Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Achieving Sustainability in Capture Fishing Industry Based on the Regional Characteristics Batubara, Siti Chairiyah; Maarif, Muhamad Syamsul; Marimin, Marimin; Irianto, Hari Eko
International Journal of Supply Chain Management Vol 5, No 3 (2016): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.161 KB)

Abstract

The prospect of the fishery sector becomes one of strategic economic activities, in which the government implements fisheries industrialization as a strategy to enhance added values of fishery production. The fishing industry is unique since it exploits fish as the main raw material naturally available and accessible by humans. Moreover, the capture fishing industry is relatively a high cost economy. This study was aimed at designing the regional-based institutional and network models of the fishing industry in order to achieve the sustainable fishing industry in Maluku province. The research employed Soft System Methodology to obtain an ideal model for the management of the sustainable capture fishing industry. Structure identification in designing the institutional model for a supply chain system of the sustainable fishing industry was carried out using the Interpretative Structural Modelling (ISM). Meanwhile, TOPSIS was involved in establishing a model for the fishing industry. The results show the institution that would be developed was a financial institution (cooperative) that would be managed and run by fishermen. The capture fishing industrial network in Maluku province was built by actualizing PPN Ambon as a main server in the route of PPI Masarette – PPI Eri – PPN Ambon. While Amahai would act as a main server for the route of PPN Tual – PPI Amahai and PPI East Tahme – PPI Amahai.
FORMULASI IKAN ASIN DAN IKAN LELE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI GIZI PANGANAN TRADISIONAL SALA LAUAK Batubara, Siti Chairiyah; Puspitasari, Diah
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 3, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v3i2.70

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik dengan menggunakan ikan asin dan ikan lele sebagai bahan utama. Penelitian ini menggunakan metode Mixture Design dengan software Design Expert (DX) 10 ®yang digunakan dalam melakukan optimasi formula. Formulasi optimum sala lauak diperoleh pada perbandingan ikan asin : ikan lele 60% : 40% yaitu kadar air 41.164%, kadar abu 2.002%, kadar protein 7.361%, kadar lemak 20.621% dan kadar karbohidrat33.213%.
PENGEMBANGAN MINUMAN BERBASIS TEH DAN REMPAH SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL Batubara, Siti Chairiyah; Pratiwi, Nindia Arum
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1, No 2 (2018): DECEMBER
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i2.129

Abstract

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mendapatkan formula minuman fungsional teh dan rempah terbaik. Penelitian ini menggunakan mixture design untuk menentukan formula optimum minuman fungsional terbaik yang terdiri dari gula merah, bubuk kayu manis dan bubuk kapulaga. Berdasarkan input batas atas dan batas bawah dari bahan baku sehingga didapatkan 16 formulasi yang akan diteliti. Untuk batas atas gula merah yaitu 40 dan batas bawah gula merah yaitu 35. Untuk batas atas bubuk kayu manis yaitu 15 dan batas bawah kayu manis yaitu 10. Untuk batas atas bubuk kapulaga yaitu 50 dan batas bawah bubuk kapulaga yaitu 45. Untuk menentukan kualitas minuman fungsional dilakukan uji kimia (uji karbohidrat, gula total dan nilai pH, uji fisik (Uji viskositas), uji organoleptik (uji hedonik untuk warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan mutu hedonik yang ditentukan dari kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan uji antioksidan. Penelitian ini untuk mendapatkan formula optimum yang terbaik dari hasil pengacakan oleh mixture design. Hasil dari pengolahan mixture design adalah anova, grafik dan duncan. Berdasarkan hasil penelitian formula minuman fungsional yang masih dapat diterima adalah formulasi 11 yang terdiri dari 40% gula merah, 12.67% bubuk kayu manis dan 47.32% bubuk kapulaga. Formula 11 mengandung 0.39% karbohidrat, 15.46% gula total, 5.38% pH 4.98% viskositas dan 255.41 mg antoksidan.
FORMULASI IKAN ASIN DAN IKAN LELE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI GIZI PANGANAN TRADISIONAL SALA LAUAK Batubara, Siti Chairiyah; Puspitasari, Diah
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 3, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v3i2.70

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik dengan menggunakan ikan asin dan ikan lele sebagai bahan utama. Penelitian ini menggunakan metode Mixture Design dengan software Design Expert (DX) 10 ®yang digunakan dalam melakukan optimasi formula. Formulasi optimum sala lauak diperoleh pada perbandingan ikan asin : ikan lele 60% : 40% yaitu kadar air 41.164%, kadar abu 2.002%, kadar protein 7.361%, kadar lemak 20.621% dan kadar karbohidrat33.213%.
PENGEMBANGAN MINUMAN BERBASIS TEH DAN REMPAH SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL Batubara, Siti Chairiyah; Pratiwi, Nindia Arum
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1, No 2 (2018): DECEMBER
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i2.129

Abstract

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mendapatkan formula minuman fungsional teh dan rempah terbaik. Penelitian ini menggunakan mixture design untuk menentukan formula optimum minuman fungsional terbaik yang terdiri dari gula merah, bubuk kayu manis dan bubuk kapulaga. Berdasarkan input batas atas dan batas bawah dari bahan baku sehingga didapatkan 16 formulasi yang akan diteliti. Untuk batas atas gula merah yaitu 40 dan batas bawah gula merah yaitu 35. Untuk batas atas bubuk kayu manis yaitu 15 dan batas bawah kayu manis yaitu 10. Untuk batas atas bubuk kapulaga yaitu 50 dan batas bawah bubuk kapulaga yaitu 45. Untuk menentukan kualitas minuman fungsional dilakukan uji kimia (uji karbohidrat, gula total dan nilai pH, uji fisik (Uji viskositas), uji organoleptik (uji hedonik untuk warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan mutu hedonik yang ditentukan dari kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan) dan uji antioksidan. Penelitian ini untuk mendapatkan formula optimum yang terbaik dari hasil pengacakan oleh mixture design. Hasil dari pengolahan mixture design adalah anova, grafik dan duncan. Berdasarkan hasil penelitian formula minuman fungsional yang masih dapat diterima adalah formulasi 11 yang terdiri dari 40% gula merah, 12.67% bubuk kayu manis dan 47.32% bubuk kapulaga. Formula 11 mengandung 0.39% karbohidrat, 15.46% gula total, 5.38% pH 4.98% viskositas dan 255.41 mg antoksidan.
MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOK INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI PROPINSI MALUKU (The Ideal Model of Supply Chain Management of Sustainability Industrial Capture fisheries in Maluku Province) Siti Chairiyah Batubara; M. Syamsul Maarif; . Marimin; Hari Eko Irianto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 8 No. 2 (2017): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.559 KB) | DOI: 10.29244/jmf.8.2.137-148

Abstract

ABSTRACTDesigning and managing Industrial capture fisheries Supply Chain is complex and its faces socially bound uncertainties such as poor collaboration, communication and information sharing. Such complexity cannot be reduced through quantitative supply chain design and management techniques.  The aim of this study was design an industrial capture fisheries supply chain in Maluku Province using Soft System Methodology. Multi Dimensional Scaling (MDS)and SCOR was applied in analyzing situational conditions related to the sustainability and performance of industrial capture fisheries. Analysis on capture fisheries shows in less sustainable category (43.91)and  the performance of both fishermen and company indicate an excellent and good grade. SSM analysis generated root definitions: Ministry of Marine Fisheries, Department of Marine, regional institution and stakeholder of the supply chain (O) realize the sustainable fishing industry and implementation of reliable activities in the fisheries sector and competitive globally (W) which integrates all the units along supply chain and coordinate the flow of materials, information and finance ranging from such aspects : production, downstream industries (handling and processing), up to marketing (T) of the Fishermen, industries processing (C) on the entire supply chain through  effective and efficient mechanism (E) as well as coordination both center and regional institution (A) related to quality and standardization of fishery products, distribution, infrastructure, data and information on fisheries (T)". The supply chain management of sustainable fishing industry model was developed by 20 activties. Improvement of Industrial capture fisheries supply chain in Maluku Province can be reached by doing activities within relevant system.Keywords: industrial capture fisheries, Multi Dimensional Scalling, SCOR, supply chain, SSM ABSTRAKMerancang manajemen rantai pasok industri perikanan tangkap merupakan hal yang kompleks. Penelitian ini bertujuan mendisain model manajemen rantai pasok industri perikanan tangkap yang ideal di Propinsi Maluku. Soft System Methodology (SSM) digunakan sebagai pendekatan kajian yang didukung oleh Multi Dimensional Scalling (MDS) untuk mengukur keberlanjutan industri perikanan tangkap dan Supply Chain Operation Reference(SCOR) untuk menganalisis kinerja industri perikanan tangkap.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlanjutan industri perikanan tangkap berada pada kategori kurang berkelanjutan dan kinerjanelayan dan perusahaan berada pada kategori sangat baik dan baik. Analisis SSM menghasilkan root definition “Kementerian Kelautan Perikanan, Dinas Kelautan, PEMDA dan pelaku rantai pasok (O) mewujudkan industri perikanan tangkap yang berkelanjutan dan terselenggaranya aktivitas  di sektor perikanan yang andal dan mempunyai daya saing secara global (W) yang mengintegrasikan  semua unit dalam rantai pasok dan mengkoordinasikan  aliran material, informasi dan keuangan mulai dari aspek produksi, industri hilir (handling dan processing), hingga ke pemasaran (T) dari para Nelayan, industri-industri pengolah (C) pada seluruh rantai pasok  melalui mekanisme yang efektif dan efisien (E) serta koordinasi kelembagaan pusat dan daerah (A) terkait mutu dan standardisasi produk perikanan, distribusi, sarana prasarana, infrasrtuktur serta data dan informasi perikanan (T)”. Model manajemen rantai pasok industri perikanan tangkap di Propinsi Maluku dibangun atas 20 aktivitas. Perbaikan rantai pasok industri perikanan tangkap dapat dicapai dengan melakukan aktivitas-aktivitas dalam model konseptual yang dibangun.Kata kunci:  industri perikanan tangkap, Multi Dimensional Scalling, SCOR, rantai pasok,SSM
PENGARUH PENAMBAHAN KENCUR BUBUK TERHADAP MUTU KERUPUK KENCUR Oktaviani Nur Pratiwi; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 2, No 1 (2020): Mei
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v2i1.495

Abstract

ABSTRAK:  Kerupuk kencur adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari campuran tepung tapioka, tepung terigu, air, garam, merica, ketumbar, serta bubuk kencur dengan penambahan konsentrasi yang berbeda pada adonan. Penelitian ini menggunakan metode Racangan Uji Lengkap dengan satu faktor dengan penamabahan kencur bubuk pada taraf yang berbeda yaitu 0%; 1%; 2%; 3% dan 4% dengan tiga kali pengulangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis sidik ragam atau Aanalisis Variansi (ANAVA) untuk melihat pengaruh masing –masing perlakuan, jika ada pengaruh yang terjadi dari masing-masing perlakuan, maka selanjutnya dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Tes DMRT dilakukan untuk melihat level mana yang menghasilkan kualitas yang berbeda pada tes ANAVA. Kualitas kerupuk kencur ditentukan oleh uji fisik, kimia dan organoleptik. Uji fisik dilakukan dengan uji kekerasan; uji kimia dilakukan dengan pengujian kadar air dan kadar abu, sementara uji organoleptik dilakukan dengan melakukan uji kualitas hedonik dan uji hedonik pada tingkat warna, aroma, bau dan tekstur serta uji peringkat keseluruhan kerupuk kencur. Formulasi terbaik dari hasil penelitian ini adalah formulasi 1% kencur. Hasil analisis terhadap kualitas kerupuk kencur dengan menambahkan 1% serbuk adalah 14,99 (gf) kekerasan, 4,65 (%) kadar air, 1,88 (%) kadar abu, dan hasil uji ranking 0,52. ABSTRACT: White Turmeric Kerupuk a snack made from a mixture of tapioca flour, wheat flour, water, pepper, salt, coriander, garlic, water as well as white turmeric powder with different additions of concentrations to the dough. This research design used was Completely Random Design (CRD) with one factor consisting of 5 treatment levels (A1: 0%; A2: 1%; A3:2%; A4: 3% and A5: 4%, and 3 repetitions. White turmeric kerupuk’s analyzed by chemical test (ash and moisture), physical test (texture), organoleptic tests (hedonic and hedonic quality in aroma, taste, color, texture and rank on texture). Data was processed statistically using SPSS application with one way analysis (one way ANOVAs) at 95% confidence level. Duncan’s follow-up was carried out to find out the differences between treatments if ANOVA had a significant effect. The best white turmeric formulation from the results of this study is the formulation of 1% white turmeric kerupuk. Analysis result to white turmeric kerupuk quality by adding 1% of white turmeric powder contains 14,99 (gf) of hardness, 4,65 (%) of water content, 1,88 (%) and rank test with score 0,52.
FORMULASI TEPUNG TERIGU, TEPUNG SORGUM DAN TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP MUTU MUFFIN Anne Meilinda; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 3, No 1 (2021): Mei
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v3i1.532

Abstract

ABSTRAK: Penggunaan berbagai jenis tepung dalam pembuatan muffin akan mempengaruhi kualitas muffin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tepung terigu, tepung sorgum dan tepung kacang merah yang menghasilkan Muffin dengan kualitas terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktor tunggal dengan lima taraf dan tiga ulangan. Perbandingan tepung terigu, tepung sorgum dan tepung kacang merah yang diteliti adalah 50:25:25, 45:27,5:27,5, 40:30:30, 35:32,5:32,5 dan 30:35: 35.. Formulasi muffin terbaik diperoleh pada formulasi tepung terigu, tepung sorgum dan tepung kacang merah pada jam 40:30:30. Formulasi ini memiliki ciri khas warna kecoklatan, rasa tepung sorgum dan tepung kacang merah agak kuat, tekstur agak padat, dan rasa agak manis. Adiksi muffin memiliki kadar air 69,23%, kadar abu 3,24%, kadar protein 10,96%, kadar lemak 13,76%, kadar karbohidrat 72,15%, kekerasan 4,15 gf, 1,02 cm nilai daya kembang, kandungan kalsium 144,63mg/100gr dan kandungan serat pangan 6,50%.ABSTRACT: Using various types of flour in making muffin will affect on the muffin quality. The aim of this research was to determine the ratio of wheat flour, sorghum flour and red bean flour that obtain the best quality of Muffin. This study used was completely randomized design (CRD), a single factor with five levels and three repeatation. The ratio of wheat flour, sorghum flour adn red bean flour studied were 50:25:25, 45:27,5:27,5, 40:30:30, 35:32,5:32,5 and 30:35:35.. The best muffin formulation obtained by formulate wheat flour, sorghum flour and red bean flour at 40:30:30. This formulation has characteristic brownish color, slightly strong of sorghum flour and red bean flour flavor, a slightly solid texture, and slightly sweet taste. In addiction, muffin has 69,23% moisture content, 3,24% ash content, 10,96% protein content, 13,76% fat conten, 72,15% carbohydrat content, 4,15 gf of hardnest, 1,02 cm of swelling power value, 144,63mg/100gr calcium content and 6,50% dietary fiber content.
FORMULASI MINUMAN SERBUK INSTAN MENTIMUN MENGGUNAKAN METODE MIXTURE DESIGN Alifia Yolandari; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 1, No 2 (2019): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v1i2.187

Abstract

Minuman serbuk instan adalah salah satu produk minuman yang berbentuk serbuk, mudah larut dalam air, memiliki waktu rehidrasi yang singkat, praktis dalam penyajian dan memiliki umur simpan yang relatif lebih lama. Mentimun berpotensi untuk diolah menjadi produk berupa minuman serbuk instan. Pembuatan minuman serbuk mentimun dapat ditambahkan bahan lain berupa ekstrak jeruk nipis dan gula pasir. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi jus mentimun, gula pasir, ekstrak jeruk nipis yang memberikan mutu minuman serbuk instan terbaik. Penelitian ini menggunakan rancangan Mixture Design untuk mendapatkan 16 formulasi terbaik. Mutu minuman serbuk instan mentimun ditentukan melalui kimia yaitu kadar air dan kadar abu. Mutu fisik yaitu waktu larut, total padatan terlarut, dan stabilitas, serta mutu organoleptik yaitu hedonik dan mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman serbuk instan mentimun fomulasi 14 merupakan formulasi terbaik. Perbedaan jumlah komponen berupa jus mentimun, ekstrak jeruk nipis dan gula pasir berpengaruh terhadap kadar abu, warna, dan aroma. Perbedaan jumlah komponen jus mentimun, jeruk nipis dan gula pasir tidak berpengaruh terhadap kadar air, hedonik (aroma dan rasa), dan mutu hedonik (warna dan rasa). Hasil mutu kimia minuman serbuk instan mentimun memiliki kadar air sebesar 3,03% dan kadar abu sebesar 0,74%. Adapun hasil organoleptik terhadap hedonik warna adalah 3,44 (hijau kekuningan), hedonik aroma sebesar 2,6 (agak kuat) dan hedonik rasa sebesar 3,4 (agak manis).  ABSTRACT: Instant powder drink is powder drink product that is soluble, have a short rehydration time, easily served and have a longer shelf life. Cucumber can be potentially used to make instant powder drink. Manufacturing cucumber instant powder drink can be added by another ingredients like sugar and lime extract. The purpose of this research was to find out the differences of cucumber formulation (cucumber juice, sugar, and lime extract) and the quality of cucumber instant powder drink. This research used mixture design as an experimental method to get the best optimum of 16 formulations. The quality of instant powder drink is determined by chemical testing (moisture and ash), physical test (soluble time, total dissolved solids, and stability), and organoleptic test (hedonic quality test for color, scent, and taste). Hedonic test is used to determine the level of preference panelist for color, scent, and taste. The output data processing that is used in mixture design which are anova, and countour plot. The result shows that the difference of formulation has significantly on ash and hedonic quality of color and scent. The research showed that the instant powder drink with formulation of cucumber juice, susgar, and lime extract that is acceptable is formula that contains 76% of cucumber juice, 6% of lime extract and 18% of sugar. This formula contains 3,03% of moisture content and 0,74% of ash content. Based on the physical test this formula have 18 seconds of soluble time, 4 brix of total dissolved solids, and 11 minutes of stability. Cucumber instant powder drink has yellowish green color (score 3,44), strong scent (score 2,6), and sweetness (score 3,44). Keywords: cucumber, lime, mixture design
MUTU SELAI LEMBARAN LABU SIAM DENGAN KONSENTRASI KARAGENAN BERBEDA Dwi Parwatiningsih; Siti Chairiyah Batubara
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v2i2.523

Abstract

ABSTRAK: Labu siam dapat didiversifikasi menjadi selai lembaran. Selai lembaran merupakan modifikasi bentuk selai yang mulanya semi padat (agak cair) menjadi lembaran-lembaran yang kompak, plastis, dan tidak lengket. Hidrokoloid perlu ditambahkan untuk mendapatkan selai lembaran yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi karagenan kualitas selai lembaran terbaik. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, terdiri dari lima taraf (A1: 1,00%; A2: 1,25%; A3: 1,50%; A4: 1,75%; A5 : 2,00%) dan tiga kali pengulangan. Kualitas selai lembaran dianalisis dengan uji fisik (tekstur), uji kimia (pH, kadar air, total padatan terlarut, dan gula reduksi), uji organoleptik (uji hedonik dan mutu hedonik). Uji serat pangan secara opsional akan digunakan untuk produk terbaik. Data diproses secara statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan analisis satu arah (one way ANOVA). Tindak lanjut Duncan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan jika ANOVA memiliki efek yang signifikan. Formulasi selai lembaran terbaik dipilih berdasarkan uji hedonik dengan menambahkan 2,00% karagenan dengan hasil uji kualitas sebagai berikut: tekstur (kekerasan 1,82 gf; keasaman (pH) 6,40; kadar air 33,64%; total terlarut padatan 18,80 Brix; gula reduksi 10,60%; serat pangan 12,64%. ABSTRACT: Chayote can be diversifying to be sheet jam. Sheet jam is a modification of the form of jam that was originally semi-solid (slightly liquid) into compact, plastic, non-sticky sheets. Hydrocolloid need to be added to get quality sheet jam. This research was aim to get carrageenan concentrations the best quality of sheet jam. Method of this research was used Completely Randomized Design (CRD) with one factor, consisting of five levels (A1:1,00% ; A2:1,25% ; A3:1,50% ; A4:1,75% ; A5:2,00%) and three repetitions. Sheet jam quality analized by physical test (texture), chemical test (pH, water content, total dissolved solids, and reducing sugar), organoleptic test (hedonic test and hedonic quality). Fiber content test would be optionally used for the best product.. Data was processed statistically using SPSS application with one-way analysis (one ways ANOVA). Duncan’s follow up was carried out to find out the differences between treatments if ANOVA had a significant effect. The best sheet jam formulation is chosen based on hedonic test by adding 2,00% carrageenan with quality test result as follows: texture (hardness 1,82 gf; acidity (pH) 6,40; water content 33,64%; total dissolved solids 18,80 Brix; reducing sugar 10,60%; fiber content 12,64%.