Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

HUBUNGAN KEYAKINAN DIRI MENGELOLA KONFLIK KERJA-KELUARGA, DUKUNGAN ATASAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGAYAAN KERJA-KELUARGA Astutik, Neni Puji; Artiawati, -
Journal of Psychological Science and Profession Vol 1, No 3 (2017): Psychological Science and Profession
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.986 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v1i3.14968

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan atasan dan dukungan keluarga besar dengan pengayaan kerja-keluarga. Partisipan penelitian ini sebanyak 250 guru di Surabaya. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuesioner pengayaan kerja-keluarga dibuat oleh Carlson, Kacmar, Waybe & Grzywacz (2006) dan keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga dibuat oleh Cinamon (2003). Kedua kuesioner tersebut diadaptasi oleh Artiawati dan Andhini (dalam Andhini 2016).  Kuesioner dukungan atasan dan dukungan keluarga besar yang dibuat oleh Antani dan Ayman (2003) dengan tim project 3535 dan didaptasi oleh Artiawati (2012). Hasil yang didapatkan,antara lain:(1)ada hubungan yang signifikan antara keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan atasan, dan dukungan keluarga besar dengan pengayaan kerja-keluarga (F = 25.032; p < 0.05; R square = 0.234). (2)keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga memiliki hubungan paling kuat dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial 0.259 ; p < 0,05). (3) Dukungan atasan memiliki hubungan terkuat kedua dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial 0.239; p < 0.05). (4)dukungan keluarga besar memiliki hubungan paling lemah dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial 0.216 ; p < 0.05). Saran untuk penelitian selanjutnya perlu melibatkan variabel lain seperti kepribadian, konflik kerja-keluarga, juga mempertimbangkan latar belakang kultural.Kata kunci: keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan keluarga besar, dukungan atasan, guru
Penyusunan Prototipe Performance Management System berbasis Balanced Scorecard pada PT. X nugroho, bintang karismacho; Artiawati, -
Journal of Psychological Science and Profession Vol 2, No 3 (2018): Psikologi Sains dan Profesi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jpsp.v2i3.20633

Abstract

PT. X merupakan perusahaan yang memiliki bisnis pada bidang kuliner. Sejak didirikan hingga saat ini, PT. X belum pernah mencapai target secara sempurna. Pimpinan PT. X merasa hal tersebut disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu penerapan performance management system berbasis balanced scorecard, karena dapat mendukung peningkatan kinerja perusahaan melalui pengelolaan sumber daya manusia dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal perusahaan.Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan intervensi berupa rancangan performance management system berbasis balanced scorecard yang paling sesuai dengan PT. X untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengelolaan sumber daya manusia. Metode penelitian ini adalah research & development. Hasil rancangan intervensi yang telah dirumuskan berupa performance management system pada tahap prerequisites (rumusan harapan pimpinan dan skema arahan strategi, balanced scorecard (objective).Hasil evaluasi terhadap rancangan intervensi, yaitu secara keseluruhan para rater menilai rancangan intervensi yang dirumuskan telah tepat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, namun pada beberapa hal kurang aplikatif jika saat ini langsung diterapkan di perusahaan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rancangan intervensi yang telah dirumuskan ini dapat diterima oleh pihak ahli dan user, meskipun terdapat beberapa catatan yang membangun untuk menyempurnakan rancangan intervensi yang telah dirumuskan. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini, yaitu penelitian selanjutnya harus tetap mengacu pada konsep performance management system tahap prerequisites yang telah dirumuskan, agar pengembangan tetap terintegrasi dengan arah, tujuan, dan strategi perusahaan, serta PT. X juga perlu melakukan pilot test untuk menguji keefektifan rancangan intervensi yang telah dirumuskan.
INTERVENSI ORGANISASI MELALUI PENYUSUNAN PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS BALANCED SCORECARD Nugroho, Bintang Karismacho; -, Artiawati
Journal of Psychological Science and Profession Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.814 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v2i3.21601

Abstract

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, hanya saja bukan merupakan hal yang mudah untuk mewujudkannya. Hal tersebut disebabkan karena pelaksanaan bisnis selalu menghadapi situasi yang terus berubah setiap periode. Perubahan tersebut dapat disebabkan dari internal maupun eksternal perusahaan, sehingga perusahaan perlu beradaptasi dengan cepat agar perubahan situasi tidak menjadi ancaman yang dapat menghambat pencapaian sasaran perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan intervensiyang dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu penyusunan performance management system berbasis balanced scorecard, karena dapat mendukung peningkatan kinerja perusahaan melalui pengelolaan sumber daya manusia dengan mempertimbangkan kondisi internal daneksternal perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan intervensi berupa rancangan performance management system (tahap prerequisites) berbasis balanced scorecard yang dapat dijadikan acuan dasar bagi perusahaan dalam mencapai kinerja yang optimal. Metodepenelitian ini adalah research & development, dengan melibatkan seluruh job title sebagai partisipan. Hasil rancangan intervensi yang telah dirumuskan berupa rancangan performance management system pada tahap prerequisites (rumusan harapan pimpinan dan skema arahanstrategi, balanced scorecard (objective)). Hasil evaluasi terhadap rancangan intervensi menyimpulkan bahwa rancangan intervensi yang telah dirumuskan ini dapat diterima oleh user dan diberi penilaian yang tinggi oleh expert rater, meskipun terdapat beberapa catatan yang diberikan oleh user dan expert rater. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini, yaitu penelitian selanjutnya perlu tetap mengacu pada konsep performance management system tahap prerequisites yang telah dirumuskan, agar pengembangan tetap terintegrasi dengan arah, tujuan, dan strategi perusahaan, serta PT. X juga perlu melakukan pilot test untuk menguji keefektifan rancangan intervensi yang telah dirumuskan.
Work-Family Climate and Work-Family Conflict on Medical Representative Dewi, Rusmalia; Parung, Joniarto; Artiawati, Artiawati
Al-Maiyyah: Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan Vol 14 No 1 (2021): AL-MAIYYAH
Publisher : LP2M IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/al-maiyyah.v14i1.744

Abstract

Work climate organization is one of the reasons why work-family conflict occurs. Although research on work-family climate and work-family conflict has been widely carried out in Europe and America, there are still few studies that examine the relationship between the two in Asia, especially in Indonesia. This study aims to examine the relationship between work-family climate and work-family conflict at medical representatives. The method used is quantitative by collecting data through purposive sampling technique and using 105 medical representative respondents who are married and have children. Using Kossek's work-family climate scale and Carlson's standard work-family conflict scale adapted by Artiawati. Data were analyzed using regression analysis. The results of the study simultaneously obtained F = 5.487 p <0.021, which means that there is a relationship between work-family climate and family work conflicts at medical representatives in Indonesia. This result further strengthens that the work-family climate has a relationship with work-family conflict in medical representatives in Indonesia, but partially the work climate has no correlation with work-family conflict. This study concludes that if work-family claims share concerns and make sacrifices well, it can reduce work-family conflict for medical representatives.
Family Work Conflict in the Pandemic Period for Indonesian Medical Representatives: The Meaningful Role of Work and Psychological Capital Dewi, Rusmalia; Parung, Joniarto; Artiawati, Artiawati
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 4 (2021): Budapest International Research and Critics Institute November
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i4.3015

Abstract

Work-family conflict is a pressure that is experienced simultaneously by working adults which come from work and family domains. Previous research predicts work-family conflict from the role of meaningfulness of work or the role of psychological capital separately or in combination with other variables. Previous studies used non-pharmaceutical subjects with regular working hours in normal situations. This study examines the role of meaningfulness of work and psychological capital on work-family conflict in workers with high work pressure, long working hours and tend to be irregular. The research subjects are medical representatives (medrep) who work during a pandemic. All data were collected online and analyzed using multiple linear regression technique. The results showed that the meaning of work and psychological capital was able to reduce work-family conflict, although the contribution was small. Theimplication of this research is that it can help MEDREP to explore that there are other internal and external variables that can contribute greatly to reducing work-family conflict.
DIALEKTIKA LEADER-FOLLOWER YANG MEMECAHKAN KONSTRUK SOSIAL LEADERSHIP : Sebuah Pendekatan Otobiografi Samuel Dimas Suryono; Artiawati Mawardi; Teguh Wijaya Mulya
CALYPTRA Vol. 7 No. 2 (2019): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leadership is widely researched phenomenon, yet least understandable. This phenomenon can’t be easily understand because most of leadership theory in the early research focuses on small portion of the whole leadership process itself. Seeing leader as sole constructor of leadership and ignoring follower in the process, is contributing wrong assumptions of leadership process. Therefore, through the analysis of leader-follower dialects that seen from social constructivism paradigm, I hope to remodel the social assumptions generated from early research. Through comparation of etymological analysis with early leadership research review, researcher will establish the boundaries between leadership and followership. This boundaries will be used to shape leader-follower dialects construct which then used further to analyze the dyadic level relations perceived by subjects. From this level analysis obtained that leader-follower dialects whil affect the quality of relations between leader and follower, thus affecting the whole efectivity of entire organization, therefore arguing that leader is not the most important factor in organization.
HUBUNGAN KONFLIK KERJA-KELUARGA DAN KETIDAK-AMANAN KERJA DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS Ronaa Zahiidah; Artiawati Mawardi; Nurlita Endah Karunia
CALYPTRA Vol. 7 No. 2 (2019): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesejahteraan psikologis merupakan penilaian atau evaluasi individu selama masa hidupnya. Apabila individu merasa kehidupannya dan fungsi psikologisnya telah berjalan dengan optimal, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Kesejahteraan psikologis dapat terganggu apabila terjadi masalah, satunya adalah adanya konflik dari peran-peran yang dijalani oleh individu. Apabila terjadi konflik yang mengganggu perannya di keluarga maupun pekerjaan, hal tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Selain adanya konflik kerja-keluarga yang dialami individu, adanya perasaan terancam atau tidak aman dari pekerjaan yang sedang dijalani juga dapat mengganggu kesejahteraan psikologis seseorang. Rasa tidak aman ini disebut juga ketidak-amanan kerja atau job insecurity, yaitu persepsi atau rasa takut individu akan kehilangan pekerjaannya saat ini. Subjek penelitian merupakan guru dan pegawai Yayasan Sekolah Nasional KPS yang berstatus menikah dan memiliki anak minimal 1 dengan usia maksimum 21 tahun yang tinggal bersama orangtua, sejumlah 52 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan kerja secara bersamaan terhadap kesejahteraan psikologis (nilai Fhitung=4,831, Ftabel=3,19; R2=0,165; p=<0,005). Nilai korelasi konflik kerja-keluarga dengan kesejahteraan psikologis sebesar - 0,397 (p<0,005) yang menunjukkan nilai korelasi negatif. Semakin tinggi konflik kerja- keluarga, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis; begitu pula sebaliknya. Nilai korelasi ketidak-amanan kerja dengan kesejahteran psikologis sebesar -0,272 (p<0,005) yang juga menunjukkan nilai korelasi negatif. Semakin tinggi ketidak-amanan kerja, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis; begitu pula sebaliknya. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kesejahteraan psikologis memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan kerja. Apabila kesejahteraan psikologis ingin ditingkatkan, maka konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan psikologis harus rendah. Untuk menekan konflik kerja-keluarga dapat diadakan family gathering secara berkala. Untuk menekan ketidak-amanan kerja dapat dilakukan pemberian informasi yang jelas terkait masa depan organisasi dari pihak manajemen. Saran untuk penelitian selanjutnya agar peneliti mencari sampel yang lebih banyak dan lebih memenuhi kriteria konflik kerja-keluarga serta ketidak-amanan kerja. Gunakan variabel lain sebagai prediktor atau moderator untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi kesejahteraan psikologis.
Peran Core Self-Evaluation dan Dukungan Atasan terhadap Pengayaan Kerja Keluarga Maudy Safira Ervinadi; Artiawati Artiawati; Darmawan Muttaqin
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 7, No 1 (2020): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v7i1.4349

Abstract

In recent years, the number of women workers has increased, it means women participate in both work and family roles together. Interaction between work family life can also provide benefits in improving the quality of work-family life if managed properly. Core self-evaluation and supervisor support are the factors that cannot be separated from work-family life. The purpose of this study is to examine the role of core self-evaluation and supervisor support in predicting work-family enrichment using quantitative research method and collecting data through questionnaire. Measurements used in this study were Work-Family Enrichment Scale, Core Self-Evaluation Scale, and Supervisor Support Subscale from the Social Support Scale include supervisor emotional and instrumental support. Data were collected from 113 employees aged 20-59 with at least one child. The result indicates that core self-evaluation and supervisor support are the predictors of work-family enrichment. However, instrumental support from supervisor is not a predictor of work-family enrichment. Work-family enrichment happens when the individual has a positive core self-evaluation and sensing that the individual got support from supervisor.
PENYUSUNAN ULANG DESKRIPSI PEKERJAAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN BERBASIS KOMPETENSI PADA RUMAH SAKIT X Kharis Rauf; Artiawati Artiawati
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v1i1.68

Abstract

Peneliti mengkaji kembali deskripsi pekerjaan karyawan untuk disesuaikan dengan kebutuhan Rumah Sakit X, serta merancang metode pengembangan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif evaluatif yaitu penelitian yang sering digunakan oleh organisasi dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu program, cara kerja dan kebijakan lainya. Pengumpulan data mengunakan teknik wawancara dan pengumpulan dokumen. Sebanyak enam jabatan yang dilakukan review deskripsi pekerjaan serta dilakukan identifikasi kompetensi inti. Terdapat lima kompetensi inti yang teridentifikasi, kemudian dilakukan proses leveling sebagai dasar untuk melakukan rancangan pengembangan dalam proses wawancara berbasis perilaku. Hasil penelitian ini adalah deskripsi pekerjaan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, kamus dan rubrik lima kompetensi inti yaitu customer services orientation, concern for order, achievement orientation developing others,dan flexibility. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan gap kompetensi pada job holder yaitu, concern for order, achievement orientation dan flexibility kemudian peneliti merancang intervensi achievement motivation training, coaching dan monitoring untuk meningkatkan kompetensi tersebut.
HUBUNGAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DAN OTONOMI KERJA DENGAN KOMITMEN AFEKTIF Nabilah Ayu Shabrina; Artiawati Artiawati; Darmawan Muttaqin
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v1i1.73

Abstract

Komitmen guru dapat menjadi salah satu hal utama untuk menentukan keberhasilan sekolah. Beberapa faktor yang berhubungan dengan komitmen afektif adalah persepsi dukungan organisasi dan otonomi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan otonomi kerja dengan komitmen afektif. Subjek penelitian ini (N=59) adalah guru SD dan SMA di Yayasan Khadijah Surabaya, lama bekerja minimal satu tahun. Pengukuran terhadap komitmen afektif, persepsi dukungan organisasi, dan otonomi kerja masing-masing dilakukan dengan menggunakan Affective Commitment Scale, Survey of Perceived Organizational Support, danBreaugh’s Work Autonomy Scale. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistic korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi dengan komitmen afektif (r = 0,489; p < 0,05), dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara otonomi kerja dengan komitmen afektif (r = 0,115; p > 0,05). Saran untuk organisasi agar organisasi dapat lebih memerhatikan dukungan yang diberikan kepada karyawan. Saran untuk penelitian selanjutnya, disarankan memertimbangkan variabel-variabel lainnya yang berkaitan dengan komitmen afektif, antara lain penghargaan organisasi, keadilan prosedural, dukungan atasan.