Pemerintah Kota Tangerang Selatan menetapkan situ Kedaung sebagai salah satu program konservasi dalam pemanfaatan situ, karena dari 9 situ yang ada, 4 diantaranya sudah hilang atau beralih fungsi, dan 3 terancam hilang. Untuk itu perlu dikaji tingkat keberlanjutan dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks dan status keberlanjutan Situ Kedaung dari 5 (lima) dimensi keberlanjutan, dengan menggunakan metode analisis data Multi-Dimensional Scaling (MDS). Untuk mengetahui atribut yang sensitif dan berpengaruh terhadap indeks dan status keberlanjutan serta pengaruh galat (error) dilakukan analisis Laverage dan Montecarlo. Sedangkan untuk menyusun skenario peningkatan status keberlanjutan ke depan dilakukan analisis prospektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi ekologi berada pada status kurang berkelanjutan (37,32), dimensi ekonomi berada pada status kurang berkelanjutan (26,05), dimensi sosial berada pada status kurang berkelanjutan (40,28), dimensi teknologi berada pada status cukup berkelanjutan (57,20), serta dimensi kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan (26,91). Hasil analisis keberlanjutan untuk seluruh dimensi termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan sebesar 35,29. Dari 37 atribut yang dianalisis ada 14 atribut yang perlu segera ditangani karena sensitif berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan. Berdasarkan analisis prospektif terdapat 5 atribut kritis yang harus dikelola yang meliputi: pencemaran perairan, ekowisata, konservasi, penghasilan masyarakat, dan lembaga pengawas lokal yang selanjutnya disebut dengan atribut kunci. Untuk meningkatkan status keberlanjutan ke depan ada 3 skenario yaitu: (1) Konservatif-Pesimistik (bertahan pada kondisi yang ada sambil mengadakan perbaikan seadanya); (2) Moderat-Optimistik (melakukan perbaikan tapi tidak maksimal) dan (3) Progresif-Optimistik (melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu).