Kegiatan penambangan/pendulangan emas aluvial di Kabupaten Nabire dilakukan oleh masyarakat Papua dan suku pendatang pada tanah residual, endapan aluvial tua dan endapan sungai aktif (aluvial muda). Besarnya potensi cebakan emas aluvial ditunjukkan dengan tersebarnya lokasi penambangan emas antara lain di Topo, Kilo, Centrico, Siriwo, Musairo-Legare, Wanggar,Siriwini dan Wapoga. Secara umum, metode penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan kondisi endapan aluvialnya, antara lain :a. Pendulangan pada endapan sungai aktif (aluvial muda) yang dilakukan pada badan badan sungai dengan menggunakan peralatan sederhana seperti dulang atau wajan,linggis, sekop, cangkul dan ayakan.b. Metode tambang bawah tanah berupa sumuran dan lubang terowongan mirip lubang tikus atau sistem âgopheringâ untuk mengambil material aluvial tua atau tanah yang dekat dengan batuan dasar yang diperkirakan merupakan lapisan mengandung emas. Selanjutnya material yang diperoleh didulang di sekitar lokasi lubang tambang.c. Metode tambang semprot yang menggunakan mesin berkekuatan 5,5 PK/unit untuk menambang emas pada aluvial tua atau tanah lapukan, selanjutnya material tersebut diolah ke dalam âsluice boxâ yang kemudian mineral-mineral berat yang tertinggal dalam sluice box di dulang untuk memperoleh emasHasil perhitungan sumber daya hipotetik emas aluvial di beberapa lokasi antara lain endapan sungai aktif di Sungai Topo sebanyak 3,101 kg, pada endapan aluvial tua Blok Kilo 62-64 sebanyak 7,001 kg, endapan sungai aktif Sungai Jernih 1,057 kg, endapan sungai aktif Sungai Musairo 2,703 kg, endapan aluvial tua di daerah Palang sebanyak 2,74 kg dan pada endapan aluvial tua di daerahSungai Musairo 16,44 kg Pertambangan Sekala Kecil merupakan cara pengelolaan yang dapat diterapkan di daerah ini dengan melakukan penyempurnaan pada sistem penambangan dan pengolahan yang telah ada,kondisi ini disebabkan karena potensi sumber daya hipotetik emas aluvial di daerah kegiatan memiliki dimensi yang relatif kecil, infrastruktur yang belum mendukung, jenis endapan dangkal sebaiknya dikelola oleh masyarakat sehingga dengan cara penambangan yang telah ada dan sederhana dapat melibatkan masyarakat di sekitarnya dan lebih ekonomis. Penyelidikan lebih rinci perlu dilakukan di daerah ini karena adanya endapan sekunder umumnya disebabkan oleh keberadaan cebakan primer yang besar yang mengalami pelapukan dan tertransportasi. Selain itu dengan melakukan penyelidikan lebih rinci akan dapat diketahui potensi sumber daya mineral secara lebih detil dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.