuan mengolah kuliner seafood oleh masyarakat pengelola Hutan Mangrove. Kerangka pemecahan masalah kegiatan ini yaitu dengan Mengidentifikasi masalah melalui survey/observasi, mengolah infomasi data hasil survey. Informasi yang diperoleh pada saat survey diolah secara deskriptif kualitatif dan ditentukan solusi permasalahan yang tepat untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra. Adapun solusi yang ditawarkan yaitu pelatihan tentang pengolahan seafood bagi masyarakat pengelola Hutan Mangrove Bagek Kembar, menyusun materi dan mengumpulkan referensi, dan memberikan pelatihan.   Karakteristik peserta berdasarkan pelatihan berdasarkan jenis kelamin yaitu 2 orang berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang berjenis kelamin perempuan. Adapun umur dari peserta pelatihan berkisar di antara usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 7 orang dan yang berusia di antara 36-46 yaitu sebanyak 1 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa hampir sebagian besar pengelola hutan mangrove dan pelaksana aktif di lapangan merupakan usia produktif yang masih muda. Pelatihan ini bertitik tumpu pada 3 aspek yaitu pelatihan dan demonstrasi membersihkan seafood, Pelatihan dan demonstrasi memasak atau mengolah seafood, dan Pelatihan dan demonstrasi menyajikan kuliner seafood. Adapun seafood yang diolah yaitu kepiting, udang, dan kerang.
MODEL PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PEKERJA PARIWISATA DI KOTA MATARAM I Putu Gede; Lalu Yulendra; Syech Idrus
MEDIA BINA ILMIAH Vol 14, No 4: Nopember 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.78 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v14i4.361

Abstract

Tourism Indonesia is ranked 7th in the world for best tourism tourism visit in 2019, the Government's commitment to make tourism as a choir in development accelerates the increase of Indonesia's competitiveness up 8 points from the top 50 to 42 Lombok as a priority tourist destination begins to improve in the development of facilities and tourism infrastructure including its human resources. The city of Mataram as a buffer for special economic zones has the highest number of units and hotel rooms among districts and cities in West Nusa Tenggara has the second highest number of workers after West Lombok regency with 1,993 hotel rooms with 363 workers and no workers foreign, so Education is very important in improving the quality of human resources (HR). The development of tourism facilities and infrastructure needs to be balanced with the need for professional and competent human resources in the field of tourism, especially in the field of hotel and restaurant accommodation. It will be a problem if the human resources employed do not attempt to identify, map competency levels, gaps, and penta helic models for developing HR competencies for tourism workers in the hotel and restaurant sector in the city of Mataram. The purpose of this study is 1). To identify tourism workers in the hotel sector and 2). To analyze the level of competency of tourism workers in the hotel and restaurant sector, 3). To analyze the gap between human resources and the competencies of tourism workers in the hotel and restaurant sector. 4). To build a penta helic model of HR competencies for tourism workers in the hotel and restaurant sector in the city of Mataram. The research method used is quantitative and qualitative research methods with purposive sampling technique. Data collection techniques used by data collection through observation, interviews, surveys, and expert justification, with descriptive analysis techniques. The results obtained in this study were identified competency indicators referring to the SKKNI based on the Determination of Indonesian National Work Competency Standards in the Tourism Sector in the Hotel and Restaurant Sectors. In the area of work receiving and processing reservations, reception, room preparation, providing accommodation services, providing restaurant services, and Cook food services. Tourism competency profile of tourism workers as a whole has not obtained a perfect score of 5, meaning that the real competence of employees is still below the expected competence. Mapping the gap of tourism workers is carried out through the vocational education institution (LPK) capacity building strategy, and the HR competency improvement strategy through the LPK so that the involvement of the government, employers, academics, and media in the penta helic model is very effective as a reference in the development of tourism HR. The conclusion of this research is the obligation of the company to provide training (on the job and off the job training), set national competency standards, educational and training institutions each have a role, and refer to the penta helic model in the development of Tourism HR
IDENTIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA PEKERJA PARIWISATA DI KOTA MATARAM I Putu Gede; Lalu Yulendra
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 7: Februari 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.74 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v13i7.217

Abstract

Increasing Indonesia's competitiveness places the tourism sector as a top priority, leading the sector and as the core of Indonesia's economy to reach the target of 15 million tourist visits. As Lombok's national priority destination has begun to improve with the response from development entrepreneurs and providers of accommodation facilities such as hotels and development restoration carried out in the city of Mataram, based on data from AHM (Association of Mataram  Hotels) the number of hotels in Mataram City from star hotels and hotels non stars penetrate the number of 119 hotels, the number of which is so pantastis seen from the development period of 2012 after the launch of the Visit Lombok Sumbawa (VLS) program that started with Tambora Greeting the World and Lombok easily.Development of facilities and infrastructure for professional and competent human resource needs in the field of tourism, hospitality and travel agents. Trained human resources are not mapped with appropriate human resources that require special expertise, to fulfill or achieve competencies 3 C namely Caracter, Campetence, and Collaboration. The purpose of this study is 1). To find out the importance of competent workforce in the field of hospitality in the city of Mataram, 2). To describe the distribution of hospitality workers in the city of Mataram, 3) To understand discussing hospitality workers taken from negotiations with sources of human theory, Managing human resources and Human Resources in the field of Tourism / Hospitality the research methods used are quantitative and qualitative research methods . Data collected: surveys, observations, interviews, and documentation studies. Data collection tools consist of questionnaires, interview guidelines, and documents. The technical analysis used is descriptive statistics. The results showed 49.89% of the distribution of tourism human resources and 52.2% of non-employment dislike from diploma programs with the distribution of Housekeeping, food products, F & B services and front office, marketing by showing 1: 5 namely 1 people pass diplomas 5 people graduate from vocational / high school etc., with a total workforce of 1,024 very high between workers who need a diploma with high school / vocational high school who are tactically supported, have succeeded in providing certification, but it is very difficult for the industry to need the problem of etitude, friendliness and honesty.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE BAGEK KEMBAR DI DESA CENDIK MENIK SEKOTONG LOMBOK BARAT lalu yulendra; Sri susanty
MEDIA BINA ILMIAH Vol 12, No 12: JULI 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.062 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v12i12.115

Abstract

Salah satu daya tarik wisata yang memiliki potensi pengembangan ekowisata yaitu Hutan Mangrove Bagek Kembar di Desa Cendik Menik Sekotong Lombok Barat. Upaya pengembangan daya tarik wisata Hutan Mangrove Bagek Kembar sebagai ekowisata perlu diupayakan dengan mengeksplorasi berbagai potensi yang ada, mencarikan solusi terhadap kelemahan dan tantangan, serta menangkap berbagai peluang yang tersedia. Oleh karena itu,  penelitian ini bertujuan mencari strategi pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove Bagek . Jenis penelitian  yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi literature.  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif, menggunakan Matrik IFAS, Matrik EFAS dan dianalisis dengan SWOT. Berdasarkan analisis SWOT, maka diperoleh strategi pengembangan yang sesuai adalah strategi agresif (pertumbuhan) yaitu posisi dimana kekuatan yang dimiliki  ekowisata mangrove Bagek Kembar dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut: memanfaatkan secara optimal segala potensi yang ada untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata, adopsi mangrove, membuat green house sebagai tempat pembibitan mangrove, melestarikan hutan mangrove dengan tetap melaksanakan kegiatan konservasi mangrove yang telah dicanangkan pemerintahan melalui kegiatan adopsi, peningkatan kualitas SDM pengelola dalam bentuk penyuluhan, penerangan dan membangkitkan kepedulian masyarkat dalam berperan serta mengelola ekosistem mangrove, agar lembaga yang telah dibentuk berjalan dengan baik, maka perlu dibentuk seksi-seksi kerja seperti:seksi marketing dan informasi seksi ekowisata, seksi konservasi, dan seksi rekreasi, berdasarkan rekomendasi dari pemerintah desa, maka kelompok masyarakat pengelola dapat mengajukan proposal kerjasama kepada dinas terkait seperti Dinas Pariwisata untuk penataan objek dan daya Tarik wisata serta Dinas PU untuk perbaikan akses jalan menuju destinasi, mengadakan kerjasama dengan BUMN dan hotel serta restoran di sekitar kawasan untuk mengalokasikan dana CSR nya untuk pendidikan dan pelatihan SDM pengelola, mengundang pihak travel agent untuk  membawa wisatawan menikmati keindahan kawasan mangrove dan menjadikannya sebagai alternative untuk makan siang atau beristrahat setelah menikmati destinasi utama lainnya, menjalin kerjasama dengan pewarta berita online atau media lainnya untuk membantu menyebarluaskan tentang daya tarik wisata ini kepada calon wisatawan potensial terutama wisatawan minat khusus yang tertarik pada konservasi lingkungan mangrove.
PENGENALAN SAPTA PESONA WISATA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD KUMARA ASIH MATARAM 2019 Si Luh Putu Damayanti; I Ketut Bagiastra; Lalu Yulendra
MEDIA BINA ILMIAH Vol 14, No 1: Agustus 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.117 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v14i1.289

Abstract

Sapta pesona pariwisata  merupakan jabaran konsep sadar wisata yang terkait dengan dukungan  dan peran masyarakat untuk mewujudkan  suasana lingkunga yang kondusif  melalui perwujudan tujuh unsur  dalam sapta pesona yaitu keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan ,keindahan, keramah tamahan dan kenangan. Kesehatan adalah modal utama untuk kita melangkah dan beraktifitas. Tanpa kesehatan kita akan kesulitan untuk beraktifitas. Banyak orang yang menginginkan kesehatan namun dalam berpola hidupnya tidak di perhatikan.Pengenalan  sapta pesona dapat dilakukan melalui pembiasaan yang dilakukan di sekolah maupun dirumah Penerapan gaya hidup sehat memang seharusnya dilakukan sejak dini. Ini agar kebiasaan dalam menerapkan gaya hidup yang sehat dapat terus dilakukan hingga dewasa. Dengan kebiasaan yang ditanamkan sejak usia anak-anak, tidak akan sulit untuk mempertahankannya saat anak sudah dewasa nanti. Ini penting karena pengenalan sapta pesona pariwista sejak dini akan menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan dunia pariwisata kedepan gaya hidup sehat akan membawa kita pada keadaan tubuh yang sehat. Hal ini disebabkan karena usia anak-anak membutuhkan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak dikemudian hari,bahkan ada yang berpendapat bahwa usia dini adalah usia emas (golden age ) yang hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia. Metode dan pendekatan yang ada perlu diketahui bahwa kita harus memahami benar metode atau pendekatan yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan pengenalan sapta pesona pariwisata di kalangan anak usia dini .Metode yang digunakan sangatlah bervariasi diantaranya  bercerita , bernyanyi, bersajak dan karya wisata.dan paling penting adalah pembiasan prilaku  hidup sehat dan menjaga kelestarian lingkungan
MANAJEMEN KEUANGAN BAGI KELOMPOK PENGERAJIN KETAK WANITA DUSUN MONTANG KECAMATAN LINGSAR LOMBOK BARAT Siluh Putu Damayanti; I Ketut Bagiastra; Lalu Yulendra
MEDIA BINA ILMIAH Vol 15, No 1: Agustus 2020
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v15i1.654

Abstract

Pengembangan pariwisata diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi karena perkembangan sektor pariwisata berpengaruh terhadap sektor-sektor lain seperti sektor pertanian,peternakan, jasa . Efek dari keterkaitan antar sektor ini akan membuka lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada skup yang paling kecil adalah perekonomian keluarga dari hasil pengerajin ketak wanita yang menjadi salah satu penunjang kegiatan pariwisata. Selain itu, akan meningkatkan pendapatan devisa.   selama ini hasil kerajinan ketak buatan penduduk dusun Montang khususnya penggrajin wanita diserahkan pada pengepul yang ada disana, dari hasil pengamatan dilapangan keuntungan yang diperoleh pengerajin ketak wanita disana sangat kecil yang disebabkan para pengerajin ketak wanita disana belum paham tentang penentuan harga jual produksi serta bagaimana membuat pencatatan keuangan dengan benar. Dari  identifikasi  masalah  tersebut,  dapat  dirumuskan  .Untuk menjawab permasalahn itu dilakukan sosialisasi dan pelatihan tentang manajemen keuangan  khususnya mengenai  penentuan harga jual barang dan pencatatan keuangan. Hasil dari kegiatan tersebut . dapat diselenggarakan dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirancang sebelumnya. Kegiatan ini dapat sambutan baik dari para peserta dengan tingkat kehadiran mencapai 70%. Kemampuan peserta dilihat dari penguasaan materi cukup baik, hal ini menunjukkan pelatihan yang diselenggarakan berhasil dengan indikasi pengerajin ketak wanita Dusun Montang sudah dapat menentukan harga jual barang sehingga mereka dapat menikmati keuntungan produksinya secara wajar.